Chapter 2

1.4K 95 11
                                    

Ah elah. Kalian yang baca ini kasih vote lah, nggak coment juga nggak papa. Hilang sudah semangat author kalau kayak gini terus🙄 Tapi paling bagus jelas kasih voment, atau kasih kritik & saran gitu🤟

"Ngaku! Lo nyulik gue, 'kan?"

Spekulasi asal-asalan Carel sudah menebak, jika Sakya menjualnya pada om-om pedofil ini. Awas aja jika itu sampai benar. Sumpah demi apa pun, Carel akan mencincang habis muka Sakya.

Jenan mengelus dada sambil geleng-geleng kepala. Mulut adiknya ini sungguh belum mengenal filter sepertinya. Pemuda imut ini benar-benar sudah menyakiti hati Jenan hanya dengan kata-katanya saja. Beruntung Jenan ini tak gampang baperan.

"Kalo nggak percaya, tanya aja sama Liam."

Wah, sekarang om-om ini malah melibatkan Sakya—walau emang bener dia terlibat. Berarti sudah jelas, memang anak tak tahu diri macam Sakya dengan berani menjualnya.

Huh. Membayangkan wajah lempeng Sakya saja sudah membuat dadanya bergemuruh. Carel paling benci dengan orang seperti itu. Liat aja, kalau wajah Sakya sampai berada di depannya, Carel sudah pasti akan mencincangnya habis.

"Mana orangnya? Biar gue habisin sekarang juga."

Carel celingak-celinguk dengan tangan terkepal kuat. Sudah siap dengan bogeman kuat, kalau-kalau Sakya anying mendadak datang. Bisa saja juga, orang itu membiusnya. Anjir lah.

Jenan sudah bangkit dengan susah payah, saat pintu terbuka, menampakkan sosok berwajah tenang berambut coklat. Ada nampan beserta minumnya berada di tangan cowok itu. Membuat Carel semakin was-was.

Carel mengangkat guling di tangan ke depan. Wajahnya sudah sangat amat muram. Sungguh, ini pertama kalinya seorang Carel Buana dijual, dan dengan dua om-om—walau yang satu itu nampak baik?

"Adek udah bangun? Selamat pagi. Sarapan dulu, yuk?"

Carel tersenyum sinis. Pertanyaan macam apa itu? Pasti orang itu katarak, makanya tidak lihat bagaimana Carel yang sudah duduk dengan mata terbuka lebar. Yang artinya, sudah bangun tanpa diberitahu.

"Nah, Dek. Itu Bang Dhava. Madhava Keenan Sanjaya. Dia Abang kita, Abang sulung kita."

Carel melirik Jenan yang baru bicara dengan sorot tajam. Muak banget kalau orang ini sudah bicara. Udah seperti om-om pedofil, tapi masih berlagak sok menjadi Abang. Semoga saja Carel akan baik-baik saja.

Dhava duduk di tepi ranjang, membuat Carel langsung mundur. Berjaga-jaga kalau orang ini menyuntiknya. Lalu membawanya pergi, atau buruknya menjual Carel pada janda gatelan. Membayangkannya saja sudah amat mengerikan.

"Kenapa adek keliatan takut gitu, hm?"

Sekalipun orang ini berbicara lembut, Carel tak akan luluh begitu saja. Ia tidak bodoh untuk percaya begitu saja pada orang asing. Apalagi, hidupnya sekarang ini sudah dalam bahaya.

Dhava menyuap sesendok nasi ke mulut Carel. Tapi remaja itu tidak mau membuka mulut. Bisa-bisa, nanti ia kena bius. Oh, Carel benar-benar tak ingin bersama dengan janda gatelan.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang