Ronald memasuki halaman rumah besar bercat putih di hadapannya itu. Setelah ia memastikan mobilnya sudah terparkir dengan tepat ia turun dari mobil untuk memasuki rumah prash. Ia masuk ke dalam rumah prash sesaat sebelumnya sudah mengucapkan salam terlebih dahulu. Ia tak segan untuk langsung masuk ke dalam rumah prash menuju ruang makan sahabatnya itu. Dan ternyata memang prash dan kedua orang tuanya sedang berada di meja makan.
"eh ada ronald, kamu udah sarapan sayang ?" tanya wanita yang berpenampilan anggun dengan sebuah hijab menutupi kepalanya. Nabila ibu dari prash
"udah tante, sebelum kesini aku udah sarapan" jawab ronald dan ia mendudukan dirinya di kursi kosong sebelah prash.
"kamu sekarang jadi asisten dosen ron ?" tanya pria yang bermuka blasteran yang sangat mirip dengan prash. Paul ayah dari prash.
"iya om" jawab ronald singkat dan dibalas senyuman oleh paul "tuh ronald keren prash, dia bisa jadi asisten dosen" kini paul berkata mengarah kepada anaknya yang masih sibuk memakan nasi goreng yang berada di piringnya.
"ronald mah emang dari lahir otaknya udah genius bi. Beda sama otak aku yang pas-pasan" jawab prash
"ya kamu belajar sama dia, biar kamu juga ketularan pintar kayak ronald"
"dih belajar sama ronald gimana bi ? dia aja gak pernah belajar. Tapi gak tau kenapa hampir semua mata kuliahnya nilainya A semua. Kalau aku mau belajar segimana juga otaknya gak nyampe sana"
"udah kamu gak usah banding-bandingin prash sama ronald. Ronald mah jelas orang tuanya aja udah pinter dari dulu. Lah prash kan turunan kamu yang juga sama otaknya pas-pasan" nabila menimpali dan membuat prash kini tertawa dan tersenyum senang ke arah ibunya itu.
"ah ami emang yang terbaik" prash mengacungkan kedua jempolnya ke arah ibunya itu.
Paul tak kembali menimpali, menimpali perkataan nabila hanya membuka permasalahan baru. Jadi paul memilih diam saja.
Paul berdiri dari duduknya karena ia sudah menyelesaikan sarapannya, dan juga diikuti oleh nabila
"oh iya om sama tante kata papap malam suruh mampir ke rumah" ucap ronald saat ia baru teringat amanah dari orang tuanya tadi.
"oh oke ron, nanti om sama tante mampir ke rumah" jawab paul
"eh abi aku minta mobil baru dong, perasaan mobil aku ke bengkel mulu deh akhir-akhir ini" ujar prash setelah ia meneguk minuman dari gelasnya hingga kosong tak tersisa.
"enteng banget minta-minta mobil baru. Kamu pinter dulu kayak ronald nanti abi beliin mobil 10" ucap paul sembari berlalu dari meja makan di ikuti oleh nabila di belakangnya.
Prash menekuk bibirnya "yah itu mah mustahil"
Ronald menghamburkan tawanya saat paul dan nabila sudah tak terlihat.
"apa lo ketawa-ketawa" tanya prash melihat sahabatnya itu tiba-tiba tertawa
"gue masih geli setiap gue denger lo manggil bokap lo abi, bokap lo wajahnya blasteran manggil daddy kek kenapa abi sih gak cocok anjir" jawab ronald dengan bibir yang masih menahan tawa
"itu keinginan nyokap gue, nyokap gue kan syar'i tuh yah, di panggil ami cocok. Tapi bokap gue gak cocok banget anjing dipanggil abi, abi vibesnya kayak ustad-ustad gitu kagak sih. Bokap gue gak ada sama sekali vibes kayak gitu, tapi nyokap gue maksa panggilannya harus abi biar cocok katanya"
Ronald kembali menghamburkan tawanya dan berjalan mengikuti prash yang sudah berjalan terlebih dahulu ke arah pintu keluar.
"ron, karin nebeng juga katanya ke kampus" ucap prash setelah melihat ada notif dari karin. Karin adalah teman prash dan ronald juga. Mereka sama-sama berteman sejak mereka kecil, karena karin adalah anak dari rahman salah satu sahabat dari kedua orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Healer - [End]
Fiksi Remaja- Sequel of Samely - Bisa membaca cerita samely terlebih dahulu RONALD AXELIO DALMENDRA Dimata kedua orangtuanya ronald adalah anak yang sangat manis dan penurut, selain dia punya wajah yang sangat tampan dia juga pintar. Terbukti ia menjadi asisten...