Salsa menatap Ronald yang kini tengah berada di hadapan meja kerjanya, pria itu sedang menjelaskan pekerjaan yang harus salsa lakukan. Namun salsa bukan terfokus pada apa yang Ronald jelaskan, salsa malah terfokus pada bibir Ronald yang berwarna merah muda itu. Bibir lembut yang semalam mengecup kedua matanya.
Salsa bagai terhipnotis oleh pesona Ronald, bahkan rasa berdebarnya masih terasa hingga sekarang. Salsa rasa ia menjadi sangat berlebihan bila sudah berhadapan dengan pria itu. Hanya ditatap dan dikecup lembut di mata saja sudah membuat ia melemah. Padahal sebelumnya mereka pernah melakukan hal yang lebih dari itu.
Mendadak wajah salsa memanas dan pasti memerah karena ia kini malah memikirkan malam-malam panas yang pernah mereka lakukan.
"Kamu sakit ?" Tanya Ronald tiba-tiba dan membuat salsa kini tergagap karena malu, seakan tertangkap basah sedang berpikiran kotor.
"E-eh iya gimana pak ?"
"Kamu sakit ?" ulang Ronald
Salsa menggelengkan kepalanya "Nggak pak, saya sehat-sehat aja"
"Pipi kamu merah"
Dan selanjutnya salsa terkaget saat tangan Ronald kini terulur menyentuh kedua pipinya dengan lembut "Pipi kamu juga panas"
Salsa kini dibuat semakin malu karena Ronald bahkan menyadari kalau wajahnya kini sangat memerah.
"Kamu serius gak sakit ?"
Salsa kembali menggelengkan kepalanya "Nggak pak, saya baik-baik aja"
Ronald mengangguk-anggukan kepalanya pelan "Yaudah kamu bisa kerjain pekerjaan kamu, ini gak urgent, kalau gak beres hari ini bisa dikerjain besok" lalu ronald menegakkan tubuhnya.
"Aku hari ini gak akan lembur, jadi pulangnya tunggu aku ya" ucap ronald lagi dan setelahnya ia berjalan ke luar ruangan kerja salsa. Bahkan tanpa menunggu jawaban salsa terlebih dahulu.
*****
Salsa dan ronald berjalan beriringan di gelapnya jalan menuju rumah salsa. Sebelumnya salsa sudah berusaha untuk menolak ronald agar tak usah mengantarnya ke rumah. Karena itu akan membuat ronald kelelahan karena harus bolak-balik berjalan kaki. Namun pria itu bersikeras untuk mengantar salsa ke rumahnya.
"Pak, saya jadinya yang gak enak kalau bapak maksa-maksa mau anterin saya pulang. Saya udah biasa jalan kaki sendiri"
"Kita lagi berduaan sal" jawab ronald santai
"Hah ?" salsa bingung dengan maksud perkataan ronald.
"Gak usah formal" salsa membulatkan mulutnya mengerti.
"Untuk selanjutnya kamu gak usah anter aku ron, aku bisa pulang sendiri"
Ronald masih menatap lurus ke arah jalan yang ia lalui "Aku cuman mau mastiin kamu masuk ke rumah dengan selamat"
"Tapi disini aman, dan gak pernah ada kejadian apa-apa, aku juga udah biasa jalan sendiri kayak gini. Jadi kamu gak perlu anterin aku lagi. Itu malah bikin kamu capek"
Ronald menoleh ke arah salsa dengan mengulum senyumnya "Khawatir ?"
"Hah ? Eh nggak, aku gak enak aja bikin bos besar jalan kaki kayak gini, takut ada yang liat juga"
"Jadi bukan karena khawatir ?"
Dengan cepat salsa menggelengkan kepalanya "Bukan!"
Ronald menaikan kedua alisnya dan mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Dan selanjutnya Kembali hening, tak ada yang memulai obrolan Kembali, angin malam ini cukup kencang, dan beberapa kali salsa harus membenarkan rambutnya yang tertebak angin dan menghalangi pemandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer - [End]
Teen Fiction- Sequel of Samely - Bisa membaca cerita samely terlebih dahulu RONALD AXELIO DALMENDRA Dimata kedua orangtuanya ronald adalah anak yang sangat manis dan penurut, selain dia punya wajah yang sangat tampan dia juga pintar. Terbukti ia menjadi asisten...