Part 13

103 7 1
                                    

Dia sedang ada diatas gunung, tapi rasa-rasanya justru seperti di gurun Sahara yang panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia sedang ada diatas gunung, tapi rasa-rasanya justru seperti di gurun Sahara yang panas. Tapi Ganis juga tidak berpikir panjang akan perbedaan suhu ini dia langsung berjalan menghampiri Marko yang tampak sibuk dengan perlengkapannya.

" Mas, lagi apa?" Tanyanya

Marko mengikuti gerakkan Ganis yang jongkok didekatnya."Bikinin tongkat buat Starla, biar lebih nyaman jalannya"

Lelaki itu menghentikan pekerjaannya hanya untuk memandangi wajah polos dari sosok didepannya. Tapi, tidak berlangsung lama dia kembali menundukkan pandangannya."Kondensasi yang kemarin kamu buat udah dibuka?"

" Eh, belum" Ganis teringat."Aku liat dulu ya mas, mudah-mudahan dapet airnya banyak"

Barulah setelah dia benar-benar ditinggalkan Marko dengan mantap memperhatikan punggung itu dalam keterdiamannya. Marko tidak akan menampik jika dia dilabeli lelaki pecundang yang tidak punya keberanian untuk mengungkapkan sebuah rasa. Jangankan berbicara soal rasa menatap matanya saja dia tidak berani.

Lamunannya tersadar saat cekikikan tawa terdengar mendekat entah benar-benar berarti kesenangan hati, atau hanya bentuk penghibur diri. Sebab, bahagia menjadi hal tabu untuk saat ini.

" Mau kemana?" Cegah Marko pada Abi dan Sania.

Gadis itu berhenti sejenak."Nyari makanan Ko"

" Jangan kejauhan, sekitaran kita aja kalo nggak dapet balik cepet" Sebab Marko masih trauma dengan yang sudah-sudah.

" Siap Ko! Kita ngerti kok" Sania menaikan jempolnya."Ayo Bi"

Yang diajak malah mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum mengikuti Sania yang sudah jalan duluan.

" Giliran gini, aku jadi inget makanan sisa yang aku buang" Celetuk Sania mengisi kekosongan. Ada perasaan miris untuk dirinya sendiri.

" Sama" Dibelakangnya, Abi sependapat."Sekarang duit aja nggak ada harga dirinya"

Sania terkekeh."Berarti bener ya, manusia akan sadar kalo udah kehilangan"

Abi tersenyum samar dengan perasaan tertampar, sebenarnya Abi tidak punya ide buat ngajak Sania nyari makanan kemana. Ini hanya bentuk pelampiasan sebab setiap kali Abi diam tanpa melakukan hal apapun, otomatis rutinitasnya dimalam hari jadi kebawa sampai pagi. Apalagi kalo bukan over thinking justru, lebih baik Abi capek fisik daripada cepek pikiran karena kadar istirahatnya sudah pasti berbeda.

Sesekali mereka menajamkan mata untuk memastikan sebongkah tanaman yang sekiranya bisa mereka manfaatkan untuk mengisi perut yang kosong sejak kemarin.

" San, berhenti dulu" Suara Abi dibelakang membuat Sania mundur tiga langkah."Pohpohan bukan itu?"

" Nggak tau"

Abi berdecak."Emang salah aku minta anter sama kamu"

" Kan emang nggak tau, ntar kalo aku iyain ternyata salah malah berabe"

AKSARA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang