Dengan sangat pelan dokter Farhan membuka pintu apartemen miliknya, berjalan masuk sebelum terdiam saat melihat Nio tengah berdiri di depan tempat sepatu. Sungguh niat hati ingin pulang tak terlalu larut malah bablas sampai jam dua dini hari karena bicara dengan beberapa dokter yang ada, membagi pengalaman satu sama lain sebagai seorang dokter sampai membuatnya lupa waktu. Ia baru mengingat semuanya saat berada di depan pintu apartemen miliknya tadi, ia sudah mengatakan akan berusaha pulang cepat, tapi malah hampir subuh pulangnya.
"Banyak banget ya kerjaan di sana? Lo pasti capek kan? Tadi gue kira lo bakalan pulang cepet makanya masak lumayan sorean dan nungguin lo di sana, dan tadi pas ke bangun lo masih belum pulang juga, ternyata pulangnya dini hari," ujar Nio, ia sama sekali tak marah ataupun kesal karena pria itu tak bisa pulang tepat waktu, ia hanya merasa khawatir melihat pria itu selalu bekerja tak tahu waktu, bukannya itu juga bisa mempengaruhi kesehatan tubuhnya?
"Tadi saya pulang sekitar jam sebelas malam, tapi karena ada dokter senior ingin bicara jadi saya memutuskan untuk menunda lebih dulu pulangnya dan bicara sama dia sehingga tak sadar jika jam sudah mau subuh," ujar dokter Farhan jujur, ia tahu pemuda itu akan mengerti dengan alasan yang barusan yang berikan dan semoga saja Nio tak marah karena ia tak bisa menepati perkataanya sendiri.
"Gue nggak marah lo pulang nggak tepat waktu, karena mungkin aja kerjaan lo di sana banyak secarakan tanggung jawab lo bukan cuman meriksa orang doang yakan? Tapi gue marah karena lo selalu kek gini, sejak kita tinggal bareng untuk pertama kalinya, lo juga sibuk di rumah sakit bahkan cuman tidur dua jam doang, dulu gue diem karena ngerasa nggak ada hak buat bilang ini semua karena kita nggak ada status spesial apa pun, tapi sekarang gue ngerasa harus bilang. Lo lupa dulu pernah sakit karena maksain diri buat kerja juga? Minta waktu dikit biar bisa istirahat di rumah juga, lo bukan robot yang nggak punya kesehatan. Sebagai dokter lo tentu tau kan resiko apa aja bakalan terjadi kalo ini terus-terusan lo lakuin? Pikirin tubuh lo juga, sebelum itu semua lo nggak boleh bicara dulu sama gue,"
Nio mengatakan itu semua bukan tanpa alasan yang pasti, dulu saat mereka baru pertama kali kenal, pria itu pernah sakit juga karena kelelahan sampai harus mengambil cuti beberapa hari, dirinya hanya mengatakan hal secukupnya saja karena tak ada hak untuk mengatur semuanya. Tapi sekarang sudah berbeda bukan? Sejak di rumah sakit waktu itu, ia melihat sendiri bagaimana gilanya dokter Farhan jika sudah berada di sana, tapi lagi dan lagi ia merasa itu bukan haknya untuk marah, tapi sekarang hubungan mereka sudah jauh lebih dekat bukan? Ia bisa mengatakan hal ini, terkesan memaksa memang tapi jika ini tak di lakukan maka dokter Farhan tak akan sadar.
Pria itu bukan robot sehingga bisa bekerja terus-terusan, walaupun ini merupakan kesenangan untuk dokter Farhan tapi tetap saja kesehatan nomor satu dan paling utama di antara hal yang lainnya. Ia ingin membuat pria yang dirinya cintai itu mengerti jika ini semua tak boleh terlalu di fokuskan setiap saat, ada masanya istirahat itu penting bukan? Setiap harinya kerja, pulang subuh dan datang ke rumah sakit lagi saat hari sudah mulai siang, terus saja seperti itu.
Dokter Farhan terdiam melihat Nio beranjak kembali masuk ke dalam kamar sekarang, ia seperti anak muda yang ketahuan main di luar sampai larut tanpa meminta izin lebih dulu. Bukannya merasa tak terima atau hal yang lainnya, ia justru merasa nyaman bisa mendapatkan ini semua, sejak dulu ia ingin sekali mendapatkan ini setelah kedua orang tuanya pergi, hanya saja baru sekarang bisa menjadi nyata.
"Aku mengerti apa yang sekarang kamu katakan, mungkin mulai besok aku akan membatasi sedikit jam kerja agar bisa istirahat dan menghabiskan waktu bersama denganmu. Setelah di pikir-pikir kamu memang benar, ini saatnya aku mulai menikmati semuanya sebaik mungkin karena ini tak akan terulang untuk kedua kalinya," ujar dokter Farhan sebelum melepas sepatu yang ia kenakan dan beranjak masuk ke dalam kamar di mana pemuda itu sudah pergi lebih dulu.
Tatapan pertama saat masuk ke dalam kamar adalah pemuda itu, dia sedang mengambil sesuatu dari dalam lemari sebelum memberikan pakaian tidur itu untuknya, dirinya tersenyum geli sebelum menerima semuanya dengan baik, si manis tengah marah tapi masih mau mencarikan pakaian untuknya, sangat-sangat menggemaskan.
"Makasih manisku," ujar dokter Farhan dengan mengedipkan satu mata miliknya ke arah pemuda itu sebelum segera masuk ke dalam kamar mandi, takut kena marah sama Nio.
Nio menggigit bibir bawahnya untuk menahan bibirnya yang ingin sekali bicara dengan pria itu terlebih saat mendengar perkataan tadi, jantungnya langsung berdebar dengan pipi yang mulai terasa panas sekarang.
"Bangsat, kalo gini caranya gimana gue mau mogok bicara sama dia? Nahan buat nggak bicara sama dia sedetik aja rasanya sulit, liat mata lelah itu uh! Nggak tega, cuman kalo masih di biarin kek gitu dia bakalan ngelunjak nanti. Oke tahan Yo, lo pasti bisa ini demi keamanan bersama," ujar Nio yang berusaha meyakinkan dirinya jika semuanya akan baik-baik saja yang ia bisa tahan ini semua, ingin sekali memberi pelukan untuk dokter Farhan yang merasa lelah itu, tapi sekarang ia tengah marah.
"Tahan, mungkin besok dia udah mulai sadar jadi gue nggak perlu nahan semuanya lebih lama lagi. Ngeliat kami yang ke pribadiannya sama, keknya dia juga nggak tahan pengen bicara sama gue yakan? Pede dikit nggak ngaruh kok! Betewe liat dia keciduk kek tadi rasanya lucu banget anjir, kek murid yang ketahuan gurunya kalo lagi bolos. Sumpah, emang boleh selucu itu?" ujar Nio saat mengingat apa yang tadi terjadi, demi apapun sangat susah untuknya menahan diri agar tak memeluk pria itu.
"Kalo tau gini rasanya punya hubungan sama orang yang lebih tua, pasti udah dari dulu gue nyarinya yang spek daddy sugar bukan malah pacaran sama cowok seumuran yang mau ngent*t doang kerjaannya," ujar Nio kembali, ia memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan mengambilkan makanan untuk dokter Farhan, walaupun marah tapi itu semua hal yang harus ia lakukan, karena pria itu pasti lelah bukan? Setidaknya dengan melakukan itu semua rasa lelah pria itu sedikit berkurang.
Bersambung..
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...