39

2.8K 223 4
                                    

Nio menatap bosan ke arah langit-langit ruangan rawat miliknya saat ini, sudah beberapa hari berlalu sejak ia sadar dari sakitnya dan sampai sekarang ia harus berada di sini karena kondisinya masih belum bisa dikatakan baik, ingin meminta pulang pun rasanya tak bisa melihat bagaimana posesifnya dokter Farhan menjaganya di sini, mau tak mau suka tak suka dirinya harus bertahan di sini walaupun sangat bosan.

Ia sudah tahu semua luka di tubuhnya sekarang, tangan yang masih ada sisa memar, kaki juga, serta kepala yang masih di perban hingga saat ini. Dirinya sempat marah saat merasakan jika rambutnya di potong begitu saja secara tak beraturan, membuat dokter Farhan dengan setia menenangkan dirinya, pria itu mengatakan jika lukanya sembuh nanti maka rambutnya akan kembali tubuh lagi, walaupun memang butuh waktu yang sangat lama tapi itu semua pasti akan membaik karena mereka tak ada pilihan lain untuk mengobati lukanya waktu itu.

"Sedang memikirkan apa kamu? Terlihat sangat jelas dari kerutan di dahimu," ujar dokter Farhan dengan berjalan masuk ke dalam ruangan rawat Nio, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana pemuda itu berpikir keras saat ini.

Dokter Farhan memutuskan untuk menyembuhkan pemuda itu lebih dulu sebelum mengatakan semuanya tanpa tersisa apapun itu, karena jika di sini ia mengaku maka akan terlihat sangat menggelikan serta bisa saja pemuda itu berpikir jika ia hanya kasihan, padahal itu sama sekali tak benar maka dari itu dirinya akan menunggu sampai Nio sembuh lebih dulu dan menjaga pemuda itu sebaik mungkin.

"Gue bosan di sini mulu, mau pulang tapi takut lo marah sama gue. Tapi om ... sumpah ngebosenin banget di sini. Bangun, sarapan, minum obat, mandi, tidur, bangun, bengong, ngelamun, minum obat, istirahat, mandi, makan, minum obat lagi dan tidur, gitu-gitu mulu setiap harinya selama 5 hari ini. Nggak cocok banget sama gue yang nggak suka ke kosongan kek gini, mau bicara pun sama siapa? Lo juga sibuk di sini, nggak selalu bisa nemenin gue. Nggak bisa apa rawat jalan? Gue nggak bakalan nakal sumpah! Tapi pengen balik~ plis~" ujar Nio dengan mata kucing miliknya, demi apapun lima hari di sini tanpa melakukan hal apapun rasanya hampir gila! Sangat tidak cocok untuknya yang sangat ribut ini, mungkin kalau di rumah ia masih bisa melakukan hal lainnya, misal berjemur? Masak? Nyuci? Biar tak bosan tapi di sini itu semua tak bisa dirinya lakukan.

"Minta izin sama dokter dulu sana," ujar dokter Farhan dengan memeriksa kembali tubuh pemuda itu dengan sangat baik, jujur ia tahu bahkan sangat tahu bagaimana bosannya pemuda itu berada di sini, tapi jika pulang maka dirinya tak bisa melihat dan memantau pemuda itu setiap saat karena sibuk di rumah sakit, kalau di sini bisa dua jam sekali melihat dan memeriksa Nio.

"Om kan dokter juga di sini, dokter khusus buat gue lagi. Jadi gue bisa pulang ya? Ya? Janji deh jadi anak baik kalo di bolehin pulang!"

"Ada syaratnya," ujar dokter Farhan pada akhirnya, tak ada alasan lagi untuk menahan pemuda itu lebih lama, dia akan semakin merengek nantinya dan ia kurang suka itu semua, tak baik untuk jantung baperan miliknya.

"Apatuh?" ujar Nio semangat, demi apapun ia sudah menunggu ini semua sejak beberapa hari yang lalu!

"Jangan panggil saya om, sudah sejak beberapa hari yang lalu saya perhatikan kamu pasti memanggil saya om, biarpun ada suster pun masih memanggil saya om juga, memang wajah saya kelihatan banget om-omnya? Atau karena pake kacamata ini?" ujar dokter Farhan, ia sudah memperhatikan pemuda itu sejak beberapa hari yang lalu, pemuda itu pasti akan memanggilnya om jika ada kesempatan memanggilnya. Jujur jika orang lain yang memanggilnya om, maka dengan senang hati ia akan membiarkan itu semua tapi ini? Pemuda yang dirinya cintai! Ia tak bisa santai! Kesannya dirinya sangat tua untuk bisa bersama dengan Nio, ia seketika minder di buatnya.

Nio tertawa kencang mendengar itu semua, memang apa salahnya dengan panggilan itu? Apa dengan memanggil itu maka wajah pria itu akan terlihat sangat tua? Dan mengenai kacamata, menurutnya itu justru menambah kesan tampan untuk pria yang ia cintai itu. Katakanlah jika ini panggilan cintanya untuk pria itu, tapi ternyata dokter Farhan sedikit sensitif dengan panggilannya.

"Kan bagus, nanti kalo ada yang nanya lo siapanya gue, gue tinggal jawab, ya om dokterku lah~ hahahahaha! Emang lo mau di panggil apa? Farhan doang? Dokter Farhan? Dr Farhan? Tapi kalo nama doang kesannya nggak sopan yakan? Walaupun gue nggak pernah diajarin orang tua kandung secara langsung tapi setidaknya gue pernah belajar di panti asuhan dulu tuh, tentang sopan santun," ujar Nio dengan tatapan terkunci pada wajah sempurna milik pria yang sangat ia cintai itu.

"Panggil mas aja gimana? Biar berbeda dari orang-orang lainnya, saya sedikit minder jika kamu panggil om, kesannya saya om-om cabul yang sedang merawat anak muda yang akan saya mesumin," ujar dokter Farhan, panggilan itu memang terkesan romantis untuk pasangan tapi untuk mereka berdua ia tak tahu sama sekali. Namun jika tetap memanggil om maka dirinya tak akan terima sama sekali, kesannya jelek.

"Oh~ mas? Bukannya mas buat orang yang udah nikah ya? Hayo~ yang pengen di panggil mas sama gue~" ujar Nio dengan mengulum senyuman miliknya, jujur ia juga ingin memanggil itu tapi kesannya terlalu berharap nanti maka dari itu dirinya memilih untuk menggoda pria itu sekarang.

"Tidak harus orang nikah, itu panggilan untuk orang yang lebih dewasa dari kamu, kan tadi kamu nanya saya takut kurang sopan bukan? Jadi panggil itu saja buat saya, nanti kita bisa pulang ke apartemen saya." ujar dokter Farhan dengan raut serius miliknya, ia memang ingin di panggil itu saja dari pemuda yang dirinya cintai itu. Agar nanti mereka bisa lebih dekat lagi.

"Iya deh nurut, cuman beneran bisa pulang ya? Kalo bohong gue bakalan cabut dari sini secara sembunyi-sembunyi," ujar Nio dengan ancamanan miliknya, itu hanya perkataan semata karena ia sendiri tak tahu harus kemana selain tinggal bersama dengan pria itu, lalu bagaimana bisa kabur?

"Iya, nanti saya urus ke pulangan kamu secepat mungkin." ujar dokter Farhan, lebih baik menurut dari pada pemuda itu nekat, karena pemikiran anak muda suka sekali di luar nalar pikiran manusia, ia jadi takut sendiri.

Bersambung...

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang