Chapter 21

480 66 3
                                    

YANG BACA WAJIH VOTE & COMENT❕️ DI FOLLOW JUGA BOLEH❤️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

Carel belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi saat Ardani memukul wajahnya sampai terjatuh ke lantai. Cowok itu baru saja akan menyeka darah di sudut bibirnya, tapi Ardani tak membiarkan. Dengan kasar, pria paruh baya itu menarik kerah jaket Carel, memaksa cowok itu berdiri lagi.

"Katakan!" Suara Ardani cukup tegas, tapi Carel hanya memasang wajah lempeng yang terkesan biasa. "Katakan apa, Tuan Ardani Sanjaya Nugraha?"

Dhava benar-benar ingin membantu Carel. Cowok itu bahkan sudah berusaha untuk berdiri dengan susah payah. Si kembar bahkan tak ada niat membantu—hanya memberikan sorot penuh arti dengan senyum yang terkesan aneh.

Dhava tak ada waktu untuk meladeni tingkah aneh mereka. Walau, jujur saja ia mulai merasa aneh dengan mereka yang sedari tadi tetap santai dan tenang. Bahkan, ketika Ardani kembali melayangkan pukulan yang kali ini menghantam perut Carel.

Jiken mengeraskan rahang. Cowok itu sudah bersiap akan memberi pelajaran pada pria tak tahu diri itu. Sayangnya, Liam sudah lebih dulu menahan, dengan berdiri di samping dan merentangkan sebelah tangan di hadapan Jiken.

"Calm down first, Ken."

Jiken menatap abangnya sinis. Jenan sendiri hanya diam dengan tangan terlipat di depan dada. Fokus pada adiknya yang paling lucu sedunia itu yang kini kembali terduduk di lantai. Ini pemandangan yang menarik, tapi juga menyedihkan.

"Jangan halangin gue, anjing!"

Suara Jiken hanya seperti desisan tajam. Liam tidak berniat menurut dan malah memukul perut adiknya dengan siku. Alhasil, cowok tinggi itu sedikit terdorong ke belakang.

"Sudah Abang bilang tenang. Kenapa lo susah banget nurut sama gue, sih! Apa susahnya lo diem dulu?"

"Gue gak bisa biarin si tua bangka itu sampe bikin Carel kenapa-napa!"

Liam terkekeh. "Dia akan baik-baik aja. Gue tahu dia, Jiken. Jika mau, dia bisa saja melumpuhkan pria tua itu. Tapi, anehnya, dia tetep diam. Sebenarnya, ada apa antara Carel dan pria tua itu?"

Carel benar-benar muak dengan semua ini. Si tua bangka itu sudah membuat wajahnya yang tampan paripurna babak belur. Belum lagi sudut bibirnya yang sobek. Sialan! Jika saja bisa, Carel pasti sudah akan membuatnya masuk rumah sakit.

"Ke mana istri saya? Kamu pasti yang menyembunyikan dia dari saya, 'kan?" Ardani tersenyum sinis. "Memang benar keputusan saya dulu. Kamu memang tidak pantas ada di dunia ini!"

Oke, itu ucapan terpedas dan cukup menyakitkan. Carel sebenarnya sudah cukup muak dengan si tua bangka ini, tapi ia tak boleh sampai bergerak gegabah. Bisa-bisa, ia yang akan gagal.

"Kenapa Anda menyalahkan saya?" Carel dengan susah payah bangkit sambil memegang lutut sebagai pegangan. "Saya juga anak Anda. Darah daging Anda, kenapa Anda membenci saya? Apa salah saya? Apakah salah saya lahir?"

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang