47

1.6K 165 6
                                    

Seperti yang sudah di rencanakan, dokter Farhan memang benar-benar datang ke kantor Melviano keesokan harinya untuk membicarakan semuanya, karena kemarin semuanya tertunda akibat Arion yang selalu mengganggu acara bicara mereka, pemuda itu selalu menyakutkan hal-hal cabul dalam setiap pembicaraan mereka sehingga kesannya sangat cabul dan juga mesum padahal sudah sebaik mungkin bicara.

"Lo beneran datang ternyata, gue kira emang mau bikin Arion ngamuk doang. Tapi gapapa sih, malah bagus lo datang ke sini biar nggak ganggu di rumah gue, nanti malah minta makan sama bawa makanan dari rumah gue kayak waktu itu,"

Dokter Farhan mendengkus mendengar itu semua, memang dulu ia sering kali berkunjung, minta makan bahkan sampai membawa makanan pulang agar tak masak lagi di rumah, tapi itu kan dulu sebelum kenal dengan Nio, sekarang semuanya sudah berubah dengan baik, ia mulai terawat dan terjaga sangat baik sejak ada pemuda itu bersama dirinya, jadi hal itu tak perlu Melviano ungkit lagi bukan?

"Itu masa lalu kali! Sekarang kan nggak lagi karena ada Nio yang selalu ngerawat gue sebaik mungkin, nggak kayak dulu. Dulu kan gue kayak orang gila hilang sampe makan di sana sini yang penting gratis dan nggak perlu masak sendiri, kalo di pikir-pikir lagi suram banget ya?" ujar dokter Farhan saat ingatan akan itu semua masuk ke dalam pikiran miliknya, rasanya memang sangat memalukan, pasti temannya itu sangat tertekan.

"Hm."

Dengusan kencang terdengar dari dokter Farhan saat mendapatkan itu semua dari. Memang sifat keras temannya itu tak bisa berubah sama sekali, membuatnya merasa muak dan juga kesal terkadang, untung teman.

"Gue ke sini bukan buat marah-marah sama lo yang kek batu itu. Gue ke sini buat minta bantuan ngebantu acara persiapan nikahan gue sama Nio, karena lo tau sendiri kan gue cuman punya lo sebagai temen deket yang udah kayak keluarga sendiri lo, jadi cuman sama lo gue minta bantuan." ujar dokter Farhan, itu semua memang nyata karena sejak kedua orang tuanya pergi hanya Melviano yang dekat dengan dirinya sebagai seorang keluarga, yang lainnya tidak sama sekali.

"Lo yakin kan sama pilihan lo sendiri? Gue bukannya mau bilang kalo pemuda itu bukan orang baik atau hal yang lainnya, karena itu pilihan lo. Cuman karena lo bilang kalo gue udah lo anggep sebagai keluarga sendiri maka itu lah pertanyaan yang gue berikan sama lo sekarang. Kita sama-sama pertama kali ngerasain jatuh cinta dan langsung nikah sama orang yang kita cintain, gue sendiri udah ngerasain itu semua jadi pengen lo pikirin semuanya baik-baik karena orang yang kita nikahin itu seorang pria dan umurnya masih muda jadi banyak hal yang harus di persiapin untuk semua hal yang mungkin aja akan terjadi nantinya," ujar Melviano dengan menatap ke arah temannya itu, ia sangat serius tentang hal itu saat tahu jika Farhan sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri, maka dirinya akan bersikap seperti keluarga.

Dokter Farhan terdiam, pikirannya langsung paham dengan apa yang barusan Melviano katakan. Ia mengerti jika memiliki sebuah hubungan seperti ini pasti sangat susah melihat begitu banyak masyarakat yang kurang menyukai mereka, terlebih dirinya seorang dokter. Panutan semua anak muda yang ingin menjadi dokter sepertinya, mungkin Melviano bisa bersikap biasa saja karena dia seorang pengusaha, hal itu tak akan berpengaruh, tapi untuk dirinya? Mau tak mau hal ini harus di rahasiakan sebaik mungkin bahkan tak boleh ada yang tahu sama sekali agar profesinya tak terancam.

"Gue dokter, pasti hal kayak gini harus di sembunyiin sebaik mungkin. Mungkin lo bisa keluar sama keluarga lo dan orang cuman bakalan ngelirik sama bicarain di belakang, tapi gue sama Nio nanti pasti nggak bakalan bisa ngelakuin itu semua, terlalu beresiko untuk pekerjaan gue nantinya. Untuk sekarang gue yakin banget sama ini semua, resiko terbesarnya juga udah gue pikirin. Gue masih akan tetap ngelakuin ini semua karena percuma aja kalo gue pilih orang lain tapi ujung-ujungnya nggak ada rasa sama sekali dan akhirnya pisah? Lebih baik sembunyi-sembunyi biar semuanya aman terkendali, gue bakalan kasih tau hal ini juga sama Nio agar dia ngerti kalo di sini tuh nggak bakalan bisa nerima kami sebaik mungkin," ujar dokter Farhan, ia tahu semua pesan yang ada di dalam perkataan Melviano tadi dan pilihan terakhirnya masih sama saja, ia akan tetap bersama dengan pemuda itu walaupun tak bisa bebas tapi setidaknya mereka bersama bukan?

"Kalo itu keputusan lo, gue cuman bisa kasih dukungan dan bantu sebisa mungkin. Nanti gue bakalan ngehubungin seseorang yang gue percaya buat ngelakuin ini semua, secarakan ini harus di lakukan diam-diam dan seprivat mungkin, lo hanya perlu persiapin semuanya doang, urusan tempat dan orang-orang yang akan ngebantu biar gue yang urus. Lo juga harus bicarain hal tadi barengan sama Nio, takutnya nanti kalo lo nggak ngejelasin semuanya sekarang, bakalan terjadi kesalahpahaman nantinya," ujar Melviano yang sudah sangat siap membantu temannya itu, toh selama ini Farhan juga selalu membantunya merawat orang terdekatnya yang tengah sakit sebaik mungkin sehingga ini saatnya ia membalas.

"Makasih, kalo gitu gue langsung pulang aja yak? Nanti apapun yang memang di butuhin banget lo kasih tau gue atau butuh biaya tambahan," ujar dokter Farhan dengan senyuman jahil miliknya, ia tahu temannya itu tak akan mungkin berani melakukan hal itu tapi nanti ia akan membayarnya sendiri.

*****

"Gimana?"

Saat sampai di dalam apartemen miliknya, sebuah pertanyaan langsung tertuju padanya, membuat dokter Farhan tersenyum tipis melihat itu semua, kenapa pemuda itu terlihat sangat panik dan juga takut? Terlihat dari tatapan matanya sekarang.

"Kamu ambilin saya minum dulu ya? Haus soalnya setelah bicara langsung pulang," ujar dokter Farhan, ia bermaksud membuat pemuda itu untuk tak merasa tegang dengan apa yang akan terjadi nanti. Semuanya baik-baik saja selagi dirinya ada di sini.

Nio menganguk dengan kaku, karena tadi dokter Farhan mengatakan ingin keluar sebentar untuk bicara dengan Melviano, semuanya ada di tangan pria itu jadi ia merasa takut akan jawaban pria itu.

Setelah mengambilkan air untuk pria itu, Nio segera kembali beranjak keluar untuk menemui dokter Farhan yang tengah duduk di sofa yang ada di apartemen ini.

"Makasih sayang," ujar dokter Farhan dengan senyuman tertahan miliknya melihat raut wajah pemuda itu yang seperti menahan ingin buang air besar.

Bersambung...

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang