20

2.2K 176 2
                                    

"Lain kali jika kamu ingin sesuatu, masak saja jangan terlalu memikirkan saya. Anggap saja kita bertemu karena memang takdir ingin ini semua," ujar dokter Farhan dengan tersenyum menatap kearah pemuda itu, kecurigaan yang sempat datang tadi menghilang begitu saja saat merasakan ini semua.

Nio tersenyum sebagai balasan untuk pria itu, memang jika dekat dengan orang dewasa maka akan banyak hal baru terjadi seperti sekarang. Rasa peduli yang dokter Farhan miliki sangat luar biasa, berbeda dengan anak seumuran dirinya jika peduli dengan orang lain.

Ia juga cukup tertegun mendengar perkataan dokter Farhan barusan, takdir? Dirinya sama sekali tak pernah berpikir jika itu semua akan terjadi, bahkan ia tak tahu ini semua mungkin saja takdirnya bisa bertemu dengan dokter Farhan.

"Masakanmu enak, saya suka," ujar dokter Farhan saat mulai memakan masakan dari pemuda itu tadi, ia sama sekali tak keberatan jika ada rasa aneh di dalam makanan itu, karena yang ia tahu Nio sudah berusaha memasaknya maka dirinya harus menghargai itu semua.

"Nanti lo istirahat aja, jangan kerumah sakit dulu nanti lo drop di sana 'kan bahaya." ujar Nio dengan membereskan semua piring kotor yang baru saja mereka gunakan tadi, membuat dokter Farhan menganguk dengan pelan mendengar itu semua.

"Kalau kamu mengantuk atau ingin tiduran, masuk saja ke dalam kamar saya nanti. Kita akan tidur di tempat yang sama malam ini, itu pun jika kamu tak masalah dengan itu semua, kita berdua kan sesama pria jadi tak masalah bukan?" ujar dokter Farhan, mungkin kemarin ia bisa tidur di ruang tengah tapi sekarang karena dirinya sedang sakit jadi mau tak mau mereka harus tidur di tempat yang sama, terlebih pemuda itu juga tengah sakit sekarang.

"Em ... iya," ujar Nio dengan sedikit keraguan di dalam hatinya, walau pun dulu ia sangat sering tidur di tempat yang sama dengan seorang pria tapi entah kenapa sekarang ada rasa canggung saat mendengar itu semua.

Mungkin jika satu tempat tidur dengan seseorang yang sudah sangat ia kenal maka dengan senang hati Nio mau melakukan itu semua, tapi mereka berdua? Mereka baru bertemu kemarin dan sekarang akan satu tempat tidur?

Mungkin saja dokter Farhan memikirkan hal biasa saja, mereka tidur di tempat yang sama sebagai seorang teman saja tak lebih, tapi berbeda dengan dirinya. Ia menyukai seorang pria jadi rasanya sangat berbeda saat mendengar itu semua, terkesan sangat aneh tapi itu lah kenyataannya.

Nio juga merasa tak ada salahnya mencoba? Toh mereka sudah lumayan dekat sekarang jadi untuk tidur di tempat yang sama itu sama sekali tak masalah bukan?

"Huh! Kok gue jadi gugup sama gampang malu sih sekarang? Biasanya tuh nggak gini anjir. Paling orang yang malu sama gue, bukan gue yang malu sama orang," ujar Nio, ia mulai mempertanyakan kenapa sekarang ia mudah sekali merasa malu, bukan kah biasanya ia selalu santai dan bodoamat dengan semua hal? Tapi kenapa ia sekarang jadi suka memikirkan hal yang tak penting?

"Bodoh lah anjir, ini cuman tidur doang kok di pikirin. Tinggal tutup mata terus tidur, nggak usah peduliin yang lain, anggap aja dia nggak ada di sana biar nggak malu-malu kek sekarang," ujar Nio, mempercepat gerakan mencucinya sekarang, ia sadar diri di sini hanya menumpang jadi mencuci piring sedikit tak masalah bukan?

Setelah menyelesaikan semuanya, ia segera beranjak dari sana, masuk ke dalam kamar pria itu sebelum terdiam saat melihat dokter Farhan tengah tertidur di atas ranjang sekarang, pakaian pria itu terlihat sangat santai dengan baju tanpa lengan sehingga ototnya terlihat, ia bisa memastikan jika pria itu mungkin saja merasa gerah karena sakit. Ini sudah ke sekian kalinya ia melihat pria itu tanpa kacamata, walau pun dari jarak jauh tapi kesan tampannya masih terlihat.

"Dulu gue bilang kalo gue cuman Hermansexual, tapi kenapa pas lihat dokter Farhan jantung gue baperan? Apa mungkin gue emang fiks gay jadi bisa suka sama pria mana pun?" ujar Nio, ia mulai mempertanyakan semuanya kembali, demi apapun melihat pria itu ia selalu merasa aneh dan gugup di buatnya, mungkin saja ia memang fiks gay?

"Gimana kalo gue suka dia? Apa bisa? Secepet ini? Gue baru sakit hati karena cinta dan sekarang gue jatuh cinta lagi? Apa ini semua hanya rasa kagum sesaat? Karena selama ini gue suka lihat kedekatan Arion sama suaminya jadi sekarang saat gue deket dengan pria dewasa, perasaan itu mulai muncul? Mungkin emang kagum, soalnya gue masih usaha move on dari Herman," ujar Nio pada dirinya sendiri saat ini, rasanya sangat luar biasa bisa merasakan hal ini.

Kaki pendek itu mulai melangkah, terdiam kembali sebelum ikut merebahkan dirinya di samping Dokter Farhan, rasanya sangat canggung tapi ia tak bisa pindah karena tidur di luar sama saja dengan ia mencari sakit kembali, dan berakhir menyusahkan pria itu yang tengah sakit juga sekarang.

Tatapan itu mengarah pada langit-langit kamar ini, pertama kali di dalam hidupnya ia tidur bersama dengan orang lain selain Herman. Dulu dirinya yakin bahkan sangat yakin mereka akan selalu bersama dan mungkin saja akan berakhir menikah seperti Arion dan juga suaminya? Melihat betapa lama mereka sudah bersama, tapi nyatanya semuanya salah sehingga ia bisa berakhir seperti ini.

Apa mungkin ini takdir? Takdir untuknya? Itu artinya selama tiga tahun ini Herman bukan takdir untuknya? Menghabiskan waktu yang sia-sia saja ternyata.

"Ternyata takdir punya rencana lain, apa mungkin takdir gue bukan di dunia spesial ini? Tapi kalo di suruh berhubungan sama cewek, gue nggak bisa. Gue masih suka cowok dan mungkin akan gitu terus sampai nanti," lirih Nio, ia berusaha menghilangkan rasa gugup di dalam hatinya sekarang karena demi apapun rasanya aneh.

"Arion pernah bilang sama gue kalo takdir yang diatas jauh lebih indah, lalu kapan itu semua akan ada sama gue? Selama ini gue selalu kesusahan dan nggak ada yang berubah sekali pun bahkan pria yang selama ini gue anggap rumah, ternyata racun buat diri gue sendiri,"

Nio tak bisa tidur, pikirannya terlalu sibuk memikirkan semuanya sekarang. Wajahnya memang tenang tapi pikirannya tengah sibuk.

"Lo percaya takdir? Lo tahu takdir lo gimana? Kenapa lo bisa percaya itu semua?" Tubuh itu mulai miring agar bisa menatap wajah lelap dokter Farhan yang tengah tidur sekarang, ia tahu tak akan ada jawaban tapi rasanya lebih mendingan bisa melihat wajah pria itu.

Bersambung....

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang