Chapter 25

404 48 1
                                    

YANG BACA WAJIB KASIH VOTE & COMENT❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Sebagai orang tampan seantero dunia, kalem, baik hati dan tidak sombong, gue yang bakal pesenin makan buat kita."

Akhirnya, Carel bisa berguna juga. Tadi saja, ia yang harus membersihkan area sekolah sendiri. Sementara Carel sibuk dengan jus sirsak, dan bahkan sudah habis beberapa camilan. Itu pun wadahnya dia buang ke sembarang arah. Alhasil, Jiken lagi-lagi yang harus memungutnya.

Belum lagi area toilet kelas sepuluh. Carel? Cih. Anak itu duduk di lantai bersender dinding, sibuk dengan ponselnya. Hanya membantu sekali, itu pun hanya menuangkan sabun ke ember penuh air untuk pel-pelan. Hanya itu sampai selesai, semuanya Jiken yang kerjain.

"Oke. Kalo gitu, gue mau nyan—"

Jiken tidak jadi bersender karena tangan Carel yang terus terulur. Wajah cowok itu juga santai dengan permen tusuk di mulutnya. Jiken jadi curiga, tapi mungkin saja dia ingin menagih sisa permen yang Jiken beli tadi.

"Udah habis. Semua lo makan. Gue aja gak kebagian."

Carel berdecak. "Bukan itu, kampret! Duit mana duit?"

"Huh?"

Carel memutar bola mata. "Gue 'kan mau pesen makan. Emang bisa gratis?"

Jiken tarik kembali sedikit pujiannya tadi. Memang, berharap pada orang macam Carel itu adalah suatu kesalahan yang cukup mengerikan. Padahal, camilan dan permen tadi Jiken yang bayar, sementara Carel yang menikmati. Jiken saja tidak kebagian, dan ini lagi?

"Rel, gue—"

"Apa?" Wajah Carel cukup tidak bersshabat. Cowok itu berkacak pinggang dengan tatap sinis. "Lo mau ngomong apa, hm?"

Jiken menelan ludah. Bukan karena suara tidak bersahabat itu, tapi kepalan tangan Carel yang seolah ingin meninju wajahnya kapan saja. Cowok itu hanya bisa pasrah dan memberikan dua lembar uang sepuluh ribu.

Carel tersenyum. Tangannya mengacak-acak puncak kepala Jiken dengan gemas. Dan itu mengundang rona merah di pipi Jiken, sampai menjalar di kedua telinga. Tapi mencoba untuk menyembunyikannya dengan wajah tenang.

"Good boy. Gue pesen dulu, ya. Jagain tempat duduk gue. Awas lo ninggalin gue. Lo bakal gue buat babak belur lagi."

Untuk sebentar, wajah Carel penuh dengan raut ancaman dan tatap nyalang. Tapi setelah itu, kembali lagi ke setelan pabrik. Wajah sumringah dan senyum mengembang. Seolah dia tak pernah membuat Jiken kalang kabut tadi. Orang macam Carel memang mengerikan jika marah.

Carel berdecak karena lagi-lagi harus terdorong karena antrean yang kali ini cukup banyak. Ugh! Carel paling tidak suka dengan yang namanya ikut antri. Alhasil, cowok itu menarik salah satu siswi, sampai hampir terjatuh. Beruntung tangannya sigap menangkap lengan cewek itu.

Carel berdecak. "Lemah banget sih, lo! Gue tarik dikit aja udah oleng. Kayak gak kuat nelen bubur aja."

Cewek itu mengeraskan rahang. Carel dibuat terkejut, bahkan belum sempat menghindari pukulan yang tepat mengenai perutnya. Untung hanya pukulan kecil, tapi membuat isi di sana berontak, karena banyaknya makanan yang Carel makan tadi.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang