Chapter 58

205 29 23
                                    

Aku nggak tahu ini bab bakal nge feel nggak ke kalian. Maklum, beberapa hari nggak nulis jadi kaku🥲

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Kenapa lo masih nyantai gitu?"

Carel menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh, juga kepalanya yang kini tak lagi terlihat. Jiken hanya bisa menarik napas panjang, sebelum mendekat dan menarik selimut secara paksa. Carel yang belum siap harus menunjukkan wajah khas bangun tidur yang masih terlihat jelas.

Carel memutar bola mata. "Apa sih! Gue masih ngantuk, ya!"

Jiken langsung bersiap, menahan selimut yang akan ditarik oleh Carel lagi. Alhasil, cowok mungil itu beranjak bangun, duduk bersila di atas ranjang sambil menggaruk belakang kepala. Matanya masih setengah terpejam, bersiap akan tidur lagi.

Jiken menarik napas pelan sebelum ikut duduk di tepi ranjang. Dengan pelan, jemarinya merapikan anak rambut legam milik Carel yang berantakan. Tapi tak menghilangkan wajah tampan sekaligus imut yang masih terpampang di sana.

"Nggak sekolah?"

"Males!"

Jiken kembali menarik napas pelan. "Lo nggak pengen ketemu Abang lo? Bentar lagi dia lulus."

Carel berdecih. "Dia aja nggak pulang selama ini. Pulang cuman sekali doang. Dia udah nggak peduli sama gue. Jadi, kenapa gue juga harus peduli? Masa cuman gue doang yang effort, sedangkan dia bodo amat?"

"Tapi, lo emang nggak pengen tahu, siapa cewek yang udah deket sama Dhava? Dia udah nggak ujian, dan itu artinya dia bisa aja sekarang ketemuan sama ceweknya."

Carel langsung diam. Jiken diam-diam tersenyum tipis, sebelum di detik berikutnya menarik lengan Carel. Membuat si empu mau tak mau terhuyung dan jatuh ke dekapan hangat milik Jiken.

"Lo nggak perlu khawatir. Ada gue. Kalo Dhava udah nggak peduli sama lo, tapi di sisi lo masih ada gue. Kita keluarga. Lo keluarga gue, dan begitu pun sebaliknya."

Carel menarik napas pelan. "Bener juga."

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

"Astaga, El! Lo kenapa gue telpon dari kemarin nggak diangkat, sih! Ke mana aja, lo?"

Bara berlari mendekat dengan wajah khawatir. Hayden di belakang masih nampak santai, memasukkan kedua tangan ke saku celana. Tapi sorot matanya menunjukkan tatap tajam, terkhusus pada sosok jangkung yang berdiri di samping kiri Carel.

Carel memutar bola mata. "Ah elah. Lo lebay banget. Gue nggak ke mana-mana juga. Kita kan ya harus belajar, fokus buat UAS."

Bara mengerucutkan bibir. Jiken dibuat terkejut dan spontan menyingkir begitu cowok Bara langsung merengsek dan bergelayut di lengan Carel. Jiken mati-matian berusaha untuk tidak menendang selangkangan milik Bara. Dia hanya bisa mengeraskan rahang dengan tangan terkepal kuat.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang