28

2.6K 208 9
                                    

Dokter Farhan masih terus saja tersenyum sejak kembali dari mengantar Nio ke kos barunya, entah kenapa hal yang tadi pemuda itu lakukan mampu membuatnya seperti ini, seakan-akan ini hal paling membahagiakan di dalam hidupnya saat ini.

Terdengar suara dering handphone miliknya saat ia mulai mendudukan diri di dalam kamar yang pernah ia gunakan bersama dengan Nio, tertera nama Lisa di sana yang merupakan teman dekatnya saat berada di rumah sakit, ia bertanya-tanya apa yang membuat wanita itu menghubungi dirinya? Bukahnya tadi siang mereka sudah bertemu? Tapi temannya itu tak mengatakan hal apapun padanya, tapi sekarang?

Dari pada mati karena penasaran lebih baik ia langsung mengangkat panggilan telpon itu dan mendengar sendiri alasan kenapa temannya itu menelpon dirinya.

"Iya Lis?" ujar dokter Farhan, terkesan tak basa-basi tapi demi apapun ia merasa penasaran saat ini.

"Lo udah liat pengumuman di grub dokter? Lo di pindahin keluar kota mulai besok! Katanya di sana ke kurangan dokter umum jadi lo bakalan di pindahin ke sana selama beberapa bulan,"

Dokter Farhan terdiam, sejak pulang dari rumah sakit tadi sampai saat ini ia belum menyentuh handphonenya sama sekali, ini saja karena temannya menelpon sehingga ia bisa tahu itu semua. Kenapa terkesan tiba-tiba sekali? Ia sudah berada di sini cukup lama dan hal seperti ini belum pernah terjadi? Jujur dirinya tak ingin pergi karena ingin selalu melihat pemuda itu ada di sini, tapi apa ia bisa menolak? Tentu saja tidak bisa, terlebih tadi temannya itu mengatakan jika di sana sangat membutuhkan dokter umum membuatnya yakin jika memang ini hal sangat penting sehingga dirinya harus turun tangan.

"Cuman gue sendirian? Atau lo juga di pindahin?" tanya dokter Farhan, di rumah sakit ini ada beberapa dokter umum, tapi yang paling mencolok hanya dirinya dan juga Lisa saja selama ini.

"Gue nggak, karena mungkin atasannya tau kalo gue lagi hamil jadi nggak bisa jauh-jauh dari keluarga besar,"

Ah, dokter Farhan baru ingat jika temannya itu tengah hamil muda saat ini. Ia lupa satu fakta penting itu, karena sebentar lagi ia akan memiliki dua keponakan.

"Oke, makasih infonya. Gue emang sejak pulang tadi nggak sempet liat hp maka dari itu cukup syok denger apa yang lo bilang. Kalo gitu udah dulu ya, gue mau siap-siap karena besok pasti bakalan berangkat langsung,"

Ia akan pergi walaupun di sana tak ada pemuda itu, tapi ini tugasnya maka harus di lakukan sebaik mungkin, semoga saja saat kembali nanti perasaannya jauh lebih pasti lagi tentang hubungannya dengan Nio sekarang.

Hal yang dokter Farhan duga ternyata benar adanya, saat sampai di rumah sakit tempatnya biasa bekerja, di sana sudah ada sebuah mobil menunggunya dan akan mengantarkan keluar kota hari ini juga, untung semalam ia sudah mempersiapkan semuanya sebaik mungkin, walaupun tak sempat untuk mengatakan secara langsung pada pemuda itu jika hari ini dirinya akan pergi keluar kota karena ada pemindahan dokter.

"Lis, nanti kalau lo ngelihat ada pemuda yang sekiran tinggi 160 cm, lo tanya nama dia ya? Kalau namanya Nio, lo bilang sama dia kalo gue ada pemindahan keluar kota. Karena gue nggak sempet datang ke kos dia buat kasih kata perpisahan, semuanya mendadak begitu aja. Kalo tau ini semua sejak awal pasti pemuda itu gue suruh tetap tinggal di rumah gue," ujar dokter Farhan, sedikit banyak ia sudah bercerita pada temannya itu tentang Nio dan perasaan bingungnya, Lisa hanya memberinya semangat karena wanita itu juga tak bisa asal menebak, takutnya itu perasaan berbeda.

"Oke, pasti itu mah. Gue kira lo udah pamitan sama dia, secara kan kalian baru pisah semalem. Eh ya anjir, lo kan baru tau pas gue telpon ya? Itu posisinya setelah balik dari nganter pemuda itu kan ya?" ujar Lisa lupa, ia terlalu sibuk dengan keluarga dan kehamilan keduanya sehingga mudah sekali lupa tenteng banyak hal.

"Gue berangkat," ujar dokter Farhan dengan mulai masuk ke dalam mobil setelah semua barang yang ia perlukan di masukan.

Jujur ada keraguan saat mobil yang akan mengantarnya mulai menyala dan pergi dari sini, ia ingin melihat pemuda itu untuk terakhir kalinya setelah beberapa bulan kedepan tak bisa melihat Nio. Selama bersama dengan pemuda itu satu minggu lebih, ia merasa senang dan nyaman, sampai sekarang saat akan pergi ia bingung.

Pemuda itu mulai selalu ada di dalam hatinya, bahkan semalaman ia memikirkan Nio terus dan terus. Ia berharap semoga saja selama ke pergiannya pemuda itu akan baik-baik saja di sini tanpa gangguan orang lain atau hal yang lainnya. Mungkin nanti dirinya juga akan meminta bantuan Melviano untuk menjaga pemuda itu, ah bukan ke Melviano tapi Arion yang merupakan teman dekat dari pemuda yang menyita pikirannya itu.

"Perasaan ini kenapa masih terasa samar? Kapan ini semua terasa nyata sehingga membuatku semakin yakin dengan semuanya?" lirih dokter Farhan dengan menatap ke arah samping, ia masih menunggu semuanya agar nanti saat dirinya kembali, maka dengan sangat berani dan juga lantang ia akan mengatakan semuanya.

Dirinya hanya takut jika asal mengatakan semuanya itu hanya akan menyakiti pemuda itu nantinya, misal ia mengira ini perasaan cinta tapi nyatanya ini semua hanya perasaan kagum semata, pasti Nio akan tersakiti karena hal ini.

"Apa yang tengah dokter pikirkan?"

Tatapan dokter Farhan mengarah ke arah depan sana, menatap supir yang di tugaskan untuk mengantarnya keluar kota hari ini. Cukup sering sebenarnya ia diantar oleh pria yang sekitaran umur 50 tahun itu.

"Ah, saya tengah memikirkan urusan di rumah sakit tadi. Soalnya masih banyak tugas tapi saya malah di pindahkan ke rumah sakit yang lain," ujar dokter Farhan, refleks mulutnya bicara mengatakan itu semua karena tak mungkin ia berkata jujur bukan? Bisa habis di tertawakan sampai dirinya tua nanti, umur sudah kepala tiga tapi masih pusing memikirkan tentang percintaan anak muda.

"Itu artinya kerja anda sangat bagus maka dari itu anda di pindahkan ke tempat yang jauh lebih membutuhkan kerjaan anda. Menurut saya, dokter Farhan termasuk dokter yang cukup baik, karena ada beberapa dokter yang jarang masuk padahal jadwalnya ada, maka dari itu saya merasa hal ini bagus jika memang di berikan untuk anda, pasti ini sangat serius."

Dokter Farhan menganguk dengan pelan, itu semua memang nyata. Ia sama sekali tak bisa mengelak sedikitpun atau pun melakukan hal yang lainnya. Ini tugasnya maka mau tak mau harus di lakukan, banyak orang yang membutuhkan bantuannya di sana.

Bersambung ..

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang