"Lakinya Arion?" tanya Nio, ia tak menduga itu sama sekali karena suami temannya itu cukup menyeramkan baginya, ternyata orang itu sudah menyelamatkan dirinya, nanti saat sudah sembuh nanti ia harus datang kerumah temannya itu untuk mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
"Iya, setelah mendengar suara orang yang ada di telpon itu sebelum sambungannya mati, saya langsung meminta bantuan Melviano untuk datang ke tempat kamu untuk melihat apa yang terjadi di sana, dia mengatakan jika mereka menggunakan senjata tajam untuk melukai kamu sebelum pamit pulang karena istrinya di rumah tak bisa di tinggal terlalu lama," ujar dokter Farhan, tangan itu dengan setia mengelus punggung pemuda itu, di dalam hati ia terus mengucapkan terima kasih pada sang takdir yang sudah mengembalikan pemuda itu padanya agar ia bisa selalu bersama dengan Nio sampai kapanpun itu.
"Lo datang ke sini kapan? Jarak antara rumah sakit tempat lo di pindahin sama rumah sakit ini jauh banget, jadi lo baru sampai hari ini ya?" tanya Nio karena ia tahu seberapa jauh jarak antara rumah sakit ini dengan rumah sakit tempat dokter Farhan di pindahkan. Mungkin pria itu baru sampai hari ini? Ngomong-ngomong, ini hari apa?
Nio tak tahu ini hari apa karena mungkin saja ia berada di rumah sakit ini sudah cukup lama? Mungkin saja melihat bagaimana penampilan dokter Farhan saat ini.
"Saya datang ke sini di malam yang sama dengan kamu di lukai. Untung saja ada orang baik yang ingin mengantar saya sampai ke sini sehingga saya bisa membantu mengobati kamu malam itu juga. Badanmu penuh dengan memar dan luka di sebagian tempat maka dari itu saya menanyakan hal tadi sama kamu," ujar dokter Farhan menjelaskan semuanya, demi apapun ia merasa sangat senang bisa kembali bertemu dengan pemuda yang ada di dalam pelukannya ini, mungkin jika Melviano terlambat sedikit saja maka pemuda itu akan hilang dari jangkauan kedua mata miliknya.
Ia tak akan pernah menyia-yiakan kesempatan ini, mungkin takdir memang ingin membuatnya selalu bersama dengan Nio, maka ia akan melakukan itu semua, sebanyak apapun urusannya nanti pemuda itu akan dirinya bawa ikut bersama dengannya juga.
"Setelah pulang dari rumah sakit, kamu harus kembali tinggal bersama dengan saya ya? Saya tak ingin kamu menolak, karena di luar sana mungkin saja masih banyak orang yang tak menyukai jika kita dekat, jadi sekuat apapun kamu memaksa saya untuk pergi, saya tak akan pernah memberi izin. Bila perlu kamu akan saya ikat di apartemen," ujar dokter Farhan, terdengar sangat menyeramkan tapi demi apapun ia tak ingin melihat orang yang dirinya cintai dalam masalah lagi, melihatnya terluka dan kesakitan seperti luka mendalam untuk hatinya.
"Ngeri banget ucapan lo ya? Lebih ngeri dari ucapan mantan yang pengen minta balikan sama gue," ujar Nio dengan melepaskan pelukan mereka berdua, tatapan itu kembali menatap wajah pria yang sangat sempurna memurutnya, demi apapun pesona pria dewasa tak bisa di tolak oleh akal sehatnya.
"Ada yang sakit? Tubuh kamu ya atau tangan, bukan hati kamu seperti saat pertama kali kita bertemu," ujar dokter Farhan ia sedikit trauma dengan ucapan pemuda itu saat mereka baru pertama kali bertemu.
"Badan gue sakit semua anjir, ini serius ya. Kek habis lari maraton tujuh hari tujuh malam, lo ada obat biar sakitnya berkurang? Sumpah, rasanya lemes parah," ujar Nio dengan menatap ke arah dokter Farhan yang mulai beranjak dari dalam ruangan ini tanpa mengatakan hal apapun padanya, mungkin mengambil obat untuknya?
Kedua mata itu kembali menutup, senyuman manis terbit di bibir pucat itu karena demi apapun ia merasa sangat senang bisa kembali bertemu dengan pria yang ia cintai, menatap pria itu dari jarak sedekat tadi dan menikmati wajah sempurna dari dokter Farhan, mungkin di mata orang lain ia hanya pemuda ingusan yang hanya menginginkan harta dokter Farhan atau hal yang lainnya tanpa tahu jika ini memang perasaan cinta. Ia tak pernah seserius ini dalam sebuah hubungan walaupun pernah di patahkan oleh hubungan pertamanya tapi hal itu tak menjadi alasan untuknya.
"Ugh ... sakit banget badan gue, kek habis di keroyok sekabupaten, tapi emang kemarin gue di keroyok yakan? Andai bisa pengen banget gue balas mareka semua, tapi kalo di pikir ulang ngeri juga, orang kek mereka kan di bantuin sama setan mana bisa di kalahin. Mana kemarin gue cuman nendang pelan, nggak nentang kuat-kuat sampe telornya pecah semua! Ugh pasti seru kalo emang waktu itu telor mereka pecah gue tendang," ujar Nio mulai memikirkan semuanya kembali, waktu itu ia tak sempat membalas semuanya dengan baik karena keburu di keroyok habis-habisan bahkan nyaris mati.
"Suara kamu sampai terdengar di depan ruangan rawat kamu," ujar dokter Farhan setelah kembali dari mengambil obat untuk pemuda itu, ia mulai mengeluarkan bubur yang juga dirinya ambil untuk pemuda itu makan.
"Makan bubur dulu sebelum minum obat dan setelah itu istirahat nanti," ujar dokter Farhan dengan menyendokan bubur itu untuk diberikan pada Nio, membuat pemuda itu mengulum senyum malu miliknya sebelum menerima itu dengan dengan baik tanpa bantahan atau banyak pertanyaan.
"Nanti gue harus bayar lo, hmp ....." ucapan yang akan Nio katakan tertahan begitu saja saat dokter Farhan memberinya bubur kembali, rasa buburnya memang hambar tapi karena ia lapar yaudah bodoamat lah.
"Bayar lo pake apa? Nanti gue bakalan nurut banget sama lo deh sebagai gantinya," ujar Nio memberi penawaran membuat dokter Farhan tersenyum, semuanya terasa sangat menggelikan kenapa tidak hal yang lain? Memangnya jika ia minta bayaran pemuda itu akan memberontak? Menggemaskan sekali pemuda ini, untung ia mencintai Nio sekarang.
"Ini obatnya, di minum biar cepat sehat dan kembali beraktifitas seperti biasanya," ujar dokter Farhan dengan memberikan obat itu pada Nio yang langsung di terima baik oleh pemuda itu.
"Banyak banget ini, apa lukanya parah banget?" tanya Nio saat melihat begitu banyak obat yang ada di tangannya sekarang, membuat dokter Farhan menganguk sebagai jawaban untuk pemuda itu.
"Setelah ini kamu harus istirahat, nanti setelah itu baru kita bicara lagi," ujar dokter Farhan saat melihat obat itu habis di minum oleh pemuda itu dengan mudahnya.
"Lo kangen ya bicara sama gue? Hayo~" ujar Nio dengan menoel-noel lengan pria itu, membuat dokter Farhan tersenyum sebelum mendekatkan wajahnya sehingga tatapan mereka terasa sangat dekat saat ini.
Jantung keduanya berdetak sangat kencang, sebelum dokter Farhan menjauhkan tubuhnya dan mengelus rambut pemuda itu sebentar lalu beranjak dari sana tanpa mengatakan hal apapun, meninggalkan Nio dengan keadaan pipi memerah karena menahan malu serta salting di saat bersamaan.
Bersambung....
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...