Chapter 26

387 41 20
                                    

YANG BACA WAJIB VOTE & COMENT❕️
JANGAN KESERINGAN JADI SILENT READERS LAH WOI.

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
CAREL
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Kenapa lo gak bilang tadi, kampret! Kalo aja lo tadi bilang, lo gak bakal masuk BK. Terus, lo gak bakal kena masalah."

Holy shit.

Carel mati-matian menahan diri untuk tidak banyak mengumpat, hanya karena keterdiaman Jiken. Si jangkung itu masih dalam posisinya, duduk di bangku kantin-yang nyatanya sudah kosong karena jam masuk- sementara matanya sibuk dengan lantai yang sepertinya lebih menarik ketimbang wajah suram Carel.

"Jadi, sekarang lo gak bakal masuk? Ini udah bel. Lo mau kena masalah lagi, huh?"

Carel mengambil duduk dengan tidak santai. Cowok itu sibuk meminum jus jeruknya tanpa berniat memperhatikan si jangkung yang sudah membuka suara. Walau pelan dan hati-hati-seolah dia tengah bicara dengan sesuatu yang mudah pecah, nyatanya tak membuat wajah suram Carel hilang.

"Lo sendiri kenapa masih di sini? Gue gak mau lo sampe kena masalah dan masuk BK. Jadi, kalo lo gak pengen masuk, gue juga akan tetap di sini."

Setelah meletakkan satu cup jus jeruk ke atas meja dengan sedikit gebrakan, Carel resmi memperhatikan wajah tegang Jiken dengan raut santai. Cowok itu mengangkat sebelah alis, sementara Jiken mati-matian untuk tidak gugup.

"Terus? Dengan lo di sini, emang gue gak bakal masuk BK?" Tawa sarkas mengalun tidak merdu. "Gue gak butuh, Ji! Lo seharusnya masuk dan jadi murid pintar kebanggaan guru lagi. Jangan kayak gue yang bisanya cuman nyusahin doang. Gue gak mau lo jadi kayak gue, Ji."

Walau vokal di akhir cukup pelan dan nyaris tak keluar, telinga Jiken masih waras untuk mengartikan ucapan saudaranya yang seketika membuat wajah tegang itu hilang entah ke mana. Tergantikan dengan senyum tipis di bibir dan tatap berbinar.

"Lo, khawatirin gue?"

Mengabaikan jus jeruknya yang nyaris membuat tersedak, Carel memberikan senyum sinis. Sekaligus wajah suram yang tak enak dipandang, namun tetap tak menghilangkan binar senang di mata coklat Jiken.

"Ih, baperan, lo! Gue cuman gak mau lo jadi kayak gue. Suka bolos dan jadi berandal. Entar, banyak siswi yang sebelumnya tertarik sama gue jadi ke elo semua! Enak aja! Gak bisa, lah!"

Ucapan bernada sarkas itu memang tak sepenuhnya salah. Karena memang benar, jika beberapa siswi di sekolah ini menaruh kagum dan suka pada Carel. Memang aneh, karena Carel ini dikenal sebagai murid pembuat masalah, dan malah disukai. Sangat berbeda dengan Jiken yang notabene murid pintar, malah dijauhi, yang jelas karena tampang datar bak tembok itu.

Tapi karena suatu alasan, yaitu karena mulut pedas dan ceplas-ceplos Carel, mereka lebih memilih mengagumi dalam diam. Daripada kena semburan ilahi dari lidah Carel yang amat pedas luar biasa. Sampai mampu menusuk relung hati dan jantung. Terlalu lebay memang!

Jiken mengangguk, masih dengan wajahnya yang semula. Hati cowok itu langsung menghangat, hanya karena ucapan Carel-yang jelas bukan karena khawatir. Tapi tetap saja, itu suatu hal kecil yang sangat berharga di memori indah milik Jiken.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang