Part 29

54 4 0
                                    

Tepat sepeninggalannya Marko yang memasuki tenda, Bulan yang berdiri kokoh namun koyak didalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat sepeninggalannya Marko yang memasuki tenda, Bulan yang berdiri kokoh namun koyak didalam. Dia tidak menangis karena berkali-kali punggung tangannya mengusap matanya kasar. Sesekali Bulan tertawa kecil dan mengangguk mengatakan pada diri sendiri bahwa dia tidak apa-apa meski semua sel dalam tubuh menolak. Bulan patah.

" Udah aku bilang jangan ungkapin sekarang, ngeyel banget jadi cewek" Bintang yang memang sedari tadi melihat dari jarak tak terlalu jauh akhirnya menghampiri sang adik lalu menarik tangan Bulan untuk masuk kedalam pelukannya.

" Sakit banget hati aku mas" Lirih gadis itu lalu tertawa sumbang seraya tertunduk rapuh."Sakitnya bukan karena aku kalah, tapi tentang siapa yang menang. Kenapa harus Ganis mas? Kenapa harus sahabat aku sendiri?"

Bintang ikut patah karena luka yang diderita sang adik. Tidak berusaha menguatkan karena dia sadar kalo kesedihan juga butuh validasi."Gapapa dek, saat ini emang bukan waktu kamu buat ngerasain bahagia karena cinta"

" Ini waktunya kamu lepasin Marko, Tuhan udah buktiin kalo dia bukan yang terbaik buat kamu"

" Aku maunya Marko mas..." Isak tangis Bulan terdengar memohon.

" Marko emang lelaki yang patut diperjuangkan. Tapi, takdir Marko itu Ganis! Mau kamu usaha sampai gila pun nggak akan bisa, mau kepala jadi kaki tetep aja Tuhan akan menyebutnya sia-sia"

" Dek, titik tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan" Final Bintang

" Aku benci kalimat itu"

" Sama" Bintang mengangguk kecil dagunya dia letakkan diatas pucuk kepala sang adik yang dia peluk erat."Hari ini kamu sakit, tapi tenang aja aku nggak akan biarin kamu buat bertahan sendirian. Kita harus sama-sama bangkit"

Sudah tiba waktunya, tidak ada lagi alasan untuk Bulan mempertahankan ikhlas memang sebuah kebohongan untuk hati perempuan itu.

Dia hanya menyerah, dia hanya berhenti menunjukkan perihal berhenti mencintai. Dia tidak punya kepastian sebab bagi Bulan tidak mudah untuk berlalu begitu saja. Semua butuh proses, dan dia baru akan memulai.

Namun dalam letihnya proses itu, Bulan tidak perlu khawatir sebab ada Bintang yang setia menemani jika nanti Bulan lelah dipersimpangan jalan, maka akan ada Bintang yang menunggunya beristirahat. Jika nanti anak itu tertatih akan ada Bintang yang menjadi tongkatnya. Jika suatu hari Bulan tidak bisa berjalan maka akan selalu ada Bintang yang menggendongnya.

Bulan memang gagal menjadi perempuan Marko, tapi dia tidak akan pernah gagal menjadi adik perempuan Bintang satu-satunya.

***
Instagram on.

***Instagram on

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AKSARA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang