35

2.8K 219 6
                                    

Pagi sekali, dokter Farhan sudah berada di rumah sakit kembali untuk menemui Nio sekaligus memeriksa perkembangan daya tubuh pemuda itu sekarang, setelah semalam ia memutuskan untuk pulang sebentar karena ingin membersihkan diri dan juga tidur agar saat bertemu kembali dengan pemuda itu, penampilannya tak seperti mayat. Ia tersenyum ramah seperti biasanya saat tak sengaja bertemu petugas yang ada, tatapannya tak setenang semalam.

Tangan itu mulai membuka pintu ruangan tempat Nio di rawat sekarang, terdiam sebentar saat melihat kedua mata bulat itu masih menutup dengan baik seperti semalam, kondisi pemuda itu memang kurang bisa di katakan baik karena banyak luka dan juga memar di tubuhnya maka dari itu sampai saat ini dia belum membuka matanya.

Pria itu mulai memeriksa semuanya dengan teliti tanpa tertinggal sedikitpun sebelum mengambil tempat duduk di samping pemuda itu saat di rasa semuanya sudah bagus semua.

"Kita seminggu tak bertemu tapi kamu sudah mengalami ini semua, apa memang kita terikat sehingga saat kita berjauhan maka salah satu dari kita akan dalam masalah? Selama ini, sebelum kita bertemu hal ini tak pernah terjadi bukan? Saya bingung ini memang karena kita terikat atau karena saya membawa bahaya untuk kamu?" ujar dokter Farhan dengan pelan, sejak semalam ia memikirkan ini semua, jika mungkin saja kejadian seperti ini ada karena mereka berjauhan atau bahkan karena ia membawa bahaya untuk pemuda itu? Ia mulai merasa takut jika itu memang benar adanya.

"Apa yang sudah mereka lakukan sama kamu hm? Nanti saat kamu sadar, jangan lupa kasih tau saya ya? Mereka memukul kamu di mana? Mana yang sakit? Nanti akan saya obati kamu seperti saat pertama kali kita bertemu. Cepat sadar ya? Saya pengen mendengar suara makian kamu yang hebat itu," ujar dokter Farhan dengan mengenggam tangan pemuda itu sangat pelan, ada luka di sana. Ia ingin membuat luka itu sembuh tanpa meninggalkan bekas apapun.

Tatapan itu mengarah pada dahi pemuda itu yang sedang di perban, ada luka di sana dan di kepala pemuda itu juga ada juga memar sehingga membuat mereka mau tak mau memotong sedikit rambut pemuda itu.

"Rambut kamu terpaksa saya potong untuk mengobati lukanya. Kamu jangan berkecil hati ya? Kamu masih sangat cantik di mata saya, mau bagaimanapun rupamu saya masih tetap cinta. Nanti akan saya bantu obatin," dokter Farhan kembali berbicara walaupun pemuda itu belum menunjukan tanda-tanda akan sadar.

Ia betah berlama-lama di sini tapi tugasnya harus membuatnya harus beranjak dari sini saat ini juga.

"Saya keluar dulu ya? Nanti saya ke sini lagi setelah bertemu dengan beberapa pasien saya." ujar dokter Farhan beranjak dari sana setelah mengatakan itu semua.

Ia kembali masuk ke dalam ruangan miliknya untuk menunggu pasien yang sudah membuat janji datang padanya, memang kabar kembalinya dirunya sudah cukup di ketahui orang-orang jadi bisa di pastikan jika hari ini ia akan super sibuk seperti biasanya.

Terdengar ketukan di pintu ruangan miliknya sebelum seorang pria masuk bersama dengan kedua orang tuanya, membuat tatapan dokter Farhan mendingin, ia hanya memiliki 3 pasien spesial dan dirinya cukup yakin jika orang ini termasuk juga dalam rencana mencelakai milik-nya.

"Kami senang mendengar kabar ke pulangan anda setelah hampir satu minggu lebih tak melihat keberadaan dokter di rumah sakit ini. Hari ini kami datang karena dia ingin sekali bicara dengan dokter, membahas tentang banyak hal," ujar seorang wanita yang mungkin saja sudah berkepala lima itu.

"Bicarakan hal apa?" tatapan dokter Farhan mengarah pada pria itu, menunggu kalimat apa yang akan keluar dari sana dan sedikit mengingat apa suara ini mirip dengan orang yang menyakiti Nio atau tidak. Ia ingat betul pria ini memiliki sedikit gangguan di jiwanya tentang semua hubungan romansa, ia cukup takut sebenarnya saat tahu apa yang sebenarnya ada di balik sikap sok tak tau apa-apa itu, mungkin hubungan dia hancur karena tingkahnya sendiri? Ia mulai menyimpulkan hal itu sekarang ini.

"Kemarin aku habis ngelakuin hal yang menyenangkan tau! Kan dokter Farhan pernah bilang kalo aku harus melakukan hal yang membuatku senang? Kemarin aku habis ngebasmi hama! Orang yang bisa membawa pengaruh buruk buat kita semua! Pasti dokter senang juga kan dengernya?"

Dokter Farhan terdiam, ia ingat suara ini dan perkataan itu cukup membuatnya yakin jika orang yang sudah mencelakai Nio adalah orang ini. Memang dulu ia pernah mengatakan pada pria itu untuk melakukan hal yang membuatnya merasa senang dan juga damai, tapi bukan untuk menyakiti seseorang. Ia mengatakan itu semua agar semangat pria itu kembali bukan malah melakukan hal yang akan merugikan dirinya sendiri.

"Bersenang-senang bagaimana?" tanya dokter Farhan, ingin lebih memastikan lagi karena seperti yang Melviano bilang, tak ada gunanya bicara banyak pada orang yang memang tak ingin sembuh.

"Kemarin aku habis bunuh orang yang suka deket-deket sama dokter Farhan! Dia itu homo! Hama di sini jadi harus di musnakan! Kalo nanti dia deketin dokter dan dokter tertular penyakit homonya gimana? Maka dari itu aku ngelakuin ini semua! Dokter akan tetap aman dan selalu menjadi dokter di sini, dia nggak akan deketin dan nyakitin dokter,"

Dokter Farhan mengepalkan kedua tangannya, andai bisa ia ingin membalas bahkan memukul orang ini juga tapi itu bukan solusi yang baik untuk ini semua, lebih baik langsung bertanya dan meminta saran pada keluarga yang bersangkutan.

"Bisa kita bicara hanya berdua saja pak?" tanya dokter Farhan, mungkin orang yang dekat dengannya akan langsung mengerti akan perubahaannya sekarang, tapi mungkin saja pasiennya ini tak sadar.

Orang tua pria itu menggangguk sebelum anak dan ibu itu keluar meyisakan dokter Farhan serta ayah pria itu saja saat ini.

"Saya rasa sakitnya sudah sangat jauh dari jangkauan saya sebagai dokter umum saja di sini. Saya sangat meyarankan anda untuk membawanya ke dokter yang memang menangani ini semua pak, ini sudah tak sehat. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal itu? Itu bisa membahayakan orang lain dan juga kita bersama, nanti saya akan bantu bicara dengan dia agar mau di periksa dokter khususnya secara langsung. Ini sudah sangat berlebihan," ujar dokter Farhan, seharusnya ia mengerti jika sejak awal ini semua bukan profesinya sudah pasti akan sulit mengendalikan pria yang sudah kena gangguan jiwa seperti itu, jika bukan membahayakan dirinya maka orang lain yang akan kena, ia tak ingin itu semua sampai terjadi.

Bersambung...

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang