Chapter 39

237 32 4
                                    

Tetap up walau enggak rame.

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Ji, nonton tv aja, yuk!"

Jiken mengangguk sebelum mengeluarkan sebuah remote. Di sana, hanya ada satu tombol merah tepat di tengah-tengah. Tak ada yang sadar kecuali Jiken dan Carel, sebab mereka yang di belakang sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan, Dhava dan Sakya belum kembali dari dapur. Entah apa yang mereka lakukan. Tak ada yang tahu kecuali Jiken dan Carel.

Detik pertama Jiken menekan satu-satunya tombol yang ada di sana, layar televisi menyala. Sebuah rekaman video langsung terlihat. Menampakkan dua orang berbeda jenis kelamin tengah bertengkar, berbicara dengan nada yang sama-sama lancang.

Helena di belakang menjatuhkan majalah dari tangannya. Carel tersenyum miring, begitu juga Jiken. Namun, mereka tak berniat berbalik atau sekedar menoleh. Seolah, apa yang ada di layar televisi pun memang sama-sama membuat mereka terkejut.

"Tunggu! Jiken, ini, kenapa ada video kayak gini?"

Suara Carel terdengar panik dan tercekat. Berbeda dengan bibir yang diam-diam memberikan seringai lebar. Jiken di samping kanan ikut berpura-pura tidak tahu, berpura-pura memasang wajah sama terkejutnya. Cowok itu sampai berbalik, memusatkan pandang pada sosok yang ada di video.

"Ma—ma." Suara Jiken tercekat, seolah tertinggal di tenggorokan.

Helena langsung berdiri sambil menggelengkan kepala. Menit kedua, channel televisi secara otomatis berpindah. Menunjukkan sebuah berita yang nampak heboh. Sebab, ada foto Helena di sana. Dan sang pembicara yang ada di berita mengatakan akan hal mengejutkan, jika Helena sudah membunuh anaknya sendiri. Bahkan, ada rekaman CCTV di berita itu. Cukup mengejutkan.

Helena linglung. Wanita itu mendekat, meraih remote yang sudah Jiken ubah seperti semula. Berusaha mematikan layar televisi, tapi tetap saja menyala. Wajah wanita itu semakin keruh, semakin panik. Carel yang sedari tadi hanya menyimak diam-diam tersenyum miring.

Selanjutnya, cowok mungil itu berdiri tepat di hadapan Helena. Wajah cowok itu seakan menunjukkan rasa kecewa, juga marah di saat bersamaan. Jiken yang paham situasi ikut berdiri, memasang wajah sama pada Helena.

"Kenapa? Kenapa Mama lakuin hal ini? Apa salah Bang Jenan, sampai Mama bunuh anak Mama sendiri? Dia salah apa, Ma!" Suara Jiken naik satu oktaf. Napas cowok itu nampak terengah-engah.

Helena berwajah linglung. "Jiken, Mama bisa jelasin. Ini tidak—"

"Ma, ini udah ada buktinya! Jadi, selama ini Bang Jenan enggak pergi, tapi terbunuh? Dan pelakunya, adalah Mama? Dan lebih mengejutkan lagi ...."

Carel maju selangkah dengan wajah mengeras. Suaranya keluar tepat setelah Jiken tak melanjutkan ucapannya. "Anda ternyata pelakunya! Anda yang sudah membunuh Mama saya!"

Helena menggeleng histeris. Dhava dan Sakya keluar dari dapur bersamaan, spontan memasang wajah sama-sama terkejut. Carel di samping kiri Jiken nampak mengepal kuat kedua tangan. Urat-urat di lehernya nampak terlihat jelas.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang