Chapter 44

190 31 0
                                    

Tetep up walau nggak rame.
Niatnya sih, kalo hari ini bisa rame mau double up. Tapi liat dulu aja, rame apa enggak👍

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

"Bukan urusan lo!"

Sakya terkekeh sarkas. "Carel Adik gue. Gue berhak tahu, Jiken! Dan lo ... tadi kenapa tarik-tarik dia? Lo egois! Nggak seharusnya lo kayak gitu tadi."

Jiken terkekeh sarkas. Menunjukkan wajah mengeras serta tatapan tajam dari mata hitam legam itu. Lengan Carel masih ada di genggaman tangan besarnya, sementara si empu mulai fokus pada sosok Sakya di hadapannya. Cowok itu nampak memberikan senyum, tapi respon Carel hanya wajah tenang. Tidak tersenyum tidak pula bicara.

"Kalo lo tahu dia mau ke mana. Gue yakin, lo juga bakal ngelarang dia."

Sakya mengerutkan kening. Selanjutnya, menatap mata hazel Carel dengan wajah seolah ingin bertanya. Cowok mungil itu langsung menarik lengannya dan menjauh dari Jiken, sebab si jangkung itu mulai kehilangan fokusnya.

"Rel, lo mau ke mana?"

Pertanyaan Sakya sungguh memuakkan, sama seperti Jiken. Carel mendengus sambil mengusap lengannya yang sedikit memerah. Jiken ingin mendekat dan ikut mengusap bekas kemerahan itu, tapi Carel lebih dulu menatapnya tajam.

Carel berdecak. "Pertanyaan lo nggak bermutu sama sekali. Kalian berdua nih bener-bener aneh. Dan lo, Jiken!"

Telunjuk Carel mengarah tepat pada wajah Jiken. "Nggak usah ikut campur lagi sama urusan gue! Udah cukup tadi gue diem aja. Lo makin ngelunjak, dan gue enggak suka!"

Selanjutnya, tatapan Carel jatuh pada wajah Sakya. Cowok itu nampak mulai diam, hanya memberikan tatapan seolah ingin meminta maaf. Tapi Carel hanya memberikan respon berupa decihan sarkas.

"Lo juga nggak perlu ikut campur, Sa. Gue cuman mau pergi, tapi Jikenanjing selalu nahan-nahan gue. Dia mulai nyebelin sekarang."

Carel kembali mengusap lengannya kasar, sebelum berbalik. Jiken dengan cepat kembali menahan pergelangan tangannya. Carel yang sudah kepalang emosi langsung berbalik, kemudian melayangkan tinju. Tepat menghantam hidung Jiken, hingga tubuh jangkungnya ambruk ke lantai.

"Anjing! Gue nggak mau berantem di sekolah. Tapi lo udah bikin gue emosi! Bisa nggak sih, lo itu biarin gue pergi? Lo bener-bener nyebelin, Ken."

Jiken terkejut. Bukan karena suara Carel yang kelewat lantang dan kasar, tapi karena panggilan yang dia berikan bukan lagi Ji, tapi Ken. Dan artinya, Carel memang benar-benar marah padanya. Tapi, Jiken hanya tidak mau Carel lebih dekat dengan Kenzo si pengganggu itu.

Carel benar-benar melangkah pergi kali ini. Walau sudah mendapat bogeman, hingga hidung sampai berdarah, Jiken tetap tidak menyerah. Cowok itu melirik Sakya yang hanya diam saja sedari tadi. Jiken berdecak sambil bangkit dengan susah payah.

"Dia mau nemuin Kenzo. Tuh pengganggu mau coba-coba deketin Carel. Lo nggak seharusnya cuman diem di sini doang, anjing!"

Sakya mengangkat alis. "Kenzo?"

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang