Sorry buat up nya yang lambat. Maklum, lagi sakit soalnya.
.
.
.
.╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝"Sialan! Giliran gue nggak butuh aja entar banyak tuh ojek lewat. Lah, ini tinggal gue butuhin malah nggak ada. Emang babi. Tahu aja tuh ojek gue lagi butuh."
Carel mengeluarkan ponselnya. Sebuah mobil taksi mendadak berhenti, menghentikan Carel yang sudah akan memesan taksi online. Cowok mungil itu memutar bola mata sebelum masuk ke mobil sambil menenteng sebuah plastik hitam cukup besar.
"Bapak liat saya tadi?"
Pak sopir membuka topinya, sebelum mengangguk dan menoleh. Wajahnya nampak tak asing. Rahang tegas, manik abu-abu yang selalu menyorot tajam, dan bibir tebal itu. Carel spontan membulatkan mata, sebelum tertawa sinis.
"Wah, Bapak udah dipecat, ya? Sekarang jadi supir taksi? Nggak jadi guru BK lagi?"
Pria itu diam. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Tapi tidak terlihat bagus, karena mata abu-abu yang masih menyorot datar. Wajah dan rahang tegas itu juga tetap dengan raut datar.
"Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu, Carel?"
Carel melipat kedua tangan di depan dada. Punggungnya sudah bersender sedari beberapa menit setelah menyadari Bapak sopir, yang ternyata si guru BK yang sudah seenak jidat memberinya sebuah misi aneh. Sampai sekarang pun, Carel belum tahu nama pria ini.
"Jangan bilang, Bapak ingin mengintrogasi saya tentang Renka, ya?"
Si Bapak sopir menggeleng pelan. "Justru, saya ingin mengucapkan terimakasih."
Kening Carel berkerut. "Buat?"
"Karena kamu, Renka mulai sembuh. Karena kematian ibunya, dia mengidap penyakit skizofrenia. Dan berkat kamu, dia mulai sembuh. Juga, karena kamu berhasil membawa wanita itu ke jeruji besi. Renka jadi lebih lega, lebih senang dan puas. Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih."
Carel menyipitkan mata. "Anda tahu sebanyak ini?"
Si Bapak sopir tersenyum. Kali ini, wajah dan tatapan matanya ikut tersenyum dan menyorot teduh. Carel tak cukup tertarik, hanya menanggapi dengan wajah tenang. Ia lebih menunggu apa yang akan Bapak BK ini katakan.
"Di sekitar sini ada taman. Kita bisa bicara berdua di sana."
Carel tidak memberikan penolakan. Pak supir pun dengan senang hati melajukan mobil taksi itu menuju tempat yang dia maksud. Begitu sampai, Carel terlebih dulu menali plastik hitamnya dengan kuat, sebelum turun dan mendekati Pak supir yang sudah duduk anteng di kursi taman.
Carel ikut duduk. "Jadi, Anda bisa jelaskan?"
"Sebelum itu, biarkan saya memperkenalkan diri dulu." Pak supir tersenyum. Carel hanya melirik dengan tangan terlipat di depan dada.
"Saya, Arkan Tama Sanjaya. Saya dari keluarga Sanjaya. Sekaligus, Ayah kandung Renka."
Carel geleng-geleng kepala. "Om bener-bener, ya. Anaknya khawatirin bapaknya, lah ternyata Anda masih hidup santai kayak gini. Nggak elit banget."

KAMU SEDANG MEMBACA
CAREL
Teen FictionCarel Buana, remaja laki-laki yang hidup dalam kesendirian dari sejak kecil. Sang Ibu sudah meninggal, dan dia tak tahu tentang siapa sang Ayah. Kehidupan Carel tidak jauh-jauh dari hal 'toxic'. Tiap kali, dia harus berurusan dengan yang namanya sal...