" ARGOOO JANGAN MUNDUR TERUS! DIDEPANKU ADA GANIS"
" MAAF BANG MARKO! TAPI INI MAS ABI DORONG-DORONG AKU TERUS!"
" ANJIR-ANJIR! ADA KELUARGA BESAR SEMUT RANGRANG!"
" BACAIN DO'A SULAIMAN!"
" UDAH, TAPI NGGAK MEMPAN!"
" SEMUT MERAH EMANG NONIS KATANYA!"
" DAI GOBLOK! SIKUTMU NEKEN PERUTKU BABI!"
" INI SI JOVAN MUNDUR-MUNDUR TERUS MAHEN GELO!"
" BIASA AJA DONG NGOMONGNYA! NGGAK USAH TAMBAH NGEGAS!"
Diatas pick up merah yang dikendarai Papa Sania enam belas mahasiswa itu berdesakan seperti sapi. Laki-laki berdiri sedangkan perempuan berjongkok. Berhubung jalanan desa menuju kediaman Sania hanya bisa dilalui satu mobil jadilah Papa Sania menunggu mereka digerbang masuk desa dengan mobil pick up yang biasa beliau pakai untuk mengangkut sayuran ke pasar.
Sepanjang jalan yang hanya masuk satu mobil, bukan bangunan beton teman perjalanan melainkan petak-petak sawah hijau dan kuning tanda siap panen. Dari ujung ke ujung hamparan sawah tidak habis membentuk bukit berundak rapi sekali. Burung-burung yang hinggap di padi berterbangan kala si petani menggerakkan tali terhubung ke orang-orangan sawah. Sekumpulan burung hitam dan capung menari-nari di udara membuat alam kini menjelma lebih hidup menyenangkan. Sesekali mereka melihat petani dan kerbau yang beranjak pulang ditepi jalan diterangi sinar matahari yang mulai tergantikan oleh cahaya bulan juga bocah-bocah kecil yang menggiring pasukan domba dan itik, tepat saat mobil melewati jembatan sungai mata mereka menemukan para ibu-ibu tengah bercengkrama setelah selesai mencuci pakaian, pemandangan yang langka terjadi di kota-kota besar.
Dimana pemandangan gunung dan bukit terlihat seperti dekat, jongko-jongko warung yang terbuat dari bahan kayu tersebar disepanjang jalan, mereka ingin suatu hari nanti bisa ada disana. Menikmati segelas wedang dan semangkuk Indomie kuah lengkap dengan dua telur dan irisan cabai rawit.
Tepat pukul tujuh malam mereka tiba dikediaman Sania yang langsung disambut dengan hangat oleh keluarganya. Berbincang sebentar untuk mengakrabkan diri setelahnya menyantap makan malam bersama keluarga Sania.
Beberapa saat setelah makan malam dan bercengkrama hangat mereka dipersilahkan untuk istirahat. Namun tetap saja kalo tidak ribut rasa-rasanya kurang afdol bagi mereka. Kini mereka tengah memperebutkan pembagian kamar.
" Pokoknya Arla harus sama kita titik! Nggak pake koma, apalagi pake kecap karena ini bukan bakso!"
" Telingamu dipake, Arla tim lampu mati! Dia harus sama kita"
" Suruh Arla aja yang pilih, mau kamar barat atau timur? Inget! Budaya kita budaya timur, Arla harus pilih timur!"
" Arla, kamu suka One Direction kan? Kamu pilih kamar barat nanti kita ghibah sampai gumoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA CINTA
Teen FictionCowoknya cool abis tapi jahil, ceweknya emosian dan keras kepala kira-kira gimana yaa kalo mereka disatuin??? kisah cinta Maba tengil dan senior galak plus dingin yuk ikuti kisah mereka hanya disini... YANG GAK SUKA BISA LANGSUNG SKIP TANPA HARUS ME...