Setelah pembicaraan itu, pria sekitaran umur 50 tahun itu mulai beranjak dari sana tak lupa mengucapkan terima kasih setelah mengatakan itu semua dia beranjak dari sana meninggalkan dokter Farhan sendirian. Pria itu merasa sedikit beban pikirannya berkurang sekarang, masih tersisa dua orang lagi dan mungkin saja nanti ia akan datang secara langsung ke rumah mereka lalu mengatakan hal yang sama juga, semuanya sudah mulai tak sehat sekarang ini, ia takut membahayakan setiap orang yang dekat dengan dirinya jika ini semua masih di teruskan, mungkin memang dokter khusus untuk hal itu bisa menanganinya sebaik mungkin tapi bukan dirinya.
Embusan napas cukup berat dokter Farhan keluarkan, karena nyatanya semakin lama menjadi seorang dokter maka dirinya akan menemukan orang-orang yang menurutnya berbeda setiap waktunya, banyak pengalaman yang dirinya ambil dari ini semua, banyak sekali suka duka menjadi seorang dokter umum sepertinya yang tak semua orang tahu.
Tatapan itu mengarah pada jam yang ada di ruangan miliknya, sebentar lagi jadwal pemeriksaan untuk pemuda itu dan ia yang akan melakukan itu semua, karena sejak semalam ia sudah mengatakan pada dokter yang ada di sini jika pemuda itu urusannya dan mereka setuju-setuju saja.
"Kapan dia akan sadar? Perasaan ini semakin hari rasanya semakin besar. Selama tiga puluh tahun hidup, aku tak pernah jatuh cinta pada seseorang bahkan mungkin hanya sekedar cinta monyet pun tak pernah. Dulu kedua orang tuaku tak masalah dengan hal itu saat aku mengatakan jika itu semua memang aku lakukan agar bisa fokus mencapai masa depan yang baik dan menjadi dokter terbaik, tapi setelah itu semua menjadi nyata aku malah tak ada selera apapun untuk memulai sebuah hubungan dengan seseorang, rasanya biasa saja tak ada yang spesial di sini. Tapi pertemuan dengan pemuda itu berhasil membuatku merasa sangat berbeda di buatnya, dia mampu membuat keyakinanku tentang hal itu selama ini goyah," ujar dokter Farhan dengan sangat pelan.
"Walaupun saat menyadari ini semua aku masih ragu antara ini memang perasaan cinta atau hanya perasaan senang karena memiliki seorang teman? Aku takut apa yang ku tebak itu salah sehingga menunggu semuanya terasa nyata dan saat hari itu tiba kami malah berpisah karena tugasku sebagai seorang dokter. Sekarang saat kami kembali bertemu malah hal ini terjadi, mungkin ini memang jalan takdir? Tapi kenapa ini semua harus Nio rasakan? Aku rasa lebih baik itu semua terjadi padaku saja karena selama ini pemuda itu sudah cukup sengsara, ujian cintanya sangat tragis jadi jika ingin memberi ujian lagi untuk kita berdua, kamu berikan saja padaku," sambung dokter Farhan rasanya sangat geli mengatakan itu semua, tapi ia ingin agar semesta tahu jika pemuda itu sudah cukup sengsara jadi bagian dirinya jika nanti akan ada masalah lagi.
Pria itu beranjak dari tempat duduknya saat merasa semua perkataan yang ada di dalam hatinya sudah di keluarkan dengan baik tanpa merasa takut sedikitpun, bagi dokter Farhan sendiri ujian di dalam hidup itu memang harus ada agar diri bisa lebih kuat lagi untuk menghadapi masalah selanjutnya, jika hidup tanpa ujian maka rasanya akan hambar lalu diri tak akan bisa menerima semuanya dengan baik. Mungkin dulu ia sempat menyalakan ujian yang ia dapatkan karena harus kehilangan kedua orang tuanya di saat bersamaan, tapi sekarang ia mulai sadar jika mungkin saja cinta kedua orang tuanya terlalu abadi sehingga pergi pun harus bersama-sama.
Sekarang ia mulai mengerti jika tak ada yang abadi di dunia ini, kita hanya menunggu kapan giliran kita akan mendapatkan itu semua. Mungkin jalannya saja berbeda tapi untuk kematian pasti akan datang siap tak siap, maka dari itu ia begitu menikmati hidupnya sekarang dan menentukan jalannya sendiri. Selagi itu membuatnya bahagia dan sekarang akan dirinya lakukan dengan baik, tanpa peduli perkataan orang lain yang tak pernah berada di posisinya sekarang.
Pintu ruang rawat Nio ia buka, berjalan dengan pelan masuk ke dalam sana sebelum mengecek semua hal yang memang perlu di periksa sekarang, saat di rasa semuanya baik dirinya kembali mengambil tempat duduk di samping pemuda itu, menatap kedua mata yang masih tertutup dengan sempurna itu dalam diam.
"Waktu itu seminggu berpisah denganmu terasa sangat lama dan sekarang melihatmu seperti ini rasanya sangat lama juga. Satu jam seperti satu hari rasanya," ujar dokter Farhan dengan mengenggam tangan itu, sedikit lebay sebenarnya tapi itulah kenyataannya. Sekarang ia bisa merasakan secara langsung bagaimana jadi Melviano, karena dulu ia begitu mengolok-olok temannya itu sebab terlalu bucin tapi sekarang ia merasakan itu semua.
"Mata kamu terlalu indah untuk terus di tutup seperti ini," ujar dokter Farhan kembali, mungkin kalau pemuda itu bisa mendengarnya sekarang, bisa di pastikan jika dirinya akan di tampar atau kena makian khas dari Nio. Tapi demi apapun ia rela mendapatkan itu semua asalkan pemuda itu kembali.
"Ayo bangun, maki saya sepuas yang kamu inginkan. Lakukan semuanya tapi tolong segera kembali ya? Saya di sini menunggu kamu, walaupun saya tak tahu bagaimana perasaanmu untuk saya, tapi perlu kamu ketahui jika cinta saya hanya untukmu sampai kapanpun itu," selama ini ia tak pernah jatuh cinta jadi semua perkataannya terkesan cukup menggelikan memang, ia tak peduli akan hal itu. Tujuannya hanya satu, terus bicara dengan pemuda itu agar dia mau sadar dan kembali bersama dengannya, sebagai seorang temanpun tak masalah.
Kepala itu ia letakan di dekat tangan pemuda itu karena demi apapun rasanya sangat hampa, Nio yang selalu bicara banyak dengannya hanya diam saja sejak tadi padahal biasanya pemuda itu akan merespon semua perkataannya tanda terkecuali sedikitpun.
Jujur ini pertama kalinya ia begitu membutuhkan seseorang untuk kembali bersama dengannya, padahal dulu ia termasuk pria yang cuek, mau sendirian atau di benci orang-orang pun ia tak peduli tapi sekarang? Pemuda itu membawa begitu banyak perubahan di dalam hidupnya.
"Setelah kamu datang dan membuat saya jatuh cinta, apa ini balasan yang kamu berikan? Tak ingin melihat saya kembali? Kamu harus melihat jika pria yang biasanya kamu maki habis-habisan sekarang takut sekali untuk kehilangan kamu," ujar dokter Farhan kembali, posisinya masih sama seperti tadi tanpa ada niatan untuk beranjak sedikitpun sekarang. Ingin menangis tapi ingat umur yang sudah kepala tiga, sangat tak estetik jika itu semua sampai terjadi sekarang, pasti pemuda itu akan menertawakan dirinya karena hal itu.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...