Saat sampai di rumah sakit yang sejak tadi mereka tuju, dokter Farhan langsung memberikan beberapa lembar uang warna merah pada sopir yang mau mengantarnya ke sini, mengucapkan kata terima kasih beberapa kali sebelum keluar dan berlari masuk ke dalam rumah sakit itu tanpa peduli jika ini sudah lumayan larut malam.
Dokter Farhan terus berlari sehingga mengundang tatapan bertanya dari orang-orang yang melihatnya termasuk para petugas yang ada, mereka merasa heran kenapa dokter Farhan bisa kembali secepat ini padahal waktunya di luar kota masih sangat lama. Kondisi pria itu kurang bisa di katakan baik, raut khawatir terlihat sangat jelas di sana sehingga siapa saja yang melihatnya ikut merasa cemas.
Pria itu sibuk mencari di mana keberadaan temannya sekarang, mengira-ngira di mana Melviano berada sekarang, sebelum langkahnya memelan saat melihat temannya tengah berdiri di depan sebuah ruangan saat ini. Ia mengira Melviano sudah pulang setelah mengatakan hal itu ternyata tidak.
"Apa dokter masih melakukan pemeriksaan?" tanya dokter Farhan dengan napas memburu karena terlalu lama berlari tadi, ia mengatur napasnya sebaik mungkin agar bisa dengan mudah mengerti apa yang temannya itu sampaikan padanya sekarang.
"Lo dokter kan? Masuk dan bantu mereka juga. Lo harus ngeliat gimana kondisinya, gue cuman bisa bantu sampe sini doang karena istri gue di rumah lagi nungguin. Semoga semuanya berjalan dengan lancar dan baik-baik aja ya," ujar Melviano dengan menepuk punggung temannya itu beberapa kali sebelum beranjak dari sana, membelikan makanan yang istrinya inginkan dan pulang.
Dokter Farhan terdiam mendengar itu semua, dengan pelan ia mulai masuk ke dalam sana sebelum terdiam kembali saat melihat beberapa dokter menatap kearahnya.
"Biar saya bantu," ujar dokter Farhan dengan tatapan terkunci pada wajah pemuda itu, bibirnya sobek, pipinya memar dan dahinya terluka, tangan itu juga terluka begitu banyak luka di sana pantas saja tadi temannya itu mengatakan jika Nio-nya di pukul menggunakan benda tajam, ia tak bisa membayangkan bagaimana pemuda itu tadi melawan mereka, tak terasa air mata jatuh begitu saja sebelum mengenakan pakaian dokter miliknya dan alat pelindung lainnya, ia harus menyelamatkan orang yang dirinya cintai sekarang.
Tangan itu bergetar saat membantu para dokter yang lainnya, rasanya sangat menyakitkan melihat pemuda yang biasanya banyak bicara dan selalu tersenyum padanya hanya diam seribu bahasa seperti ini apa lagi dengan kedua mata bulat tertutup yang sedikit memucat ini.
Dulu ia pernah berada di posisi seperti ini tapi dulu ia sama sekali tak berani untuk ikut dalam mengobati kedua orang tuanya, ia terlalu takut sehingga kenyataan menampar dirinya dengan kehilangan kedua sosok yang sangat berarti di dalam hidupnya itu, sekarang ia tak akan melakukan kesalahan yang sama lagi, ia akan membantu semuanya sebaik mungkin dan menyelamatkan cintanya.
****
Beberapa saat berlalu, pengobatan itu selesai dengan baik dan Nio langsung di pindahkan ke tempat yang seharusnya. Kondisi pemuda itu kurang bisa di katakan baik karena tubuhnya penuh dengan luka dan entah kapan kedua mata bulat itu akan terbuka, yang pasti semuanya baik-baik saja sekarang rasa takut akan kehilangan lagi sedikit memudar. Ada kepuasan tersendiri saat bisa membantu mengobati tubuh itu dengan baik dan ia berjanji pada dirinya sendiri jika pemuda itu akan dirinya jaga sebaik mungkin saat dia sadar nanti.
"Han?"
Tatapan itu mengarah pada dokter Lisa yang tengah masuk dengan tergesa-gesa, mungkin saja kabar akan kembalinya dirinya sampai ke wanita itu sehingga wanita yang tengah hamil muda itu datang ke sini padahal masih sangat larut.
"Lo kenapa pulang tiba-tiba? Ada masalah serius kah? Soalnya gue tahu kalo jadwal lo masih satu bulan lebih lagi di sana tuh," ujar dokter Lisa panik, mungkin saja ada masalah serius di sana dan temannya itu tak bisa menanganinya dengan baik sehingga di suruh pulang? Pikirannya tak bisa tenang sejak hamil muda seperti ini.
"Nio di celakain seseorang tadi, untungnya sebelum pulang gue minta bantuan si El dulu buat datang dan selametin Nio. Dan pas El datang ke sana ternyata emang bener pemuda itu di lukai seseorang, orang itu pasien gue sendiri. Lo tau Lis? Gue pengen marah karena orang yang mulai gue cintai dilukaiin, tapi sekarang bukan saatnya untuk itu semua. Gue harus rawat Nio sebaik mungkin sebelum ngelakuin itu semua. Badan dia penuh sama luka, untungnya nggak ada luka serius banget walaupun sekarang dia masih belum sadar," ujar dokter Farhan, andai bisa mungkin sudah sejak tadi ia membalas orang-orang yang sudah mencelakai miliknya, tapi setelah berpikir lagi ini bukan saatnya melakukan hal itu karena kesehatan pemuda itu lebih penting jadi sekarang ia harus fokus sebelum melakukan semuanya.
"Pasien lo serem-serem anjir, untung gue nggak di suruh ngurus itu semua. Bisa bahaya keluarga gue kalo itu semua sampe terjadi. Betewe baru tadi siang gue ketemu sama dia dan kasih handphone yang lo mau kasih waktu itu, dia emang gemoy sama cantik sih pantes aja lo suka, cuman kalo gue sih bukan suka tapi gemes. Soalnya kalah cantik," ujar dokter Lisa berusaha menghibur temannya itu, jika ia ikut panik maka itu tak akan baik untuk temannya itu.
"Lo pulang sana, lagi bunting bukannya istirahat! Gue mah nggak lagi bunting jadi lo nggak perlu ngerasa khawatir sama gue, fokusin sama anak kedua lo aja, banyakin di rumah jangan maksain ke rumah sakit. Cukup gue aja yang gila kerja karena masih sendirian, lo jangan sampe," ujar dokter Farhan dengan gerakan tangan mengusir, memang wanita hamil tak seharusnya larut-larut masih berada di sini bukan? Walaupun tahu pasti Lisa akan menjaga kandungannya sebaik mungkin tapi tetap saja sebagai teman dan dokter juga, ia khawatir.
"Iya iya! Setan lo! Gue ke sini karena panik lo malah ngusir belom sempet gue duduk," dokter Lisa segera beranjak dari sana membuat dokter Farhan terkekeh, sangat menyenangkan membuat temannya itu kesal.
Ia kembali terdiam setelah ke pergian temannya itu, jujur saja ia bingung sekarang. Ingin menemui pemuda itu tak bisa karena baru saja di pindahkan, ingin pulang supaya bisa tidur tak bisa. Sangat sulit menjadi dirinya demi apapun.
"Semoga kamu baik-baik saja ya? Segera sadar biar kita bisa bicara tentang banyak hal lagi, jujur aku merindukan makian kamu yang sangat menampar itu," ujar dokter Farhan dengan tatapan mengarah pada langit-langit rumah sakit sekarang.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...