7

2.8K 206 1
                                    

Nio menatap kearah rumah sakit sekarang, bahkan orang yang tengah sakit di dalam sana jauh lebih beruntung di bandingan dirinya sekarang, setidaknya mereka masih mempunyai tempat tinggal sedangkan dirinya tak punya sama sekali.

"Gue laper, mau minta Arion dateng kesini keknya nggak mungkin karena itu bakalan bikin dia khawatir, uang jajan gue tadi siang habis buat bayar uang kas, jadi sekarang saat perut gue keroncongan, nggak ada satu pun makanan atau minuman yang bisa gue nikmatin. Kalo gini caranya gue udah kayak orang gila yang biasanya diem di pinggir jalan, bedanya mereka ada tempat tinggal tapi milih pergi karena gila sedangkan gue emang nggak punya tempat bernaung sekarang ini," ujar Nio dengan menatap pakaian sekolahnya yang terlihat lumayan kotor sekarang, sejak tadi begitu banyak orang melewati dirinya tapi tak ada satu pun yang menanyakan kenapa dirinya ada di sini, mungkin mereka mengira ia pemuda nakal yang tengah asik keluyuran tengah malam seperti ini.

"Dihianatin sakit, bertahan sakit, putus sakit, di buang orang tua sakit, nggak punya siapa-siapa sakit, dan sekarang gue di luar sendirian rasanya jauh lebih sakit dari itu semua. Ini membuktikan kalo emang gue sendirian sekarang, walau pun ada Arion tempat gue cerita tapi gue nggak mau ngerepotin dia. Lebih baik mati dari pada harus membuat orang dalam masalah karena gue," ujar Nio dengan sangat pelan, ia mulai menyembunyikan wajahnya di lutut miliknya untuk menahan rasa sakit dan juga lapar yang tengah ia rasakan sekarang.

Mungkin besok ia akan demam karena dirinya termasuk orang yang tak bisa jika melewatkan jam makan, bisa di katakan Nio maag. Pemuda itu mudah sekali sakit jika menyakut hal seperti ini, terlalu lelah bisa membuatnya sakit,  mungkin tubuhnya termasuk lemah.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Samar-samar ia dengar suara seseorang sebelum merasakan bahunya di sentuh dengan pelan, ia mulai mendongak agar bisa menatap orang yang datang menghampiri dirinya setelah tadi orang-orang hanya melewati dirinya.

Kedua mata bulat itu mengerjab dengan pelan saat melihat dokter yang tadi sore ia temui tengah menatap kearahnya, bisa ia pastikan jika tatapan pria itu terlihat terkejut saat melihatnya sekarang. Ia mulai berdiri dengan susah payah karena tubuhnya mulai bergetar sekarang, tatapan miliknya terkunci pada kedua mata milik dokter itu sebelum ia lupa apa yang sudah terjadi setelah itu.

"Hey!" ujar dokter Farhan saat melihat pemuda yang sempat ia temui tadi sore ada di hadapan dirinya sebelum jatuh pingsan, ia ingat betul bagaimana wajah pemuda tadi sore dan ini memang pemuda itu.

Tapi apa yang tengah dia lakukan disini? Sekarang pemuda itu pingsan, apa yang sebenarnya terjadi? Apa ini semua karena patah hati yang sempat pemuda itu katakan tadi sore? Dengan pelan ia mulai mengangkat tubuh kecil pemuda itu dalam gendongan miliknya, meminta satpam membuka gerbang sebelum berjalan masuk membawa pemuda itu ke dalam rumah sakit. Ia akan melakukan pemeriksaan, karena biasanya pemuda atau gadis yang tengah patah hati pasti nekad melakukan hal di luar nalar, ia takut pemuda itu melakukan hal yang sama.

Secara tiba-tiba ia merasa menyesal karena tak mendengarkan pemuda itu tadi sore, mungkin jika ia mendengarkan semuanya ini tak akan terjadi. Seorang siswa dan percintaan itu satu hal yang tak boleh di satukan, karena pendidikannya bisa saja rusak saat patah hati.

Ia mulai memeriksa pemuda itu tanpa harus di minta lebih dulu, karena ini tugasnya sebagai seorang dokter, terlebih tadi sore ia bertemu dengan pemuda itu di luar sana, akan sangat menjijikan jika sampai dirinya tak membantu pemuda itu, mungkin nanti setelah pemuda yang belum ia ketahui namanya itu sadar, dirinya akan bertanya atau mungkin menjadi pendengar dengan baik karena sudah pasti seseorang yang tengah patah hati butuh seseorang sebagai teman bicara.

"Maag? Kenapa dia tak makan? Apa dia sengaja melakukan itu semua karena patah hati? Darahnya juga rendah sekali," ujar dokter Farhan setelah memeriksa pemuda itu, ia bisa tahu jika pemuda itu mempunyai maag dan sekarang maagnya kambuh terlebih darahnya juga rendah, pantas saja ini semua sampai terjadi.

Tadi saat membawa pemuda itu masuk, satpam yang ada sempat bertanya padanya tentang pemuda itu dan mengatakan jika pemuda itu sudah ada di sana sejak tadi sore, hanya sana karena takut tak ada yang berani menghampiri pemuda itu tadi. Itu artinya ini semua sudah terjadi sejak tadi sore, ini memang karena patah hati.

"Seharusnya anak kecil sepertimu hanya perlu menjadi anak yang baik, sekolah dengan benar dan lulus dengan nilai terbaik. Bukan malah cinta-cintaan sehingga ini semua terjadi, terkadang orang pintar bisa menjadi sangat bodoh saat mengenal cinta dan itu lah kamu. Padahal wajahmu sangat polos dan juga manis, tak perlu merasa khawatir tentang hal itu, pasti akan ada seseorang yang menyukaimu. Patah hati tak bisa membuatmu seperti ini, mengerti anak kecil? Ah bangsat, aku bicara dengan orang yang tengah pingsan," ujar dokter Farhan, emosi sendiri karena melihat ini semua. Ia mengatakan itu semua agar pemuda itu tahu jika dia pasti akan memiliki kekasih lagi, patah hati sekali tak bisa membuat dia seperti ini tapi ia lupa jika pemuda itu masih pingsan.

"Larut seperti ini apa masih ada orang yang menjual makanan? Atau pulang sebentar untuk membuatkan dia makanan?" tanya dokter Farhan pada dirinya sendiri, ia tahu jika pemuda itu maag dan saat dia sadar nanti harus minum obat tapi sebelum itu harus makan dulu bukan? Ini tugasnya sebagai seorang dokter.

"Pulang aja dulu. Anak kecil, kalau kamu bangun nanti, diam di sini jangan keluar dari sini, mengerti?" Lagi dan lagi ia bicara dengan pemuda yang masih pingsan, mungkin ini kebiasaan buruknya sekarang, ini semua terjadi karena ia bertemu dengan pemuda itu.

Ia segera beranjak dari sana setelah mengatakan itu semua, mungkin ia akan memasak bubur untuk pemuda itu nanti. Walau pun bisa masak dengan mudah, tapi sekarang semua bahan di apartemennya sudah berkurang jadi membuat bubur saja sepertinya tak masalah bukan? Lagi pula jarak antara rumah sakit dan juga apartemennya dekat jadi ia bisa dengan mudah datang ke sini kembali.

"Kenapa rasa peduliku pada pemuda tadi sangat besar? Padahal kami baru bertemu tadi sore, apa ini hanya perasaan sesaat sebagai rasa peduli seorang dokter?" ujar dokter Farhan dengan terdiam melihat kearah masakaknya sekarang, pemuda itu seperti membawa magnet untuknya.

Bersambung...

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang