51

2.3K 193 9
                                    

Dokter Farhan berjalan masuk ke dalam rumah peninggalan kedua orang tuanya dengan Nio berada di belakang dirinya sekarang, rumah ini tak ada yang berubah sama sekali karena kalaupun ada sesuatu yang di ganti pasti ia meminta untuk di carikan barang itu sama sesuai yang ada di dalam sini agar nuasa rumahnya tak berbeda jauh.

Mungkin jika sejak dulu ia tetap memilih tinggal di sini, maka rumah dan barangnya tak akan begitu banyak yang rusak tapi entah kenapa rasanya sulit sehingga ia memutuskan untuk tinggal di apartemen saja. Dan sekarang baru bisa kembali ke sini setelah menemukan orang yang memang tepat untuknya.

"Rumahnya nyaman sama nggak terlalu gede juga jadi enak kalo mau bersih-bersih," ujar Nio yang sejak tadi sibuk memperhatikan semua area yang ada di rumah ini, walaupun ada beberapa yang terlihat masih basah catnya tapi itu semua masih terlihat bagus.

Terlebih rumah ini tak terlalu besar, nyaman untuk mereka tinggali berdua saja, jika lebih besar lagi maka akan jauh terlihat kosong dan juga sepi.

"Rumah ini sengaja kedua orang tua mas beli saat mas lahir dulu, karena sebelum mas lahir mereka masih tinggal di kontrakan karena ayah masih kerja sampingan tapi syukurnya setelah ibu mengandung, rezeki yang ada mengalir dengan mudahnya maka dari itu mereka membeli rumah ini. Terlebih mas hanya anak tunggal karena ibu sudah tak bisa mengandung akibat darah yang sangat tinggi waktu itu. Rumah ini memiliki dua kamar, ruang tamu, dapur, tiga kamar mandi termasuk di dalam dua kamar sama samping dapur sama ada halaman rumah juga walaupun tak terlalu besar tapi itu nyaman untuk di buat tempat berjemur atau olahraga," ujar dokter Farhan menjelaskan sedikit apa yang dulu pernah kedua orang tuanya katakan mengenai rumah ini, maka dari itu sejak ke pergian mereka saat ada yang ingin membeli rumah ini ia tak memberi izin.

"Denger cerita lo barusan, kayaknya perjuangan mereka buat dapetin ini semua nggak mudah ya? Tapi selama bersama orang yang di cintai, semua yang terasa berat pasti bisa di lewati dengan mudah," ujar Nio, ia juga ingin sekali tahu siapa kedua orang tuanya hanya untuk sekedar tahu, jika itu orang tuanya tapi baik pihak panti atau pun orang yang ada di sekitaran panti asuhan dulu tak ada yang tahu, karena ia di buang saat tengah malam.

"Iya kamu benar, maka dari itu sekarang saat sudah memiliki kamu mas merasa begitu senang. Karena semua hal yang selama ini sulit untuk mas lewati, bisa dengan mudah kita lewati bersama. Seakan-akan ada kekuatan untuk itu semua. Walaupun mungkin setelah ini semuanya akan lebih berubah lagi, sekarang mas jauh lebih siap lagi sehingga apapun yang akan terjadi nanti, maka terjadi lah," ujar dokter Farhan, ia menggengam tangan si manis agar mengikuti dirinya.

Membuka pintu kamar yang tertuliskan namanya di sana sebelum menutup pintu itu saat mereka sudah berada di dalam, membuat pemuda itu terdiam melihat isi kamar suaminya itu terlihat sangat rapi sama seperti di apartemen, memang sejak kecil pria itu sangat menyukai kebersihan? Mungkin saja.

"Ini kamar yang mas tempati sejak umur tiga tahun sampai 26 tahun sebelum kedua orang tuanya mas pergi. Di sini biasanya mas akan selalu belajar atau mengerjakan tugas kuliah yang super menunpuk seperti jemuran," ujar dokter Farhan dengan menunjuk meja belajar yang ada di dalam kamarnya, walaupun tak terlalu besar tapi semuanya ada di dalam sini.

"Lo sejak kecil suka banget sama kebersihan ya? Sejak pertama kali masuk apartemen lo dulu gue lihat rapi banget bahkan debu pun minder ada di sana dan sekarang gitu juga," ujar Nio tak habis pikir, karena ia termasuk orang yang lumayan malas bersih-bersih jika boleh jujur.

Dokter Farhan tersenyum lembut mendengar itu semua, "memang sejak kecil mas ingin sekali menjadi dokter, seperti cita-cita yang sangat ingin di capai. Sampai sering kali minta beliin ayah mainan dokter-dokteran itu waktu kecil dulu dan mereka mendukung penuh atas itu semua walaupun hidup serba ada tapi untuk uang sulit untuk di dapatkan dengan mudah, tapi karena keinginan mas itu mereka sampai menabung agar bisa kuliahin suami kamu ini. Dulu mas juga sempat bekerja untuk membantu mereka tapi sering kali ibu marah karena itu mengganggu fokus belajar sehingga memaksa mas untuk tak bekerja," ujar dokter Farhan saat mengingat semua kenangan itu, saat berada di sini semua hal yang dulu pernah mereka lakukan bersama terlintas begitu saja membuatnya merasa senang dan juga rindu di saat yang bersamaan.

Nio tersenyum sebelum berjalan mendekat ke arah suaminya itu dan memeluknya, ia sangat suka saat pria itu mulai bercerita semua hal tentang apa yang dulu dia lakukan karena itu artinya dokter Farhan sudah mau sangat terbuka padanya.

"Capek nggak bicara terus dari tadi?" tanya Nio dengan mendongak ke atas agar bisa menatap ke arah suaminya itu sekarang, tinggi badan mereka jauh berbeda mungkin pria itu memiliki tinggi 185cm sedangkan dirinya sendiri 160 cm.

"Lumayan, tapi itu semua membuat mas merasa senang dan juga damai di saat bersamaan karena akhirnya ada seseorang yang memang mau dan siap mendengar semua hal yang mas katakan tanpa harus memberikan kritik apa pun. Mungkin ini yang di maksud jodoh? Selama ini mas sulit untuk terbuka dengan seseorang bahkan pada Melviano sekalipun, tapi sama kamu semuanya terasa berbeda." ujar dokter Farhan sebelum menunduk dan menyatukan bibir mereka berdua kembali, saling menghisap bibir satu sama lainnya, saling membelit seakan-akan ini hal yang sangat nikmat yang harus mereka lakukan.

"Hah! Lo .... pro banget!" ujar Nio tak habis pikir jika suaminya sangat pandai dalam hal berciuman sedangkan ia sendiri sudah sering belajar jadi sudah pasti bisa, ah beginilah jika jodohmu sudah tak polos lagi.

"Mas banyak belajar dari internet, tapi belum pernah prakter secara langsung. Ini pertama kalinya dan rasanya luar biasa," ujar dokter Farhan dengan menghapus sisa saliva yang ada di bibir si manis sekarang, menikmati bibir bengkak itu.

"Bibir gue sampe kebas karena ciuman lo yang brutal," ujar Nio dengan mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya itu, ah mungkin mereka akan langsung bermain?

"Mandi dulu, kamu main mepet-mepet saja sama mas. Kita mandi dulu baru setelah itu main," ujar dokter Farhan dengan senyuman kecil miliknya melihat tingkah pemuda itu sekarang.

"Kan kalo main kotor lagi jadi buat apa mandi?" Logika Nio mulai keluar, melupakan jika suaminya itu seorang dokter bukan orang biasa.

"Kita habis dari luar, seharian penuh ngelakuin aktifitas jadi harus mandi lebih dulu. Kebersihan dan kesehatan itu nomor satu sayang, yang lainnya bisa ditunda lebih dulu," ujar dokter Farhan dengan mengelus pipi pemuda itu agar dia mengerti, membuat Nio menganguk sebelum melepas pelukannya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

Bersambung..

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang