49

2.2K 195 6
                                    

Beberapa bulan berlalu, berkat bantuan Melviano, baik dokter Farhan maupun Nio bisa menemukan orang terpercaya yang bisa membantu mereka menikah sehingga sekarang mereka berdua tengah berdiri dengan posisi saling menghadap satu sama lainnya, beberapa saat yang lalu janji suci baru saja di ucapkan sehingga sekarang mereka sudah resmi menjadi pasangan suami-suami, dengan para saksi hadir di sana.

Nio tersenyum senang menatap ke arah dokter Farhan yang terlihat semakin tampan hari ini, walaupun butuh waktu beberapa bulan untuk ini semua tapi hasilnya sangat lah memuaskan sehingga membuat mereka berdua sama sekali tak keberatan, malah senang karena pada akhirnya mereka bisa bersama setelah beberapa bulan ini saling mengerti diri pasangan masing-masing, entah makanan kesukaan, kebiasaan baik, kebiasaan buruk, sikap nakal, semuanya sudah mereka ketahui satu sama lainnya tanpa melakukan kontak fisik yang lebih dari sentuhan tangan dan pelukan saja.

"Lo makin ganteng aja gue liat-liat, biasanya udah ganteng sekarang makin-makin lo," ujar Nio yang masih belum terbiasa mengubah cara bicaranya walaupun mereka sudah bersama nyaris beberapa bulan ini, menurutnya hal itu sangatlah sulit terlebih untuk pemuda pencicilan sepertinya, rasanya geli.

"Kata orang aura orang yang baru menikah itu sangat berbeda, mungkin itu yang kamu lihat dari mas sekarang," ujar dokter Farhan yang sudah membiasakan diri untuk memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'mas' jika bicara dengan si manis, agar pemuda itu mengerti jika hal itu tak menggelikan sama sekali, hanya saja butuh pembiasaan diri untuk itu semua.

Pria itu tak akan memaksa sama sekali, baginya kenyaman pemuda itu jauh lebih utama dari hal apa pun itu. Ia juga mengerti jika itu semua tak mudah sama sekali terlebih untuk pemuda seperti Nio yang memang sudah terbiasa melakukan hal seperti ini, wajar jika susah. Berbeda dengannya yang tak terlalu fokus pada satu hal sehingga mudah untuknya mengubah hal yang bisa membuat dirinya nyaman sendiri.

Nio tersenyum senang mendengar itu semua, ah hatinya menghangat bisa merasakan hal ini, ucapan lembut yang selalu pria itu berikan membuatnya semakin jatuh dan jatuh setiap saatnya, tak ada rasa bosan apapun untuk itu semua. Candu yang begitu dirinya nikmati.

Dokter Farhan menunduk, kedua tangan kekar itu melingkar manis di pinggang Nio sebelum menarik pemuda itu agar lebih mendekat lagi ke arah. Senyuman lembut ia berikan saat tatapan mereka bertemu, sekarang pemuda ini hanya untuknya, miliknya seorang dan tak ada siapapun yang bisa mengambilnya walaupun orang itu masalalu Nio sekalipun, ia tak peduli itu semua selagi pemuda itu ada di jangkuan miliknya maka tak ada satu orang pun bisa mengambilnya.

Tangan itu mengangkat dagu si manis agar mau mendongak sebelum menyatukan bibir mereka, ciuman lembut tapi penuh akan tuntutan itu mereka lakukan, hal yang belum pernah mereka lakukan selama berpacaran sekarang bisa di lakukan tanpa merasa takut sedikitpun. Sekarang mereka sudah saling memiliki satu sama lainnya jadi tak ada alasan untuk menunda semuanya bukan?

Beberapa saat kemudian, tautan itu terputus karena mereka berdua sama-sama kehabiasan napas, kedua kaki pemuda itu berjinjit sebelum memeluk pria yang sekarang sudah berstatus sebagai suaminya itu cukup erat agar bisa melampiaskan rasa bahagia yang ada di dalam dirinya saat ini, demi apapun rasanya sangat sulit di ungkapkan betapa senangnya hatinya saat ini, bisa bersama dengan orang yang memang bisa menghargai dirinya dan juga menerima baik buruknya sikap yang ada, rasanya luar biasa walaupun banyak yang akan berubah setelah ini semua, tapi selama ada pria yang sudah menjadi suaminya itu maka apapun akan ia hadapi.

"Gue cinta sama lo, ah ralat gue makin cinta sama lo. Makasih karena udah ngelakuin ini semua sehingga gue ngerasa kalo emang diri gue ini bisa bahagia tanpa harus mengemis itu semua. Bersama dengan lo bikin gue sadar kalo cinta nggak semuanya tentang senang-senang dan sex doang, cinta itu tentang kita yang bisa mengerti gimana pasangan kita sendiri, siap menerima semuanya dan nggak mau ngerusak pasangan sendiri sebelum waktunya." bisik Nio saat mereka berdua masih berpelukan, sebelum melepaskan pelukan miliknya agar bisa menatap ke arah pria yang sangat ia cintai itu.

"Banyak hal yang ingin mas katakan untukmu tapi entah kenapa setelah ini semua, perkataan itu secara tiba-tiba lenyap begitu saja saking bahagianya. Bertemu denganmu seperti berenang di lautan, sulit tapi menyenangkan untuk di lakukan karena hanya orang-orang yang pandai bisa melakukan itu semua bukan? Dan mas-mu ini termasuk salah satunya, terima kasih karena sudah mau hidup bersama dengan pria yang sudah mulai berumur ini, nanti di saat mas sudah mulai rabun dan tak bisa melihat kamu setiap saatnya, tolong untuk jangan pernah tinggalkan mas ya? Sekarang mas hanya punya kamu di sini, yang bisa selalu menjadi tempat ternyaman sekaligus tempat untuk pulang jika merasa semuanya terlalu melelahkan." ujar dokter Farhan, begitu banyak perkataan yang ingin ia ungkapkan agar pemuda itu tahu betapa beruntungnya dirinya bisa memiliki Nio, tapi ternyata saat sudah berada di posisi ini semua yang sudah tersusun rapi di dalam otak menghilang begitu saja saking senangnya, setidaknya si manis tahu jika dirinya begitu bahagia sekarang tanpa merasa tertekan sedikitpun.

Mereka kembali tersenyum bersama sebelum menatap ke arah beberapa saksi yang datang untuk menyaksikan pernikahan mereka berdua, setidaknya masih ada orang yang mengerti dengan keadaan mereka dan masih menerima dengan baik sehingga pernikahan mereka terasa sedikit ramai. Mungkin ada 20 orang datang ke sini, Melviano mengatakan jika yang datang merupakan pasangan sama seperti mereka dan ada juga yang normal tapi mengerti.

"Duduk?" ujar dokter Farhan saat merasa mereka berdua terlalu lama berdiri sejak tadi, memperhatikan orang-orang yang mulai memakan makanan yang ada di sana, ini tempat yang lumayan jauh dari kota tapi untungnya semua makanan yang memang menurut mereka enak ada di sini sehingga para tamu yang datang bisa menikmati itu semua sebaik mungkin.

"Boleh," ujar Nio dengan senyuman senang miliknya, ia mengikuti kemana suaminya itu pergi sebelum duduk di kursi yang memang sudah di siapkan di sana.

"Gue ada beli sesuatu kemarin, nanti malem gue tunjukin sama lo ya? Nanti kasih rate 0-10 gimana tampilan gue setelah make itu," ujar Nio dengan senyuman jahil miliknya membuat dokter Farhan menganguk dengan santai, mungkin pemuda itu ingin menunjukan produk skincare yang beberapa hari lalu si manis beli atas permintaan darinya karena pemuda itu begitu takut menggunakan uang yang ia berikan karena takut di kira matre, padahal ia sendiri tak masalah.

Bersambung..

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang