"Menurut kamu Farhan itu bagaimana? Bawel? Suka mengatur? Saya ingin tahu bagaimana tanggapan kamu selama tinggal bersama dengannya, karena banyak anak muda yang mengatakan jika dia itu suka sekali mengatur mereka, padahal sebagai dokter itu memang tugasnya bukan? Untung saja bukan saya yang bertugas sebagai dokter umum siang hari, kalau sampai iya bisa keguguran kayaknya saya," ujar dokter Lisa dengan senyuman di akhir.
Nio terdiam, kesan pertama bertemu mungkin kurang bagus karena ia mengira jika pria itu akan cuek padanya atau hal lainnya, dan dirinya tak terlalu suka waktu itu lalu setelah tinggal bersama, perasaan serta kesan itu berubah drastis.
"Dulu sih sebelum tinggal bareng, pas pertama kali bertemu gue kira dokter Farhan itu cuek banget sama datar orangnya walaupun murah senyum apa lagi dengan kacamata itu, semakin bikin takut. Tapi setelah tinggal bersama gue mulai sadar kalo setiap dokter itu ramah dan murah senyum. Kami sefrekunsi, sama-sama suka bicara juga jadi makin bisa bikin kami deket. Menurut gue pribadi, dokter Farhan itu emang rada-rada sih, tapi di balik itu semua dia baik banget sama terbuka. Dia dengan mudahnya suruh gue tinggal sama dia saat gue sakit, padahal dia nggak tau gue baik atau nggak yakan? Itu yang buat nilai bertambah dari dia, dan setelah tinggal bersama satu minggu lebih gue juga baru sadar kalo dia tuh gila kerja, sakitpun masih kerja. Menurut gue gitu sih, nggak tau dokter paham atau nggak sama ucapan gue barusan," ujar Nio dengan menggaruk belakang kepalanya dengan pelan, ugh demi apapun ia tak pandai merangkai perkataan yang wah dan luar biasa seperti orang-orang lainnya.
"Berarti saat bersama denganmu, Farhan menjadi lebih baik. Karena saya sebagai temannya sama sekali tak merasakan itu semua, dia suka sekali merusuh atau melakukan hal lainnya sehingga membuat kegaduhan di antara pertemanan kami. Mungkin kamu orang spesial untuk Farhan? Mungkin kamu sudah tahu atau belum tahu sepenuhnya, Farhan selama ini hidup sendirian di apartemen walaupun ada rumah peninggalan kedua orang tuanya tapi dia menolak tinggal di sana, karena tak ingin kenangan kedua orang tuanya selalu menghantuinya di sana nanti. Dia bilang sama saya, jika suatu saat nanti dia menemukan orang yang baik, maka dia akan membawa orang itu ke sana bersama dengan dia. Saya harap kamu masih mau menunggunya sampai pulang nanti, agar kalian bisa bicara berdua. Saya sangat paham perasaan apa yang ada di dalam tatapanmu itu untuk Farhan," ujar dokter Lisa, sejak ia menanyakan hal tadi, dirinya mulai merasa jika ada perasaan terpendam di dalam hati pemuda itu untuk Farhan, atau mungkin ada kebingungan di sana maka dari itu ia ingin pemuda itu segera menyadarinya.
Nio masih terdiam sejak tadi, jujur ia tak mengerti kenapa dokter itu mengatakan hal ini padanya. Tapi tetap saja hatinya menghangat bisa mendengar ini semua, itu artinya perasaannya memang tak salah bukan? Hanya perlu tahu bagaimana perasaan pria itu untuknya juga nanti, di balas atau tidak, ia tak masalah dengan hal itu.
"Makasih udah kasih ini semua sama gue, kalo gitu gue pamit undur diri dulu ya? Dokter pasti juga sibuk sekarang," ujar Nio, ia sama sekali tak bisa bersikap formal atau hal yang berhubungan dengan itu, rasanya sangat sulit sehingga itu semua yang keluar dari bibirnya. Ia tahu itu tak sopan, tapi sangat sulit untuk terbiasa, disaat semuanya harus di pelajari lebih dulu, semuanya.
Dokter Lisa menganguk, ia sangat paham kenapa Farhan bisa sangat betah bersama dengan pemuda di depannya sekarang. Perkataannya yang terdengar sangat polos serta bingung membuatnya ingin sekali tertawa di buatnya, pantas saja temannya sangat menyukai pemuda bernama Nio itu.
****
Nio terdiam di dalam kos miliknya, niat hati ingin bertemu dengan dokter Farhan malah hancur berantakan karena pria itu tak ada di sana, walaupun ada rasa kecewa sedikit di sana tapi ia tetap merasa senang karena itu artinya usaha pria itu selama ini membuahkan hasil bukan? Pemindahan ini bisa saja menjadi peluang untuk dokter Farhan lebih di kenal oleh banyak orang lagi bukan?
Ia bangga pada pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta kembali itu. Kedua mata bulat itu mengarah pada bungkusan di sampingnya, tadi ia ingin membukanya di rumah sakit tadi tapi malu karena dokter Lisa memerhatikan dirinya, sampai sekarang diri baru ingat kembali dengan bungkusan itu.
"Apa isinya? Kotaknya lumayan kecil, apa isinya obat? Vitamin buat gue? Anjir, dia nggak seharusnya ngelakuin ini, walaupun miskin tapi buat beli vitamin gue masih bisa kok, saking pedulinya lo sampai ngelakuin hal ini buat gue," ujar Nio, ia mengira mungkin saja isi di dalam kotak ini vitamin? Karena saat pertemuan terakhir mereka dokter Farhan mengatakan jika vitaminnya harus di minum dengan baik, mungkin saja ini memang vitamin? Sungguh ia bisa membeli sendiri sehingga pria itu tak perlu repot menyiapkan ini di sela-sela kesibukannya di rumah sakit.
Tangan kecil itu mulai membuka kotak itu dengan pelan, sebelum terdiam beberapa saat melihat jika di dalam bungkusan ini bukan vitamin tapi ponsel! Ini terlihat sangat baru, pertama kali di dalam hidupnya ia mempunyai ponsel sendiri karena dulu ia selalu meminjam milik Herman.
"Ini buat gue? Eh? Ada nomor telpon di sini, apa ini nomor dokter Farhan? Atau konter hpnya?" ujar Nio pada dirinya sendiri saat melihat ada surat kecil berisi nomor telpon di sini.
"Eh nggak mungkin nomor konter, orang ini tulisannya nyaris nggak kelihatan. Ini pasti tulisan dokter Farhan," ujar Nio kembali saat sadar jika tulisan ini sangat di luar nalar, orang yang tak mengerti mana mungkin tahu tulisan apa ini, untung ia sedikit paham. Memang rata-rata tulisan dokter memang tak bisa di tebak begini ya?
Pemuda itu mulai membuka ponsel baru itu dan memasukan nomor itu, dan ternyata Boom! Itu bener nomor dokter Farhan, foto profilnya terlihat sangat gagah, pria itu terlihat duduk di kursi kedokteran miliknya dengan kacamata yang selalu setia bertengger di hidung mancung miliknya, bionya {sibuk} Ia ngin ketawa melihat itu semua, karena memang pria itu sangat sibuk, bukan hanya bio gabut semata.
Tombol itu mulai ia tekan untuk memanggil pria itu lewat sambungan telpon, sebelum mematikannya kembali karena takut dokter Farhan tengah sibuk saat ini.
(Nio Vnc)
Om!
Ponselnya udah gue terima, bagus banget! Makasih ya!Ia lebih memilih mengirim pesan saja sebelum terdiam saat mendengar suara ketukan di pintu kos miliknya, dirinya mulai beranjak takutnya salah satu tetangga kosnya membutuhkan bantuan.
Pintu itu terbuka sebelum tubuh kecil itu terdorong masuk kembali kedalam.
Bugh!
Bersambung.....
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...