Chapter 37

201 27 7
                                    

Up lagi, wak. Imajinasi lagi numpuk nih. Sayang kalo dibuang. Jadi, kalian yang baca jangan lupa kasih vote & coment nya.
Buat yang enggak baca it's okay, skip dan nggak usah kasih vote.
Kalau emang nggak suka nggak papa. Vote dan coment di sini buat yang suka baca cerita ini aja.
See you❤️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Jadi, bukan Liam?"

Pada rekaman CCTV, Helena nampak sedang cekcok dengan Jenan. Bahkan, wanita itu juga sempat menampar wajah Jenan, sampai tertoleh. Saat itu, Sakya sudah pergi setelah berhasil menonjok wajah Jenan. Dan belum ada lima menit, Helena datang, berbicara hal yang membuat Carel terkejut.

Tidak terlalu juga, tapi ternyata memang benar yang ia pikirkan selama ini. Benar apa yang bibinya katakan dulu, jika pelaku dari kematian ibunya memang berasal dari keluarga Sanjaya.

"Apa yang mau kamu lakukan, Jenan?" Suara Helena cukup lantang.

Di dalam rekaman, wajah Jenan nampak tegas dan yakin. "Jenan udah putusin! Jenan bakal bilang apa yang udah Jenan ketahui sama Carel. Dia berhak tahu!"

Helena langsung menampar pipi Jenan. Wajah wanita tidak terlihat, karena posisi berdiri yang membelakangi kamera CCTV. "Kenapa? Apa kamu tidak kasihan dengan Mama? Mata kamu apakah buta untuk melihat apa yang selama ini udah Mama lakuin, hah!"

Jenan sempat menundukkan kepala untuk beberapa detik, sebelum memberikan tatapan tenang dan yakin. "Jenan udah enggak bisa sembunyiin ini lagi, Ma. Jenan capek!"

Helena menggelengkan kepala. "Kamu sungguh akan melakukan ini? Kamu tega sama Mama?"

Jenan tersenyum miris. Senyum menyakitkan, dan Carel tahu arti dari senyuman itu. Hanya saja, cowok itu sudah tak ada perasaan iba lagi dengan Jenan. Cowok itu jahat, tega menyembunyikan fakta mengerikan ini padanya. Padahal, sudah jelas Carel membutuhkan informasi ini.

"Apa yang Jenan dapatkan dengan terus melakukan ini, Ma? Apa!" Suara Jenan naik satu oktaf. Helena sampai berjengit dibuatnya.

"Jenan nurut pun Mama tetep aja enggak sayang sama Jenan. Yang ada di pikiran Mama cuman Jiken, Jiken, Jiken! Mama enggak pernah lirik Jenan sekalipun! Bahkan, mungkin kalo Jenan mati pun, Jenan yakin Mama enggak akan sedih."

Jiken mengepal kuat kedua tangan di sisi tubuh. Ternyata, ini memang juga ada sangkut pautnya dengan Jiken. Padahal, ia sama sekali tidak mengerti, kenapa Helena hanya perhatian dengannya, tapi tidak dengan si kembar. Ini bukan salah Jiken!

"Kamu jangan egois, Jenan! Dengan kamu mengatakannya pada Carel, kamu juga akan ikut terkena imbasnya!"

"Jenan enggak peduli! Jenan akan tetap bicara sama Carel."

Helena memegang kedua bahu Jenan. Wajah cowok itu sampai terkejut, tidak tahu kenapa. Mungkin, karena mendapat tatapan tajam dari ibunya, atau hal lain. Entahlah, Jiken tidak bisa melihat bagaimana wajah ibunya sekarang.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang