Chapter 8

865 86 2
                                    

DIMOHON UNTUK READERS!
JIKA TERTARIK DAN BACA CERITA INI, JANGAN LUPA UNTUK MEMBERIKAN VOTE AND COMENT.
THANK YOU!🤟

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Bawa gue ke apart lo, dong."

Jiken mengangkat sebelah alis. Tanpa belas kasihan, dia menekan kapas bercampur obat merah yang menempel di sudut bibir Carel. Membuat cowok itu berjengit dan langsung menjauh, sambil mengusap lembut sudut bibirnya yang kembali nyeri.

"Anjing! Lo punya dendam apa sih ma gue? Lo kira ini nggak sakit apa!"

Jiken mengangkat bahu. Sama sekali tidak menunjukkan wajah rasa bersalah, hanya datar dengan mata yang menyorot tenang.

"Gue kira nggak bakalan sakit."

Carel berdecih. Dia kembali duduk, agak jauhan dengan Jiken. Cowok tidak tahu diri itu benar-benar menyebalkan. Tak punya rasa iba sama sekali. Padahal, Carel tadi sudah membantunya. Jika bukan karena dia, sudah pasti Jiken akan berakhir di rumah sakit.

Coba saja dunia tak begitu jahat, pasti saat ini Carel bisa hidup tenang tanpa embel-embel keluarga Sanjaya. Jika saja ibunya masih hidup, pasti hidup Carel akan jauh lebih baik.

Carel mendongak dan tersenyum hambar. Langit biru nyaris tanpa awan dan sinar matahari yang menyala, sangat kontras dengan suasana hati Carel sekarang.

Tuhan sepertinya memang ingin bermain-main, ingin agar Carel bisa menjalani kehidupan buruk ini seorang diri. Tapi ini juga tidak terlalu buruk. Dengan begini, Carel tidak akan mudah mengeluh akan kejamnya dunia.

"Gue cape."

Carel berdiri. Jiken spontan mendongak dan langsung menarik tas di punggung cowok itu. Carel yang sudah akan melangkah langsung tertarik. Punggung cowok itu ambruk menghantam dada bidang Jiken, hingga mereka terlentang di tanah.

"Wah, lo seneng banget buat gue emosi, Ji. Lo mau apa sih sebenernya dari gue? Untung aja gue baek. Kalo enggak, udah gue tonjokin muka kek babi lo itu."

Carel bangkit dengan susah payah sambil menarik tasnya. Jiken yang hendak bangkit lewat tas Carel pun tanpa aba-aba langsung kembali terlentang di tanah. Spontan, membuat Carel tertawa lepas sambil memengang perut yang bergetar.

"Mampus! Dapet karma 'kan, lo. Makanya, jangan suka cari masalah ma gue."

Jiken diam, mengamati lekat tawa lepas di bibir Carel. Entah kenapa, itu membuat hatinya sedikit hangat. Tapi Jiken tidak tahu kenapa. Hanya saja, ini untuk pertama kalinya, ada orang tertawa di depannya.

Seumur-umur, belum pernah ada yang melakukan itu. Bahkan, abang-abangnya tak pernah tertawa di depan Jiken. Ya, dia tahu karena mereka sama seperti dirinya. Dingin dan cuek.

"Ke apart gue."

Carel berhenti tertawa dan langsung mengangkat sebelah alis. Jiken membuang muka, berdehem sebentar dan bangkit berdiri. Carel mengangkat bahu dan hendak pergi, tapi Jiken lebih dulu menggenggam lengannya.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang