140. Tanda Tangan

123 14 3
                                    

Mereka sudah cukup lama saling terdiam, hingga suara Vesna memecahkan keheningan di kamar itu.

"Aku belum selesai tugas buat dikumpul besok" ucap Vesna melepas pelukan Kosta.

"Aku sudah, lihat saja punya ku besok pagi" ujar Kosta tersenyum. "Sudah, kamu lelah? " tanya Kosta, Kosta bertanya seperti itu karena Vesna menangis sangat lama di pelukan nya, mata gadis itu kini sudah bengkak dan merah karena terlalu lama menangis.

"Aku mengantuk sedikit" balas Vesna menutup mulutnya, menguap.

"Ahh tidurlah sayang. Aku bersamamu" ujar Kosta menarik Vesna ke dalam pelukan nya.

"Pelukan tadi tidak cukup? " tanya Vesna.

"Tidak, aku ingin kamu memelukku, ayo peluk" ujar Kosta dengan mata terpejam.

"Hm" Vesna memeluk Kosta balik, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kosta kemudian terlelap tidur.

Diluar apartement dan dilain tempat, dua orang pria tengah berbincang di sebuah coffee shop. Pembicaraan mereka sangat serius dan itu dapat terlihat di raut wajah dua orang pria itu.

"Kau rela mengorbankan anakmu demi bisnis? " tanya salah satu pria.

"Ya, bukan hanya itu. Aku tidak suka dia dengan pacarnya, anakku pasti akan lebih bahagia dengan anakmu, Adam. Aku pastikan itu" ucap pria dengan wajah datar seraya menyeruput kopi susu pesanan nya.

"Woww, kau tidak menyesal, Danilo?" tanya pria itu.

Ya Danilo, Danilo Retrakić. "Tidak akan, Adam. Kau tahu kan? Anakmu terobsesi dengan anakku yang cantik dan seksi itu" balas Danilo terkekeh.

"Aku penasaran, seberapa cantik anakmu" ucap pria bernama Adam dengan rasa penasaran.

"Dia cantik, kau akan tercengang" balas Danilo lalu tertawa bersama Adam.

***

Sepasang insan tengah tertidur lelap di atas pulau kapuk alias kasur di dalam sebuah kamar, mereka adalah Kosta dan Vesna. Sudah 2 jam lamanya mereka tertidur hingga kini jarum jam menunjukkan pukul 11.45.

"Astaga! Sebentar lagi sudah jam makan siang kenapa mereka tidak bangun juga hah! " omel Danica seraya tangannya sibuk dengan alat-alat dapur.

"Kita juga yang susah kan jadinya! Awas saja! " Emi menampilkan ekspresi kesalnya seraya tangannya memasukkan adonan roti pizza ke dalam oven, mereka akan membuat pizza.

"Jangan ajak mereka makan! Pizza ini untuk kita saja huh! " omel Danica lagi.

"Tentu! "

Setelah pizza matang mereka menyantap nya di meja makan. Hanya berdua, mereka tidak membangunkan kedua kakak mereka.

Sementara di dalam kamar Vesna dan Kosta ternyata sudah terbangun, mereka kini tengah terduduk di kasur menonton film kartun.

Ting!

Tong!

Bell apartement berbunyi, Kosta menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan tubuh Vesna.

"Aku rasa itu pesanan kita, sebentar" Kosta berjalan keluar kamar menuju pintu apartement.

"Pesanan anda" ujar kurir makanan itu.

"Hm terimakasih, ini uangnya" ujar Kosta dingin lalu kembali masuk ke dalam. Kosta berhenti berjalan melihat Danica dan Emi yang tengah menatapnya, hingga mereka saling tatap.

"Apa? Kau mau pizza ini? Huh tidak akan aku berikan! " sinis Danica memamerkan pizza itu.

"Aku tidak akan meminta nya" balas Kosta datar lalu masuk ke kamarnya.

My First Love (Kosta Kecmanovic) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang