Chapter 28

327 38 2
                                    

YANG BACA WAJIH VOTE & COMENT❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Lo tega banget sih, sama gue."

Carel menarik napas kasar. "Ya mana gue tahu lo sekolah di tempat gue. Lagian, ngapain lo pindah ke sana segala? Buang-buang duit tahu gak!"

"Astaga, Rel. Gue juga lakuin itu karena lo! Gue khawatir sama lo! Gimana lo di rumah baru lo? Sorry, gue baru sempet bicara sama lo sekarang."

Carel berdecak. "Gue baik-baik aja, kok. Lo aja yang parnoan. Kayak masih kecil aja dikhawatirin."

"Ya gue khawatir, lah! Gue seharusnya ada di sisi lo, jagain lo. Kalo—"

Ocehan Barra mulai terdengar seperti gumaman saja. Tidak lagi berfokus di telinga Carel, karena cowok itu kini memperhatikan arah balkon. Dimana ada Jenan dan Sakya di sana. Tengah membiacarakan sesuatu, yang terlihat serius.

Carel memasukkan ponselnya ke saku celana, kemudian mendekati balkon. Bersembunyi dibalik dinding, mengintip pembicaraan si kembar yang sudah mulai memanas. Karena sekarang, Sakya dengan wajah garang menonjok pipi Jenan.

"Jangan panggil gue dengan nama itu, anjing! Gue gak suka!"

Jenan mengusap cairan merah kental di sudut bibirnya. Cowok itu berdiri tegap, membalas tatapan garang kembarannya dengan mata sayu.

"Kenapa? Bukannya dulu lo paling suka dipanggil itu?"

Sakya mengeraskan rahang. "Sekarang beda! Gue gak suka!"

Astaga, ternyata hanya drama klise yang membuat mata ngantuk saja. Carel memutar bola mata. Cowok itu kemudian berbalik, berniat pergi saja. Di depan pintu, fokusnya kembali pada ponsel yang mendadak bergetar.

"Anjing! Gue lupa matiin lagi. Mesti tuh anak marah-marah sama gue."

Carel membuka pintu, sempat terkejut dengan suara gedebuk dekat balkon. Cowok itu sampai menoleh sebentar. Di sana pun si kembar sudah tidak ada. Carel mengangkat bahu. Bukan hal penting juga, mungkin.

"Lo ke mana tadi?" Jiken beranjak dari ranjang, mendekati Carel yang hendak menutup pintu.

"Kenapa gak bangunin gue kalo mau keluar?"

Carel memutar bola mata. "Apa urusannya? Cuman keluar bentar. Lagian, lo tidurnya pules gitu."

Jiken berdecak. "Jangan bilang lo telponan sama si Barra itu, 'kan? Seharusnya lo blok aja nomornya."

Carel melangkah, melewati Jiken yang berkacak pinggang. Tubuhnya berbaring di ranjang, diikuti Jiken yang mendadak langsung memeluk Carel dari samping. Menyandarkan kepala di bahu cowok mungil itu.

"Jangan peluk! Atau keluar dari kamar gue!"

Jiken berdecak. "Pelit banget, sih. Peluk doang gak boleh. Belum juga gue cium."

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang