Chapter 30

286 29 6
                                    

Yang baca wajib vote & coment❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Adek manis!"

Suara yang begitu menganggu. Mungkin karena embel-embel adek manis yang lebih mirip sebuah ejekan daripada julukan. Carel yang nyaris mendekati gerbang saja sampai berhenti dan berbalik. Sosok jangkung yang tengah tersenyum sambil memegang cermin mini. Ugh. Carel masih cukup mengingat jelas siapa cowok tinggi itu.

Vey melambai sebentar, tersenyum lebar. Sebelah jemari sibuk menyugar rambut hitamnya, sementara sebelah tangan bergerak mengantongi cermin mini ke saku hoodie. Tidak ada seragam di sana, dan Carel sudah dua kali ini melihatnya. Oh, kecuali celana seragam, tanpa kemeja yang ia pakai. Sebab, alih-alih memakai kemeja putih, dia malah memakai kaos abu-abu polos. Memang aneh.

"Gue punya nama ya, anjing! Nama gue Carel Buana! Catet itu. Dan stop panggil gue kayak gitu lagi!"

Vey berdecak. Jemarinya tetap tak berhenti menyugar rambut ke belakang, menunjukkan pesonanya yang memang tampan. Carel serasa ingin mengguyur kepala cowok itu dengan seember penuh air es.

"Itu panggilan spesial dari gue. Seharusnya lo itu seneng."

Alis Carel terangkat. "Kenapa mesti kayak gitu?"

Vey membusungkan dada. "Gue ini bisa disebut sebagai most wanted sekolah. Ganteng, iya. Tajir, juga iya. And, gue itu jarang ngomong sama orang, apalagi cowok. Terkecuali buat cewek, ya. Karena mereka itu spesial. Jadi, lo itu seharusnya seneng karena gue bersikap baik sama lo."

Carel berdecih sarkas. Hanya saja, Vey tidak sadar. Karena cowok itu lebih fokus pada mata hazel milik Carel yang mempesona dan indah. Sayangnya, sekarang tatap cowok itu sudah seperti kucing garong. Galak tapi imut.

"Anjir. Bisa-bisanya gue ketemu penunggu sekolah yang kayak gini." Carel bergidik. "Bjir, gue ketempelan setan! Anjir! Gue harus ajak Bang Dhava ke tempat Ustadz terdekat!"

Sambil mengusap kedua lengan yang merinding, Carel berbalik. Nyaris melangkah, tapi Vey lebih dulu menghadang. Memasang badan jangkungnya ke depan, sementara kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Mau ke mana, lo? Enak aja main ninggalin gue setelah nuduh gue setan."

Carel celingak-celinguk. Ternyata sekolah sudah cukup sepi. Sial sekali ia harua berhadapan dengan arwah penunggu sekolah yang masih belum sadar akan kematiannya. Carel jadi menyesal tadi tak ikut dengan Bang Dhava saja.

"Lo, emang setan. Lo pasti udah mati, cuman lo masih gak terima. Terus, lo temuin gue karena mau minta tolong cariin pembunuh lo, 'kan?"

Vey geleng-geleng kepala. "Pikiran lo kejauhan, anjir. Apa gue keliatan kayak setan, sampe lo mikir gue kayak gitu? Cowok seganteng gue malah dikira setan."

Pandangan Carel turun. Oke. Dari sini, ternyata jelas sekali kaki Vey menapak tanah. Belum lagi cowok itu yang juga punya bayangan. Itu artinya, Vey ini memang benar manusia. Carel kembali ke pandangan awal, menatap Vey dengan kelegaan jelas di wajahnya.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang