Chapter 15

668 77 27
                                    

YANG BACA WAJIB VOTE & COMENT❕️

.
.
.
.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════

Sepanjang pelajaran berlangsung, Carel tidak ada memperhatikan sama sekali. Cowok itu sibuk dengan acara tidurnya. Membaringkan kepala di atas tas sebagai bantalan.

"Carel Buana!"

Dipanggil pun tetap tidak berkutik. Cowok itu bahkan mulai menyamankan posisi kepala. Berganti ke arah jendela yang terbuka. Angin berembus dan menerpa rambut hitam gelapnya, sampai sedikit menutup matanya.

"Carel! Tiap kali saya mengajar, kamu selalu saja seperti ini. Apa kamu tidak pernah kapok, ha?"

Karena kepalang kesal, si guru dengan tak berperasaan menarik sebelah telinga Carel. Cowok itu sampai berdiri sambil merintih. Mengibaskan kedua tangan meminta lepas. Tapi si guru bersikeras, sampai membuat telinga Carel memerah.

"Ampun, Bu. Ini namanya tindak kekerasan. Saya bisa melapor ini pada hukum, loh."

Bu Arima selaku guru Matematika itu menarik napas pelan. Akhirnya, dia melepaskan telinga Carel. Membiarkan cowok itu kembali duduk sambil mengipasi telinganya dengan buku LKS.

"Kamu mau ikut pelajaran saya atau keluar?"

Carel berdecak. "Ya keluar lah, Bu."

Bu Arima mengangguk. "Baik, silakan keluar. Tapi jangan lupa, kamu harus membersihkan seluruh kamar mandi kelas sepuluh!"

Carel memasang wajah yang amat kasihan. Sayang sekali, Bu Arima sama sekali tidak luluh. Wanita paruh baya itu malah memukul pelan punggung Carel. Mendorong cowok itu agar cepat keluar.

"Gini amat dah nasib gue. Seharusnya, Matematika itu gak pernah ada. Bikin orang pusing aja. Pertanyaannya satu, tapi jawabannya bejibun. Matematika emang freak!"

Carel tentu tak akan mau membersihkan kamar mandi. Cowok itu lebih memilih pergi ke rooftop. Tiba di sana, ia spontan membulatkan mata dengan mulut berdecak. Kedua tangannya bahkan sudah berkacak pinggang.

"Lo mau bundir?" Carel geleng-geleng kepala. "Jangan bercanda, lo. Ini di atas rooftop, bukan trampolin. Lurus lagi, lo udah langsung pindah alam."

Ocehan tak bermutu Carel sama sekali tak dipedulikan. Renka tetap maju, mengabaikan ujung rooftop yang sudah menampakkan suasana di bawah sana. Cowok itu bahkan sudah nyaris mendekat, nyaris melompat.

Carel membulatkan mata. "Lo beneran mau bundir?"

Anjing!

Pak guru BK itu pasti akan mengamuk jika tahu ini anak malah mati. Carel langsung maju, menahan Renka yang nyaris melompat. Cowok itu berdiri di depan Renka dengan tangan terlentang.

"Woi! Lo kenapa sih, anjing! Jangan mati dulu lah, anjing! Itu guru BK bisa abisin gue kalo lo mati!"

Renka seolah tuli. Mata cowok itu menyorot tajam. Rahangnya pun mengeras, dengan tangan yang mulai bergerak. Sangat cepat, sampai Carel tidak bisa menghindar, saat Renka menarik kerah jaketnya.

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang