Part 6

107 4 0
                                    

" Jangan ngelamun, udah malem" Mahen menoel lengan Starla yang senantiasa menatap kedepan dengan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Jangan ngelamun, udah malem" Mahen menoel lengan Starla yang senantiasa menatap kedepan dengan kosong."Minum dulu nih"

" Aku juga ada kok bang" Tolak gadis yang wajahnya tampak pucat tak bergairah itu. Mati-matian mengulas senyum demi menutupi rasa sakit diperutnya yang diperas seperti cucian basah.

Dan entah kenapa, Mahen merasa kalo senyuman Starla tidak ada artinya apa-apa lagi selain sebuah persembunyian. Hanya dengan begitu lelaki bertopi hitam itu mengambil botol minum milik Starla yang tersimpan disebelah tempat duduk gadis itu.

" Kalo takut air minumku rabies, nih minum punya kamu sendiri"

Starla dibuat takjub oleh segaris senyum milik Mahen singkat namun begitu manis Starla nyaris kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikannya bagaimana bisa si tidak banyak bicara memiliki perangai dan senyum yang begitu memikat meski hanya dilihat sekali saja. Ah, sepertinya Starla sudah tidak merasakan sakit apapun diperutnya.

" Makasih bang" Gadis itu balas tersenyum."Jadi, bang Mahen mantannya Gendis?" Tanyanya mengingat beberapa menit lalu Mahen menceritakan kisah masa lalunya.

Lelaki itu mengangguk kecil."Iya, jaman SMP dulu, ya semacam cinta monyet lah. nggak nyangka juga bisa sekampus sekarang"

" Emang bang Mahen darimana?"

" Bekasi"

" Dari Bekasi, kenapa kuliah di Jogja?"

" Kamu sendiri dari Bandung kenapa jauh-jauh ke Jogja?" Mahen memutarbalikkan.

" Sebenernya mau kuliah di UI karena Abangku salah satu dosen disana, tapi Papa nggak ngizinin takut nggak ada yang jagain karena kesibukan Abang jadilah ikut ortu kesini"

" Anak bungsu?" Percayalah pertanyaan dari Mahen itu hanya untuk mengalihkan Starla dari lamunannya. Melamun di alam bebas seperti ini tidak baik, jiwa yang kosong membuat energi negatif mudah mendekat.

" Pinjem Mahen bentar ya, mau cari kayu bakar dulu" Dai tiba-tiba menyelip obrolan dua insan muda itu. Mehen mengerutkan keningnya keheranan, tatapannya seperti."kenapa jadi aku"

" Jangan terlalu jauh" Pesan Marko yang duduk tak jauh dari sana. Kedua pemuda itu mengangkat jempol dan langsung mengambil langkah.

Ditempatnya duduk, sambil menyeruput teh manis hangat Marko memperhatikan Ganis yang tengah sholat isya jika ada nomine sosok lelaki yang sabar mencintai dalam diam, maka Marko wajib masuk kedalamnya. Selain karena berlakunya larangan pacaran sesama anggota di organisasi BEM mereka ada satu benteng yang sukar untuk ditembus. Ibarat kata, Ganis adalah burung merpati tampak bersahabat namun sangat sulit untuk didapat.

Detik dimana Ganis memberikan salam kearah kiri, Marko spontan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

" Dilihatin mulu, naksir?" Tiba-tiba Saga datang dan duduk disampingnya.

AKSARA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang