Dokter Farhan terdiam melihat pemuda itu baru saja kembali dari dapur untuk meletakan tempat makannya tadi. Walaupun masih belum ada pembicaraan di antara mereka berdua karena Nio marah padanya, tapi pemuda itu masih bersikap manis, entah menyiapkan pakaian untuknya ataupun mengambilkan makanan, ia mengerti ini semua gertakan untuknya agar tak selalu gila akan pekerjaan dan hal yang lainnya.
"Saya sudah memikirkan semuanya saat kamu pergi ke dapur tadi, tak perlu menunggu besok kan untuk mengatakan semuanya? Saya terlalu rindu mendengar suara kamu yang sangat menggemaskan itu," ujar dokter Farhan dengan melepaskan kacamata yang ia kenakan sebentar, sebelum mengenakannya kembali, terlihat pemuda itu mulai berjalan mendekat ke arahnya dan duduk di sampingnya, bersiap mendengarkan perkataannya sebentar lagi.
"Selama ini sejak kecil sampai dewasa seperti sekarang, saya selalu melakukan hal yang menurut saya baik terus-menerus, entah ingin menjadi pintar dengan belajar terus, atau ingin mengejar peringkat yang mungkin sulit untuk di raih dengan baik jika sampai lalai sedikit saja, dan saat mulai kuliah saya melakukan hal itu lagi demi mencapai cita-cita saya, belajar tanpa kenal waktu sampai kedua orang tua saya merasa heran bahkan ibu mengatakan untuk berhenti sebentar, karena kesehatan itu penting. Tapi namanya orang terobsesi ingin melakukan sebuah hal maka apapun pasti dia lakukan bukan? Sampai ya keinginan saya itu tercapai dengan menjadi seorang dokter seperti saat ini. Hal itu seperti kebiasaan untuk saya karena sampai sekarang pun hal itu terjadi tapi setelah mendengar apa yang kamu katakan tadi, saya mulai berpikir,"
Dokter Farhan menatap ke arah pemuda itu, menunggu perubahan yang ada di sana saat ia mengatakan ini semua, tapi tak ada sama sekali.
"Mungkin keinginan saya sudah terlalu berlebihan ya? Bahkan dulu saat kedua orang tua saya kecelakaanpun, di saat itu saya masih sibuk mengejar semuanya, ada rasa sangat bersalah di dalam hati saya karena hal itu sehingga saat kamu mengatakan itu semua, saya mulai berpikir jika memang ini bukan saatnya mengejar sesuatu yang sudah saya miliki saat ini. Waktunya untuk fokus pada kehidupan masa depan saya, jangan sampai ada penyesalan lagi nantinya dan tadi saya sudah mengatakan pada atasan, untuk mengambil jam kerja dari pagi sampai sore saja, dan malamnya kita bisa bersama menghabiskan waktu berdua saja," ujar dokter Farhan dengan senyuman manis miliknya, ia merasa ini saatnya untuk menikmati hidupnya sebagai orang normal.
"Pacarnya siapa sih ini? Di bilangin bentaran doang udah ngerti aja! Jadi makin sayang deh!" ujar Nio dengan memeluk dokter farhan dari samping.
"Nggak mau duduk di pangkuannya saya? Kebetulan kosong sama mengangur sekarang," ujar dokter Farhan dengan senyuman tertahan miliknya, ia sangat suka bercanda hal seperti ini pada pemuda itu karena melihatnya sangat menggemaskan.
Nio memicingkan kedua mata bulat miliknya mendengar itu semua, ia yakin bahkan seribu yakin jika tadi siang pria itu mengatakan jika di antara mereka tak boleh lebih dari pelukan, bahkan ciuman saja tak boleh! Tapi sekarang? Apa pria itu sedang bermimpi? Tunggu! Kan ciuman saja yang di larang, itu artinya duduk di pangkuan boleh?
Pemuda itu tersenyum penuh arti sebelum bergerak cepat untuk bisa duduk di atas pangkuan pria itu, kedua tangan itu mengalung dengan mudahnya di leher kekasihnya itu, ia tertawa saat melihat wajah syok dari dokter Farhan.
"Lo bilang sama gue kalo nggak ada cium-ciuman bukan? Jadi duduk diatas pangkuan kayak gini boleh dong ya? Lo kan nawarin tadi, yakali nggak di turutin yakan? Betewe ada yang ngeganjel," ujar Nio dengan tawa miliknya saat melihat wajah pria itu bertamba syok mendengar apa yang barusan ia katakan, rasanya sangat lucu demi apapun!
"Punya saya tidak bangun! Itu hanya perasaan kamu saja, gini-gini punya saya tak baperan sama sekali jadi walaupun kamu duduk di atas pangkuan saya, mana mungkin dia bangun," ujar dokter Farhan setelah selesai terdiam beberapa saat melihat kelakukan pemuda itu, semoga saja ia tetap tahan sampai nanti. Lagi pula miliknya juga tak bangun, pemuda itu hanya menggodanya saja.
"Ah? Masa sih~~ emang belom bangun aja atau memang nggak bisa bangun?" ujar Nio, ia semakin senang menjahili pria itu apa lagi melihat wajah syoknya dan juga tingkahnya yang sama seperti anak perawan, padahal di sini dirinya pihak bawah bukan dokter Farhan.
"Jangan memancing saya hm? Besok saya akan ke kantor Melviano untuk meminta bantuan dia memersiapkan semuanya setelah itu kita bisa menikah dan kamu bisa melihat sendiri apakah punya saya memang tak bisa bangun atau gampang bangun jika di sentuh? Sekarang dia tuh tahu kalo sarangnya belum seharusnya di masukin makanya dia kalem, mungkin nanti setelah tahu kalo bisa masuk maka jalan pun kamu akan kesusahan," ujar dokter Farhan dengan senyuman miliknya, terkadang pemuda yang suka memancing seperti ini harus di balas agar ketahanan dirinya tetap ada.
"Kalo gitu gue sentuh aja biar bangun, jadi tau tuh kalo punya lo bisa bangun atau ngga? Lumayan kan? Cobain dulu baru nikah, lo bisa ew- aduh!" Nio memicingkan kedua mata miliknya saat merasakan pinggangnya di cubit, heh ia ingin membalas tapi pria itu malah menahannya!
"Suttt! Diem hm? Nanti besok saya akan langsung ke kantornya Melviano untuk bicara dengan dia, baru lah nanti setelah menikah kamu bisa melakukan hal yang sangat ingin kamu lakukan sekarang. Demi apap un jika kita sudah menikah, kamu ingin bermain siang malam pun saya jabanin, tapi bukan sekarang ya? Ini bukan permainan sehingga kamu bisa menggoda saya seperti itu, kamu bukan pemuas nafsu saya jadi itu semua tak akan mungkin terjadi. Tapi kalau kita sudah menikah, maka silahkan lakukan apapun saya tak akan marah," ujar dokter Farhan dengan bicara selembut mungkin agar pemuda itu bisa dengan mudah mengerti tentang apa yang dirinya sampaikan sekarang, sulit sebenarnya karena mana ada kucing di kasih ikan malah menolak bukan?
"Lo kalo masalah ginian aja serius banget ya? Padahal hal kayak gitu biasa di lakuin orang di luar sana, udah kayak permainan buat mereka tuh. Dan lo?" ujar Nio, banyak di luar sana orang yang sama seperti dirinya.
"Kita kan berbeda sayang, kalo sama saja ya mana mungkin kita ada di sini. Setiap manusia di dunia ini di lahirkan dengan perbedaan agar bisa saling melengkapi, kalau sama semuakan tak ada yang menarik," ujar dokter Farhan yang tentu saja dengan senyuman miliknya.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...