Chapter 19

490 59 1
                                    

YANG BACA WAJIB VOTE & COMENT❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"I've wasted my time."

Carel menarik napas pelan sambil melipat kedua tangan di depan dada. Tidak takut dan cukup santai saat Jiken meninju hidung Renka, sampai ambruk tepat di hadapan kakinya.

Fokus Carel ada pada ponsel di genggaman. Sekalipun baterai di atas layar yang sudah merah dan redup, cowok berambut hitam legam dengan tindik dan piercing di telinga itu masih saja fokus. Sesekali jemarinya juga akan sibuk mengetik di atas keyboard.

"Ji, anterin gue."

Jiken menoleh dan Carel mulai memasukkan ponselnya ke saku celana. Begitu juga dengannya yang mulai sibuk menyeka cairan merah kental di sudut bibir, sebelum mendekati Carel. Mengabaikan keadaan Renka yang sedikit kasihan. But, Jiken tidak peduli.

"Ke mana?"

"Ke kost gue dulu."

Sebelah alis Jiken terangkat. "Ngapain?"

"Ambil sesuatu yang penting. Dia ada sama temen gue."

Wajah Jiken langsung keruh. Kata teman yang masuk ke telinganya seperti bola api besar menghantam otak dan hati. Seketika aura panas langsung menguar. Tapi, cowok itu tetap setuju dan mengantar ke manapun Carel pergi dengan motor sport hitamnya.

"Barang penting apa sampe lo ke sini lagi?"

"Penting banget. Dulu gue mo ambil, tapi temen gue katanya mau ambil dan simpen. Terus, gue ajak dia ketemu di sini aja. Ini waktu yang tepat buat gue ambil benda itu."

Carel akan menghubungi temannya, tapi ponsel cowok itu kali ini mati total. Saat ingin meninjam milik Jiken, suara bernada gembira datang dari arah berlawanan. Mengundang perhatian Carel yang nyaris akan bicara pada Jiken.

"Ael!"

Carel berseru dengan wajah berseri. Tidak sadar akan aura panas dari diri Jiken. Fokus cowok itu ada pada sosok lelaki berjaket abu-abu dengan sebuah skateboard di tangannya. Terlihat jelas ada senyum gembira dari sosok itu, bersamaan tangannya yang terlentang.

"Peluk gue, dong."

Bahu Carel langsung bergidik. Spontan saja, ia gagal mengambil skateboard dari tangan sosok bernama Hayden Arka Mikael dan memilih untuk menjaga jarak. Cukup trauma dengan cowok itu yang dengan seenak jidat memeluknya.

"Nih, barang tersayang lo. Sesuai yang lo mau, gue simpen ini dengan sangat baik. Btw, sorry baru ketemu lo hari ini."

Carel mengangguk dan meraih skateboard kesayangan dari tangan Hayden. Sedikit menjauh lagi, saat cowok itu ingin memeluknya paksa.

"No problem. Ngomong-ngomong, gimana kabar tuh Bibi rempong?"

Hayden tertawa pelan. "Gitu-gitu juga dia Nyokap gue, El. Jahat bener lo."

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang