"Lo tau kan kalo gue biasanya jual kepintaran gue buat dapetin duit? Nah selama seminggu ini banyak banget yang gunain jasa gue buat bikinin pekerjaan rumah mereka, bahkan kadang temen gue juga minta bantuan. Gue dapet lumayan banyak uangnya dan gue rasa itu udah cukup buat ngekos. Gue cari kos yang deket sama sekolah aja biar mudah pulang perginya, sama kayak di sini. Makasih karena selama seminggu lebih ini lo udah bantuin gue, jaga gue sebaik mungkin dan mau jadi temen gue. Maaf kalo selama seminggu ini gue banyak nyusahin lo ya? Hari ini gue bakalan mulai semuanya, dan mungkin bakalan cari kerja," ujar Nio, ia tak yakin jika perkataannya akan mudah di mengerti oleh dokter Farhan, jantungnya terlalu berdetak sangat kencang sehingga kata-kata yang sudah ia rangkai sebaik mungkin berantakan.
Dokter Farhan terdiam mendengar itu semua, baru tadi ia merasa senang bisa tinggal bersama dengan pemuda itu dalam waktu satu minggu ini, tapi pemuda itu malah mengatakan ini semua? Ia tahu cepat atau lambat pasti Nio akan pergi dari sini, tapi dirinya tak menyangka jika akan secepat ini, ia masih ingin menikmati semuanya lebih lama lagi tapi apa boleh buat? Ia tak bisa memaksakan apa yang memang dirinya inginkan terjadi.
"Kos **** ya? Itu sekitaran dekat sekolah kamu ya? Bahkan lebih dekat dari sini, mungkin kamu keluar kos sudah bisa melihat gerbang sekolah secara langsung. Di sana kamu dengan siapa? Maksud saya kamu di sana tinggalnya sendirian atau berdua dengan teman kamu? Itu butuh banyak persiapan," ujar dokter Farhan, jujur saja ada rasa cemas di dalam hatinya saat mendengar itu semua, ia takut pemuda itu tak bisa beradaptasi cukup baik di sana nanti, atau mungkin saja ini perasaan tak rela semata? Karena mereka berdua tahu, jika Nio termasuk cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Ia hanya ingin memastikan atau mungkin saja pemuda itu membatalkan niatnya itu? Terkesan tak mungkin tapi tak ada salahnya berharap bukan?
"Iya gue bakalan tinggal di sana, selain harganya tergangkau. Gue juga bisa hemat waktu biar nggak telat atau hal yang lainnya. Di sana nanti gue bakalan tinggal sendirian karena teman gue cuman ada satu, itu pun dia udah nikah jadi nggak mungkin banget kalo dia bakalan temenin gue." ujar Nio, entah kenapa mendengar itu semua hatinya menghangat, seakan-akan merasa jika pria itu mencemaskan dirinya, mungkin?
"Kenapa kamu tidak tinggal di sini lebih lama lagi? Saya sama sekali tak keberatan untuk hal itu, jika mungkin ini alasanmu pindah. Tak perlu cepat-cepat, saya tak masalah jika kamu ingin tinggal lebih lama lagi," perkataan itu keluar begitu saja tanpa bisa di hindari, sudah dokter Farhan katakan jika ia cukup tak rela jika pemuda itu pergi sekarang, dirinya ingin Nio tinggal lebih lama lagi di sini.
Nio tersenyum mendengar itu semua, hatinya bertambah ingin tetap di sini tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah memutuskan semuanya.
"Gue tau kok kalo lo mungkin nggak bakalan pernah keberatan jika gue tinggal di sini lebih lama lagi, tapi sejak awal putus gue emang udah mutusin buat mulai semuanya tanpa campur tangan orang lain, maka dari itu gue mutusin ini semua. Jujur aja tinggal sama lo itu nyaman banget, tempatnya bagus, bersih, lo juga nggak bawel jadi enak gue-nya mau ngapain aja, tapi sudut hati gue paling dalam pengen pergi. Di luar sana banyak hal yang menunggu gue, jadi gue harus datengin mereka. Kita masih bisa ketemu kan ya? Atau mungkin gue bakalan nginep di sini kalo libur nantinya, jadi kita masih bisa deket," ujar Nio, berat sebenarnya untuk melakukan ini semua tapi jika ia tetap tinggal maka semakin sulit untuk lepas nantinya, ia tak akan kuat jika sampai hubungan dekat mereka hancur karena ulahnya sendiri.
"Baik lah saya tak akan memaksamu untuk tinggal. Tapi hari ini karena kamu akan pindah, maka saya boleh kan mengantar kamu ke sana?" ujar dokter Farhan pada akhirnya, sekuat apapun ia memaksa jika pemuda itu tak ingin menetap di sini maka dirinya bisa apa?
"Boleh! Gue bisa minta bantuin lo nanti nyusun-nyusun barang di sana. Harus mau! Ini namanya memanfaatkan seorang teman sebaik mungkin, ya nggak sih?" ujar Nio, senyuman itu terlihat sangat manis.
Berbanding terbalik dengan hatinya yang ingin sekali tetap di sini dan terus bersama dengan pria yang mulai ia cintai saat ini.
****
Di sini lah dokter Farhan berada sekarang, di dalam kos yang tadi sudah Nio sewa. Tempatnya cukup sempit tapi untuk harga segitu ia merasa semuanya baik, terlebih pemuda itu terlihat cukup senang dengan tempat ini dan hal yang lainnya.
"Kamar ada, kamar mandi ada, dapur sama ruang tamu disatuin. Wajar nggak sih harganya segini? Tempatnya bersih lagi, jadi kalo lo pengen dateng ke sini nanti, bisa langsung dateng aja deh," ujar Nio, senyuman pemuda itu terlihat sangat cerah karena ia tak menduga jika tempatnya akan sebagus ini. Banyak anak sekolah yang satu tempat dengannya tinggal di sini juga jadi ia rasa tak ada salahnya menyewa kos di sini.
"Hm. Kamu benar, tempatnya cukup nyaman jadi saya bisa sering-sering datang ke sini nantinya dan bertemu dengan kamu. Ingat jangan lupa makan, takutnya setelah tak ada saya kamu tak memerhatikan kesehatan. Jangan sampai saya menemukan kamu dalam keadaan seperti waktu itu lagi. Tadi saya juga sudah menyiapkan obat dan beberapa vitamin untukmu. Jangan lupa di minun nanti. Saat saya datang, vitaminnya harus berkurang," ujar dokter Farhan, ia masih tak rela pemuda itu pergi sehingga menyiapkan beberapa obat untuk pemuda itu selama tinggal di sini, hatinya mengatakan harus melakukan ini semua entah kenapa.
"Siap om dokter!" ujar Nio dengan senyuman miliknya, ia tahu jika dokter Farhan akan segera pulang sekarang.
"Tidak ingin melakukan hal apa gitu sebelum saya pulang?" tanya dokter Farhan, ia mengharapkan sesuatu hal terjadi sekarang karena demi apapun ia tak rela jika langsung pulang tanpa melakukan hal lainnya bersama dengan pemuda itu.
Nio tersenyum, kenapa dengan pertanyaan itu? Terdengar sangat aneh dan juga sedikit sus.
Ia berjalan mendekat ke arah pria itu, tatapan mereka berdua bertemu sebelum dirinya tersenyum dan memeluk tubuh tinggi itu. Ia merasa tak ada salahnya melakukan ini semua bukan? Sebagai tanda perpisahan untuk mereka berdua.
Dokter Farhan tersenyum sebelum membalas pelukan yang pemuda itu berikan padanya, rasanya sangat nyaman dan juga tenang bisa merasakan hal ini.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...