Chapter 33

212 29 5
                                    

YANG BACA WAJIB KASIH VOTE & COMENT❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Gue tidur di kamar lo, ya?"

Carel menyandarkan punggung ke dinding dekat balkon, lalu melipat kedua tangan di depan dada. Arah matanya lurus menghadap Sakya, memberikan sorot tenang. Nyaris tanpa emosi, tapi mampu membuat Sakya langsung mengalihkan pandang. Menatap bulan sabit di langit. Bersinar, tapi sesekali juga melirik Carel.

"Mana Liam?"

Sakya mengepal kuat kedua tangannya yang berada dalam saku celana. Tatap matanya lagi-lagi meredup, nampak kosong. Carel masih cukup peka untuk menangkap hal itu. Hanya saja, Carel tak bisa menangkap raut wajah Sakya yang mendadak tenang, setenang air mengalir. Bahkan, Carel sampai dibuat mengantuk hanya dengan deru napas lembut dari mulut Sakya.

"Kenapa, nanya, dia? Lo, nggak suka ya, kalo gue di sini?"

Suara Sakya sudah seperti nada tenang yang nyaris membuat mengantuk. Carel nyaris menutup mata. Wajah cowok itu sangat lucu, tapi Sakya tak tahu kenapa hatinya panas. Sampai-sampai, ia ingin menghajar Liam. Jika ia bisa. Sayang sekali, Liam juga bagian dari dirinya.

Carel mengangkat bahu. "Nanya doang. Lo 'kan, bukan diri Liam yang asli. Seharusnya, lo nggak muncul selama ini. Atau, Liam emang udah muak hidup?"

Sakya mendekat. Kali ini, deru napasnya benar-benar lembut, terdengar jelas. Karena sekarang, jarak Sakya dengan Carel tak lebih dari satu langkah. Jika bukan karena cahaya bulan sabit yang menerpa, mungkin Carel tak akan tahu raut wajah Sakya yang entah kenapa jadi seperti orang menahan amarah.

"Mungkin, aja. Kenapa? Lo, nggak pengen gue di sini?"

Suara Sakya berat, tenang dan bernada datar. Tidak tahu apa maksud utama dari ucapannya. Carel paling kesulitan jika sudah membaca ekspresi seseorang dari gaya bicaranya. Karena, ia hanya lebih peka pada raut wajah seseorang, bukan dari gaya bicaranya.

Carel mengangkat bahu. "Netral. Ada ataupun enggak, gue nggak peduli. Sekarang, mending lo tidur. Udah malem."

Sakya terkekeh. Reflek, cowok itu mengacak-acak rambut hitam legam milik Carel. Wajah cowok mungil itu mulai suram. Tapi entah kenapa, itu sangat lucu di mata Sakya.

Carel spontan merapikan rambutnya lagi. "Anjing, lo! Rambut gue jadi berantakan ini."

"Gue, boleh tidur di kamar lo, dong?"

Carel melirik balkon, tepatnya bagian bawah. Wajah cowok itu tetap tenang, tak ada ekspresi serius di sana. Tapi Sakya cukup tidak peduli, karena yang terpenting sekarang, ia harus bisa tidur berdua dengan Carel. Ingin memeluk cowok mungil ini, seperti seorang Kakak yang memberikan kasih sayang untuk Adik kesayangan.

"Jangan malam ini."

Suara Carel tenang, begitu juga dengan tatap mata dan raut wajah. Seolah, ucapannya biasa-biasa saja dan tak berdampak serius. Namun, mampu mengundang gejolak aneh di hati Sakya. Seperti, ada bongkahan batu berlumuran api menghantam hatinya.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang