Chapter 45

182 28 0
                                    

Tetep up walau enggak rame.

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Ngapain lo di sini? Mau ngetawain keadaan gue?"

"Pikiran lo, Cok nggak bermutu banget. Gue ke sini mau liat keadaan lo. Gue baru tahu kalo—"

"Pergi!"

Carel merapatkan bibir. Kening cowok itu berkerut. Kenzo memasang wajah garang dan tatapan tajam. Cowok itu menunjuk arah pintu keluar dengan tangan yang terbebas selang infus. Carel langsung berubah. Yang semula berwajah lembut langsung datar, tapi Kenzo tetap dengan wajahnya yang mengeras.

"Gue cuman mau liat keadaan lo."

Kenzo menatap sinis. "Jangan sok peduli. Lo juga pasti kayak mereka, 'kan? Udah, ketawa aja kalo mau ketawa."

Carel yang semula mengepal kuat kedua tangan, hingga kuku jari memutih, berusaha untuk tetap tenang. Wajah cowok itu pun berangsur lebih tenang. Tak ada lagi wajah datar, hanya ada wajah tenang dan tatapan lembut.

Carel melirik nakas. "Lo belum makan, 'kan?" Dia mendekat dan meraih semangkuk bubur di sana. "Biar gue suapin, ya?"

Kenzo berdecih sarkas. "Udah gue bilang, jangan sok peduli, anjing! Nggak ada gunanya, tahu nggak!"

Carel menarik napas pelan sebelum menarik kursi dan duduk di samping kanan bangsal. Kenzo sama sekali tidak melirik, lebih memilih mengamati langit biru dari balik jendela.

"Gue udah bilang, bakal jadi sohib, lo. Jadi—"

"Nggak perlu! Gue nggak butuh!"

Carel menarik napas pelan, lagi. "Sorry."

Kenzo berdecak. "Pergi aja. Jauhin gue."

Carel geleng-geleng kepala. "Gue nggak bisa. Apalagi, keadaan lo sekarang lagi nggak baik-baik aja."

"Jangan sok peduli."

"Gue emang peduli sama lo! Gue sahabat lo, anjing!"

Kenzo langsung mengalihkan pandang. Wajah cowok itu jelas nampak terkejut, apalagi matanya juga ikut membola. Tapi detik selanjutnya, langsung kembali dengan wajah biasa. Dan kini, ia menatap sinis sambil terkekeh sarkas.

"Sahabat? Kita udah nggak jadi sahabat semenjak lo ninggalin gue!"

Carel menarik napas pelan. "Maaf. Waktu itu, gue nggak bisa apa-apa selain nurut. Gue juga pengen selalu ada di sisi lo, tapi gue nggak bisa. Lo juga harus ngertiin perasaan gue, Zo. Waktu gue pergi pun, gue juga selalu kepikiran lo. Dan akhirnya, di sekolah gue yang baru, gue ketemu lo. Tapi apa? Lo malah selalu marah-marah sama gue, ngajak gue berantem. Dari situ, gue mulai berpikir, kalo lo emang udah ngelupain gue. Jadi, selama ini, cuman gue yang mikirin lo, tapi lo enggak?"

Kenzo merapatkan bibir. Carel menarik sudut bibir, membentuk senyum simpul. Cowok itu meraih tangan Kenzo yang terbebas selang infus, menggenggamnya erat dan sesekali memberikan usapan lembut.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang