44

2.5K 193 3
                                    

Dokter Farhan terdiam di dalam ruangan miliknya setelah beberapa urusan sudah selesai ia kerjakan dengan baik, sekarang tinggal menunggu beberapa orang datang untuk bertemu dengannya sebelum ia bisa pulang ke apartemen kembali. Ingatannya kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu di mana dirinya dengan santainya mengatakan semua yang ada di dalam hatinya tanpa merasa takut sedikitpun, mengabaikan semua resiko yang mungkin saja akan terjadi setelah dirinya mengatakan hal itu.

Ia mulai berpikir mungkin saja nanti dirinya akan mendapatkan tamparan menyakitkan seperti pemuda tadi atau bahkan di benci oleh Nio karena sudah berani menyimpan sebuah rasa dari apa yang sudah terjadi di antara mereka berdua, ia sangat lancar mengatakan semuanya sampai saat melihat tatapan pemuda tadi, dirinya mulai merasa ragu dengan semuanya sehingga hal tak terduga terjadi, di mana pemuda itu memeluknya dan mengatakan jika dia memiliki perasaan yang sama juga. Rasanya dunia berhenti beberapa saat sebelum kembali mendengar perkataan dari Nio sehingga membuatnya yakin jika pemuda itu juga merasakan hal yang sama untuknya.

Semua yang terjadi hari ini sama sekali tak terduga sehingga sampai sekarang ia sulit percaya jika mereka berdua baru saja saling menyatakan cinta satu sama lain, terkesan cukup norak tapi ini lah yang ia rasakan karena ini merupakan cinta pertama untuknya, mustahil ia tak merasa berbeda bukan?

Bahkan perkataan gila sudah ia ungkapkan untuk pemuda itu, di mana dirinya ingin mereka segera menikah agar ada hal yang bisa mengikat mereka berdua nantinya, bahkan ia tak berani menyentuh pemuda itu lebih dulu sekarang selain hanya pelukan saja, dan Nio setuju dengan hal itu membuat dirinya kembali merasa sangat bahagia, ah pemuda itu bisa saja membuat hatinya yang baru saja merasakan cinta berdebar sangat kencang.

"Om! Wah ngelamun nih orang! Woi! Sadar! Gue mau periksa dulu baru lo bisa ngelamun lagi!"

Lamunan dokter Farhan hancur begitu saja saat mendengar suara cempreng dari seseorang, ia menatap ke arah depan sebelum terdiam saat melihat Arion datang bersama dengan suaminya yaitu Melviano, ah kenapa ia bisa lupa jika hari ini pemuda itu ada jadwal untuk bertemu dengannya agar bisa memeriksa keadaan pemuda itu.

"Nah bagus sadar," ujar Arion dengan senyuman jahil miliknya, tanpa peduli jika sekarang tatapan suaminya itu sudah mulai berbeda, seakan-akan memperingatkan dirinya untuk tak banyak bicara pada dokter Farhan sekarang.

"Cepat sana baring, biar gue bisa segera periksa lo dan kalian bisa segera pulang nantinya. Ngeliat tatapan suami lo bikin gue merinding, apa lo nggak sadar?" ujar dokter Farhan yang sudah merasakan hal yang kurang mengenakan dari Melviano sejak tadi, demi apapun temannya itu memang sangat pelit bahkan suara istrinya saja tak ingin di bagi dengan orang lain, tapi berhubung dirinya dokter sekaligus teman dari pria itu, maka rasanya sedikit biasa saja karena sudah biasa.

"Sadar, cuman biarin aja selagi nggak makan ternak yakan? Lagi pula tadi gue nggak mau ke rumah sakit karena tatapan dia tuh sewot banget sama orang-orang, tapi dia maksa jadi mau nggak mau harus mau,"

Dokter Farhan tersenyum mendengar itu semua, mereka berdua sudah berteman sejak sekolah dasar sampai kuliah dan tak mungkin dirinya tak tahu bagaimana temannya itu bukan? Melviano akan sangat perhatian pada orang yang dia cintai, tapi jika di luar maka ke pribadiannya seperti berbeda orang di dalam satu tubuh, maka dari itu untuk mencairkan suasana yang terasa mencekam, ia mengatakan itu semua.

Ia sendiri tak akan bisa seperti temannya itu karena sebagai seorang dokter, maka ramah itu hal yang harus dirinya lakukan, dan mungkin saja Nio tak akan keberatan dengan hal itu bukan? Secara ini tuntutan perkerjaan.

"Siapa yang bikin lo auranya jadi suram banget gini? Biasanya setiap gue bicara sama bini lo, lo-nya biasa aja tuh karena tau ini tuh kerjaan sebagai dokter," ujar dokter Farhan dengan terus memeriksa keadaan Arion saat ini, pemuda itu tengah mengandung jadi kesehatannya itu hal utama.

"Tadi ada cowok sekolahan, liatin Arion terus, gimana gue nggak sewot? Sebagai sesama pria tentu lo tau kan mana tatapan biasa dan mana tatapan tertarik gitu,"

Dokter Farhan menganguk, itu semua memang nyata, tatapan tak sengaja melihat ataupun tatapan tertarik itu sangat berbeda.

"Nio udah pulang dari rumah sakit? Kata mas kemarin dia habis kena pukul sama orang yang sakit jiwa, untung hari itu gue nggak tau tentang kejadiannya jadi nggak ngebunuh mereka semua. Bisa-bisanya mereka ngelakuin hal itu sama temen gue,"

Dokter Farhan tersenyum, ia juga akan melakukan hal yang sama seperti Arion jika ada di sana, untungnya itu Melviano yang mempunyai pikiran luas dan lebih memikirkan keadaan mereka dari pada amarah.

"Kita sepemikiran, untungnya Nio baik-baik aja jadi rasa marahnya sedikit berkurang walaupun masih sakit rasanya bayangin Nio di gituin sama mereka semua," ujar dokter Farhan sebelum membersihkan gel yang ada di perut Arion, ia mendengus saat melihat begitu banyak tanda di sana, temannya kadang mirip seperti anjing, saking takutnya ia melirik sampai membuat begitu banyak tanda di sana, ia tak panas sama sekali, hanya kesal saja.

"Lo suka ya sama temen gue itu? Kalo emang suka ya bilang sama dia, selagi dia masih jomblo yakan?"

"Kamu ketinggalan jauh sayang, mereka sudah saling jatuh cinta tapi tidak tahu kapan saling mengatakan semuanya secara langsung,"

"Sebenarnya barusan ada kejadian mengesalkan sampai membuat kami saling mengakui perasaan masing-masing dan ternyata Nio juga cinta sama gue. Sebelumnya gue masih mikir kalo dia masih cinta sama mantannya itu secarakan mereka sudah bersama tiga tahun lebih, sedangkan kami baru dekat beberapa bulan doang," ujar dokter Farhan membalas semua pertanyaan dari Arion dan juga Melviano secara bersamaan.

"Gila! Kapan nikah?"

"Sayang, mereka baru saling menyatakan cinta, masa sudah mau menikah?"

"Sebenernya gue emang mau nikah secepet mungkin sama dia, karena takut mantannya itu berulah atau bahkan narik Nio dalam pelukan dia lagi. Jadi sebelum itu semua terjadi gue harus gerak cepat bukan?" ujar dokter Farhan mengatakan apa yang sudah menjadi rencananya sejak tadi.

"Takut Nio di ambil orang atau lo yang nggak sabar pengen 'nganu'?"

"Sayang, mulutnya. Nanti anak kita mendengar itu semua."

"Nanti gue minta pendapat lo ya El? Mungkin nanti gue bakalan dateng ke kantor lo buat tanya-tanya," ujar dokter Farhan saat merasa perkataan pemuda itu mulai menjauh dari pembahasan mereka berdua, lebih baik berjaga-jaga dari pada perkataan itu semakin kotor bukan? Akan lebih baik jika mereka hanya bicara berdua dari pada ada Arion yang otaknya di luar nalar semua.

Bersambung..

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang