6

3K 211 1
                                    

Dokter Farhan terdiam di dalam kamar miliknya sekarang, ini sudah beberapa jam berlalu sejak ia pulang dari rumah sakit dan bertemu pemuda yang menurutnya aneh itu, bisa-bisanya pemuda itu menghentikan dirinya di pinggir jalan serta menanyakan hal yang sangat konyol menurutnya.

Ini pertama kalinya itu semua terjadi selama ia menjadi seorang dokter, dan ia merasa itu cukup menghibur dirinya walau pun pemuda itu sangat tak jelas, bisa-bisanya ada orang yang tak tahu dirinya siapa, ia jadi curiga jika pemuda itu tak pernah melihat tayangan di televisi.

"Pemuda aneh, bisa-bisanya tadi aku bilang buat datang kerumah sakit saja besok, padahal sudah tahu jika pemuda itu aneh tapi kenapa aku masih nyuruh dia buat datang? Ah aku cuman takut ada berita bunuh diri nanti dan itu pemuda tadi sangat tak bagus sama sekali jika itu semua menjadi nyata. Lebih baik aku yang pusing dari pada pusing melihat beritanya, selain viral tentang penculikan orang, sekarang juga viral tentang anak muda yang bunuh diri karena hal sepele. Kasihan sekali hidupnya, hal yang biasa aja bisa bikin dia bunuh diri apa lagi alasannya tentang percintaan. Bodoh sekali, ingin rasanya mengatakan itu semua pada anak muda yang bunuh diri karena cinta, jika caranya sangat salah." ujar dokter Farhan, ia sangat menyayangkan tentang pemikiran sempit anak muda sekarang, stress dikit butuh diri atau pun hal yang lainnya, padahal masih banyak hal yang bisa di lakukan agar itu semua tak berkelanjutan nantinya.

Tapi sayang, setiap kali mengatakan nasehat itu pasti mereka akan menghakimi dirinya dan mengatakan jika dirinya manusia paling benar yang ada di dunia ini, padahal ia sudah hidup lebih lama dari mereka semua sudah pasti tahu semuanya bukan? Masalah ada karena ingin menguji seberapa besar kemampuan yang kita miliki, bukan ingin membuat kita patah hati sampai bunuh diri.

Dulu ia pernah berada di titik terendah di dalam hidupnya, di mana kedua orang tuanya harus pergi selama-lamanya bersama, meninggalkan dirinya sendirian. Rasanya sangat menyakitkan sehingga membuatnya hampir depresi, tapi di dalam hatinya tak pernah terpikir untuk bunuh diri atau pun melakukan hal yang lainnya, justru karena adanya masalah itu ia jadi bisa belajar banyak tentang semua hal yang terjadi di dunia ini dan tak ada yang abadi di dunia ini.

Tapi sayangnya setiap kali mengatakan nasehatnya pada anak muda yang datang karena ketahuan hamil duluan, ia pasti akan kena marah lebih dulu. Bahkan saking syoknya ia tak bisa berkata-kata, sehingga sekarang ia sudah tak ingin banyak bicara lagi.

Dokter Farhan hanya berpikir tentang fakta saja sekarang, jika yang mereka lakukan itu sangat salah dan menyesalnya pasti sangat lama. Ia bisa memastikan jika korban bunuh diri tak tenang di alam sana, karena bukan waktunya mati tapi mereka memilih mati sendiri.

"Selama sepuluh tahun lebih hidup sendiri tanpa kedua orang tua, aku sama sekali tak berpikir untuk melakukan hal gila itu. Karena banyak hal yang bisa di lakukan agar pikiran bisa lebih tenang lagi, bukan dengan mati. Orang mati saja di doa kan agar tenang disana, lalu apanya yang bagus?"  ujar dokter Farhan, bertemu dengan pemuda itu membuatnya memikirkan hal itu lagi, padahal ia pulang cepat untuk menenangkan pikiran yang kacau karena seharian penuh pasiennya anak-anak muda semua.

Tapi bukannya istirahat, ia malah memikirkan hal ini sejak tadi. Pemuda itu mampu membuatnya berpikir dengan keras.

Tatapan itu mengarah pada jam yang ada di dinding kamar miliknya sebelum terdiam saat menyadari jika sekarang sudah jam setengah dua belas malam, sejak tadi ia memikirkan pemuda itu dan juga perkataanya saja tadi sehingga tak terasa sudah jam setengah dua belas malam sekarang.

Terdengar suara dering handphone miliknya membuat dokter Farhan mendudukan dirinya sebelum mengenakan kaca mata miliknya, ia memang sering mengenakan kacamata karena matanya sedikit bermasalah serta sedikit rabun, begini lah jika dulu terlalu fokus mengerjakan skipsi untuk mengejar kelulusannya sampai matanya rabun. Tertera nama temanya di sana, membuat ia bertanya-tanya apa yang tengah temannya itu pikirkan sehingga menghubungi dirinya malam-malam seperti, padahal mereka sudah sepakat untuk bergantian ship, ia pagi sampai sore dan temannya sore sampai subuh.

"Kenapa lo?" tanya dokter Farhan, ia ingin langsung pada intinya dan tak banyak bicara karena bingung tujuan temannya menelpon itu apa?

"Laki gue nelpon barusan, dia pengen gue pulang karena anak kami menangis sejak tadi, mungkin karena dia lagi sakit, apa lo mau gantiin gue? Nanti gue bakalan gantiin lo juga kapan pun lo mau, karena lo tahu sendiri gimana anak gue kalo sakit kan? Tantrum dia dari tadi,"

Dokter Farhan terdiam, ini bukan yang pertama kalinya ia harus menggantikan temannya karena anaknya sakit, pantas saja temannya itu menghubungi dirinya sekarang. Ia tak bisa egois karena menjadi orang tua itu tak mudah, pasti temannya juga merasa khawatir dengan kondisi anaknya sejak tadi sehingga memilih untuk menghubungi dirinya sekarang.

"Lo pulang aja, bentar lagi gue berangkat kesana. Lima menit paling gue udah ada di sana jadi lo nggak perlu khawatir tentang itu semua, fokus sama kesembuhan anak lo aja sekarang ini. Keluarga lo jauh lebih penting dari semuanya," ujar Farhan apa adanya, mungkin jika ia sudah memiliki keluarga maka mereka akan jadi prioritas utamanya, tapi karena sekarang ia belum berniat mempunyai sebuah hubungan dengan seseorang maka ia jauh tertinggal oleh teman-teman seumurannya.

Ia beranjak dari atas tempat tidur untuk berganti pakaian kembali dan segera pergi keluar untuk datang ke rumah sakit sekarang. Untung saja jarak antara apartemen dan juga rumah sakit sangat dekat sehingga ia bisa dengan mudah datang dan juga pergi dari sana, ia tak salah memilih tempat. Ini semua juga harus ia lakukan, karena hanya dirinya dan juga temannya saja dokter tetap di sana, sedangkan yang lainnya datang sesuai jadwal pertemuan dengan pasien saja. Tatapan itu mengarah pada jalanan yang terlihat sepi sekarang, pantas saja banyak kejadian penculikan karena di sini memang sepi, tapi itu semua tak membuatnya merasa takut sedikitpun.

Farhan terdiam saat melihat seseorang tengah menyembuyikan wajahnya di lutut miliknya sekarang, kenapa orang itu berada di dekat gerbang rumah sakit? Tak mungkin orang itu penculik karena pakaiannya seragam sekolah, mana ada penculik masih sekolah bukan? Terlebih disini yang banyak penjagaannya.

Ia berjalan mendekat agar bisa melihat orang itu, menatap tubuh bergetar itu dalam diam, sebelum menyentuh bahu itu dengan pelan sekarang.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Bersambung...

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang