12

3.3K 231 0
                                    

"Begini lah cinta spesial, beda sama pasangan normal lainnya. Dunia kayak gini banyak sakitnya tapi entah kenapa gue masih di sini," ujar Nio dengan tawa kecil miliknya saat merasa ia sangat bodoh tentang ini semua.

"Cinta memang bisa membuat orang paling pintar pun jadi sangat bodoh, jadi tak heran kalau kamu jadi budak cinta. Dan setelah mendengar ceritamu tadi, ternyata pasanganmu memang menunggu saat-saat ini, buktinya kamu sendirian di luar pun tak di cari olehnya, ini bukan untuk memperpanas suasana, saya hanya merasa jika hubunganmu dengannya harus segera selesai karena tak ada gunanya bersama dengan pria yang tak menghargai kamu.  Di antara pasangan itu yang paling penting komunikasi dan juga ke jujuran satu sama lain, jika di antara kalian berbohong maka semuanya sudah tak ada gunanya lagi. Banyak anak muda yang datang kesini dan bercerita tentang percintaan mereka padahal mereka tahu kalau saya bukan dokter cinta tapi masih melakukan itu semua, menurut mereka tamparan dari kata-kata saya cukup bisa membuat mereka sadar jadi sekarang saya akan mengatakan itu juga sama kamu, percintaan di usia muda tanpa ke pastian hanya akan menghancurkan kamu sebagai pihak bawah di sini. Karena pria yang menjadi pasanganmu tak kehilangan apapun saat kalian putus 'kan? Sedangkan kamu? Maka dari itu sangat penting mencari pasangan terbaik di antara yang terbaik," ujar dokter Farhan, ia merasa harus mengatakan itu semua agar Nio bisa lebih sadar lagi jika sewaktu-waktu pria itu datang kembali dan ingin mereka bersama lagi.

"Lo nggak ada pasangan tapi pinter banget kasih nasehat tentang percintaan gini, siapa yang udah nyakitin lo dulu?" ujar Nio, ia merasa setiap perlakukan pasti mempunyai pengalaman bukan? Maka itu lah yang sekarang ia katakan.

"Memberi nasehat tak butuh pengalaman lebih dulu untuk itu semua, memangnya kamu harus jatuh dulu agar bisa tahu jika itu berbahaya? Tidak kan? Maka itu lah saya," ujar dokter Farhan, pemuda itu cukup pintar untuk memikirkan hal seperti itu padanya.

Terjadi heningan kembali dengan dokter Farhan beranjak dari tempat duduknya sekarang saat mendengar suara dering dari handphone miliknya, "sebentar,"

Nio hanya menganguk melihat pria itu berjalan sedikit jauh, hatinya jauh lebih tenang dan juga lebih yakin lagi jika memang dirinya dan juga Herman sudah seharusnya pisah sekarang ini. Ia mulai sadar jika selama ini hanya dirinya yang berkorban banyak dan kehilangan banyak hal untuk percintaan yang toxic ini.

"Lo bener, sekarang gue sadar kalo emang hubungan kami selama ini salah. Gue terlalu cinta sampai nutup mata tentang semua hal yang terjadi selama ini," ujar Nio, bertemu dengan dokter itu berhasil membuatnya sadar sampai akar-akar.

"Kenapa?" ujar dokter Farhan saat melihat nama temannya kembali tertera di handphone miliknya.

"Gue mau otewe ke rumah sakit lagi, lo pulang aja. Nanti siang lo baru dateng lagi rumah sakit, tidur aja dulu."

Dokter Farhan menganguk, ternyata anak dari temannya itu sudah tak tantrum lagi mungkin ia bisa pulang kerumah sebentar dan tidur, tak tidur semalaman bisa membuatnya pusing sangat lama, itu akan memperlambat pekerjaannya nantinya.

"Hm, lo dateng aja gue mau otewe pulang kalo gitu mah," ujar dokter Farhan sebelum mematikan sambungan secara sepihak karena ini peluang untuknya beristirahat sebentar di rumahnya.

"Kamu ingin ikut dengan saya?" ujar dokter Farhan dengan berjalan mendekat kearah pemuda itu sekarang, karena ia akan pulang maka dari itu ia bertanya. Jika tetap di sini maka mungkin saja pemuda itu akan segera pergi dan tinggal di jalan lagi sedangkan kondisinya masih sangat tak baik.

"Ikut kemana? Kemarin lo nawarin gue ikut ke apartemen lo tapi kemudian lo berubah pikiran, apa sekarang bakalan gitu juga? Gue nggak mau di kira maling nantinya kalo sampe lo nggak yakin, mendingan di jalanan gue, lo nggak perlu kasihan sama gue," ujar Nio saat mengingat kejadian kemarin, pria itu menawari dirinya ikut bersama kemarin tapi tiba-tiba berubah pikiran, ia tak begitu memerlukan belas kasihan orang untuk apa yang sudah terjadi.

Dokter Farhan tersenyum mendengar itu semua, ternyata pemuda itu masih ingat apa yang sudah ia lakukan kemarin. Mau bagaimana lagi, ia tak begitu paham tentang Nio dan apa yang terjadi pada pemuda itu kemarin sehingga tak yakin, takutnya hanya pemuda iseng atau hal yang lainya, tapi setelah tahu semuanya ia yakin sekarang untuk menjaga pemuda itu sampai kondisinya lebih baik lagi.

"Sekarang sungguhan, saya tak akan berubah pikiran lagi. Mau ikut tidak? Sekalian menyembuhkan tubuh kamu lebih sehat lagi dan bisa menghadapi semuanya dengan baik. Jika tak mau maka kamu bisa tetap berada di sini, sebentar lagi teman saya datang kesini untuk bergantian shif dengan saya," ujar Dokter Farhan, jika pemuda itu tak mau maka dirinya tak ada hak untuk memaksa pemuda itu untuk mengikuti dirinya.

Nio terdiam mendengar itu semua, apa yang pria itu katakan memang ada benarnya juga. Jika sekarang ia kembali ke jalanan dengan kondisi kurang baik, mungkin besok mayatnya akan masuk berita utama di kota ini, atau jika ia tetap di sini maka ke canggungan akan terjadi secara ia tak mengenal teman dari pria itu.

"Gue mau ikut. Tapi kenapa lo bantuin gue?" tanya Nio, ia merasa penasaran kenapa pria itu mau membantu dirinya sekarang, mungkin karena rasa kasihan? Huh hidupnya memang penuh rasa kasihan dari orang lain, dulu Herman tetap bersama dengannya pasti karena kasihan dan sekarang itu juga terjadi.

"Sebagai sesama manusia harus saling menolong satu sama lainnya, selagi saya mampu menolong maka saya akan menolong kamu. Terlebih saya seorang dokter, sudah kewajiban saya untuk menjaga pasien saya sebaik mungkin," ujar dokter Farhan, niat awalnya memang seperti itu terlebih pemuda itu tak punya siapa-siapa di sini, akan sangat jahat jika ia meninggalkan Nio begitu saja setelah tahu semuanya.

"Suatu hari nanti kalo gue mampu, maka gue bakalan balas semuanya. Gue bakalan inget selalu jika orang yang ada di saat gue hampir mati itu lo, bukan orang yang gue cintai," ujar Nio dengan tatapan terkunci pada dokter Farhan yang tengah melepaskan infus miliknya.

"Saya membantu kamu bukan ingin timbal balik dari itu semua, saya hanya melakukan apa yang hati saya inginkan itu saja tak lebih. Jadi kamu tak perlu membalas semuanya," ujar dokter Farhan dengan senyuman lembut miliknya seperti biasa, ia memang tak mengharapkan balasan apapun dari bantuan yang sudah ia berikan sekarang.

Bersambung..

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang