Chapter 13

646 71 19
                                    

YANG BACA WAJIB VOTE & COMENT❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Selama ini, kenapa lo gak pernah nyinggung soal Nyokap lo? Bahkan, gue aja gak tahu rupa Nyokap kalian kayak gimana, atau bahkan namanya."

Dhava tidak bicara, sibuk men dribble bola dan memasukkanya ke ring basket. Cowok itu sengaja menyibukkan diri, karena Carel tidak berhenti menanyakan tentang keluarganya.

Carel berdecak. Tapi tidak berhenti sampai di situ. Cowok itu beranjak dari kursi panjang, mendekati Dhava yang masih sibuk dengan bola basket. Tepat saat jarak mereka dekat, Carel merebut bola basket dari tangan Dhava.

"Lo harus jawab pertanyaan gue. Atau gue buang ini bola!"

Dhava ingin merebut bola basketnya, tapi Carel dengan sigap menyembunyikannya di belakang punggung. Tidak memberikan Dhava kesempatan untuk merebut, bahkan setelah beberapa kali pemuda itu merebut. Tapi Carel yang pintar dalam hal yang berbau baeket cukup pintar menghindari lawan.

Dhava tak bisa apa-apa lagi. Tenaga cowok itu bahkan sudah terkuras cukup banyak, hanya karena ingin merampas bola basket dari tangan Carel. Memang, jika soal basket, Dhava bahkan masih dibawah adiknya ini.

"Kenapa kamu tidak menunggunya kembali saja? Dia pergi dengan Papa. Jika Papa pulang, maka dia pun juga akan pulang."

Carel mengerutkan kening. Jawaban Dhava sungguh tidak biasa. Tak ada sopan santun dari apa yang cowok itu katakan. Bahkan, wajah Dhava nampak lempeng ketika mengatakan hal itu. Seolah, wanita yang baru saja dia katakan, bukanlah siapa-siapa.

"Kalian ada masalah? Bertengkar?"

"Helena. Dia namanya jika kamu ingin tahu."

Setelah jawaban bernada datar keluar, Dhava tidak bicara lagi. Cowok itu mengambil duduk di kursi panjang, menikmati air mineral dingin yang baru keluar dari lemari pendingin. Tidak lagi mempedulikan pertanyaan Carel.

Carel tidak tahu permasalahan dari orang di sampingnya ini. Dhava bahkan tidak sekalipun menunjukkan emosi. Jadi Carel kesulitan membaca air muka cowok itu. Tapi yang pasti, Carel tahu jika Dhava tak memiliki hubungan baik dengan ibunya.

Carel menepuk sebelah bahu Dhava. "Mau ketemu Nyokap gue?"

Dhava yang sebelumnya menunduk langsung mengangkat kepala, menatap Carel dengan wajah tegang. Cowok itu bahkan tanpa sadar meremas air mineral, hingga remuk.

"Lo baik-baik aja? Atau, lo gak mau bertemu dengan Nyokap gue?"

Dhava tersenyum tegang. "Apa, jauh?"

Carel mengangkat bahu. "Lumayan."

Dhava menelan ludah. "Boleh?"

"Of course! Mama gue jelas harus tahu, siapa keluarga gue sekarang. Siapa yang udah mau nampung gue dengan sukarela."

Dhava mengangguk. Mereka sudah bersiap akan pergi, tanpa berganti pakaian lebih dulu. Tapi ada seseorang yang lebih dulu datang dengan motor sport hitamnya, memasuki gerbang dengan laju santai.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang