Part 28

68 4 0
                                    

" Dis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Dis....Gendis!" Sania menepuk pipi Gadis berhijab itu berkali-kali saat Gendis terlihat gelisah dalam tidurnya, keringat mengucur dikening Gendis yang mengerut dalam, kepalanya ikut menggeleng kencang tak beraturan, mulut Gendis komat-kamit tapi entah berbicara apa.

" Dis bangun!" Satu detik setelah sentakan Sania, mata Gendis terbuka sempurna dia melotot, nafasnya berderu kencang, dadanya naik turun seperti baru lomba maraton."Kamu mimpi buruk?"

Gendis beringsut dari posisi tidurnya dia menatap Sania dengan begitu Lamat. Langsung menubruknya dengan pelukan dan menangis tiba-tiba tapi sama sekali tidak keluar air mata.

" T-tolong kak, aku nggak mau ikut sama dia" Lirih Gendis dalam isakannya.

Sania tiba-tiba blank kantuknya mendadak hilang. Padahal sebelum dia masuk tenda, matanya sudah ngantuk berat."Aku disini, nggak ada yang mau bawa kamu kemana-mana"

" Nggak! Nggak mau! Tolong kak tolong" Pekik Gendis semakin mempererat pelukannya membuat Sania sesak.

" Tolongggg! Marko Ganis siapapun tolong aku!" Sania akhirnya berteriak derap langkah terdengar menuju arah mereka. Ganis menjadi orang yang pertama membuka tirai tenda.

" Adikku kenapa?" Ganis berusaha meraih tangan Gendis yang melingkar diperut Sania tapi langsung ditepis kasar oleh sang empunya.

" ENGGAK! PERGI! AKU NGGAK MAU IKUT SAMA KAMU!!" Bentak Gendis dengan mata terpejam erat.

" Minggir, Nis" Marko ikut masuk membuat Ganis keluar memberikan ruang pada lelaki itu, ia memilih berdiri diluar tenda bersama Abi dan Saga.

Marko langsung memegang ubun-ubun Gendis, berbisik lembut pada perempuan itu."Lawan pake istighfar Dis, astaghfirullah"

" Tolongggg" Gendis geleng-geleng kepala seperti ketakutan."Enggak mau bang, tolong...."

Sejujurnya, Marko tidak tau harus berbuat apa. Kemampuan yang diturunkan oleh ayahnya tidak lah sehebat yang dipikirkan orang lain. Dia juga manusia sama seperti mereka, punya keterbatasan disetiap sudutnya tapi dalam situasi seperti ini dan posisi yang tertua yang dijabat lagi dan lagi membuatnya harus bisa unggul daripada yang lain.

Termasuk untuk hal semacam ini, dia tidak boleh menurunkan mental mereka. Tidak boleh ngeluh dan tidak boleh ngomong tidak tau. Marko hanya bisa berupaya semampu yang dia bisa, selebihnya dia serahkan kepada yang lebih berkuasa di langit dan bumi. Lelaki itu mencoba berkomunikasi dengan 'sesuatu' jika memang ada, tapi sepenglihatannya yang dia temukan hanya gumpalan asap yang sangat hitam legam.

" Gendis! Kamu denger aku kan?"

Gadis itu mengangguk."Tolonggg..."

" Lawan, Dis. Kamu jangan kalah"

Gadis itu menggeleng pelan."Takut nggak bisa"

" Aku yakin kamu bisa, kamu derajatnya lebih tinggi daripada dia. Jangan mau kalah! Istighfar terus" Lanjut Marko terus berbisik.

AKSARA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang