Chapter 56

219 24 12
                                    

Sebelum lanjut, aku mau nanya dulu nih. Mungkin aku akan segera buat cerita baru lagi. Dan di sini, aku pengen kalian kasih saran. Kalian suka genre brothership, atau boyslove?

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Prince? Mau ke mana?"

Langkah Carel berhenti. Sementara Jiken yang sudah berada di ambang pintu spontan berhenti dan berbalik. Alisnya terangkat, sementara tangannya sudah dengan cepat menggenggam tangan kecil Carel. Takut kalau pria tua itu akan membawanya, karena dari yang Jiken tahu, nanti Albert akan kembali ke mansion utama.

Carel mengangkat alis. "Pulang. Nginep di sini nggak enak, Grandpa."

Albert terkekeh. "Apa gadis itu menganggu? Setidaknya, di sini dulu. Hari ini akan ada tamu yang datang. Sebelum Grandpa benar-benar pergi."

Carel kembali ke ruang utama. Jiken sendiri sebenarnya sudah muak berada di sini. Tapi kalau kembali, nanti gadis aneh itu akan menempeli Carel lagi. Apalagi Leon juga sama gilanya, begitu posesif pada Carel. Jiken jadi sangsi jika harus meninggalkan Carel di sini sendirian.

Carel dengan santai mengambil duduk di sofa. Jiken juga mengikuti, duduk di samping kiri, sementara samping kanan sudah tidak ada tempat lagi. Ini memang rencana Jiken, agar tak ada yang dekat dengan Carel.

"Siapa?"

Albert tersenyum. "Kau pasti sudah tahu tentang perjodohan Elora, 'kan?"

Carel mengangguk. Jiken secara diam-diam menyeringai kecil. Setidaknya, ia tak perlu turun tangan untuk menjauhkan gadis aneh itu dari Carel. Tak perlu mengotori tangan, karena gadis itu akan benar-benar menjauh dari Carel.

"Perjodohan?"

Suara Elora menggema dengan ceria. Jiken langsung waspada dan spontan memegang lengan Carel. Jangan sampai kecolongan lagi dan membiarkan gadis aneh itu dekat-dekat dengan saudaranya lagi.

Elora tersenyum. Tatapannya mengisyaratkan pancaran ceria dan begitu bahagia, dan itu mengarah pada sosok yang duduk di samping Jiken. Sepertinya, gadis itu baru saja salah paham.

"Jadi, Opa akan jodohkan aku dengan Carel?"

Elora hampir memekik kegirangan. Jiken kali ini benar-benar mati-matian untuk menahan diri. Tangannya sudah terkepal kuat, sangat ingin sekali memberikan bogeman pada tepat di wajah Elora. Sayang sekali, ia tak bisa melakukannya, dan hanya bisa memberikan tatapan tajam.

Albert memijat pelipis yang mendadak berdenyut. Apalagi, wajah Elora begitu bahagia dan ceria. Jadi tidak tega, tapi ini juga salah. Tak seharusnya gadis itu menyimpan perasaan seperti ini pada Carel.

"Kau salah paham, Lora."

Elora langsung mengalihkan pandang. Wajah Carel memang mempesona, tapi suara sang Opa mampu membuat jantungnya seakan ingin berhenti berdetak. Apa maksud dari ucapan opanya itu?

Albert menarik lengan Elora untuk duduk di sofa. "Kau akan tahu setelah dia datang nanti."

Carel duduk dengan santai. Menyilangkan kaki dengan tangan yang sudah sibuk dengan ponsel. Bahkan, perhatian Elora yang sedari tadi ada padanya pun terabaikan. Ini sudah biasa. Elora memang sudah kelewat gila.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang