24

2K 177 7
                                    

Dokter Farhan terdiam di depan pintu apartemen miliknya, ini sudah lumayan sore dan ia memutuskan untuk langsung pulang setelah berbincang dengan Melviano cukup lama, ia akan memikirkan semuanya sebelum kembali bekerja besok karena saat sudah kembali kerumah sakit nanti maka fokusnya harus pada pasiennya, tak boleh kearah lain.

Ia masih memikirkan kemungkinan yang akan terjadi nanti saat semuanya sudah lebih nyata, mungkin saja ia mencintai pemuda itu lebih dulu nantinya atau bahkan ini hanya perasaan sesaat saja sehingga saat Nio pergi nantinya, maka dirinya akan baik-baik saja, mungkin kah begitu?

Tangan itu mulai mengetik beberapa angka di pintu apartemen miliknya sebelum pintu itu terbuka dengan Nio berada di sana, pemuda itu persis ada di hadapan dirinya saat ini mendongak menatap ke arahnya, kedua mata bulat itu terlihat sangat lucu.

"Kenapa?" tanya dokter Farhan saat melihat pemuda itu hanya diam saja melihat ke arahnya, mata bulat itu terus saja mengerjab membuat ia merasa gemas dan juga bingung secara bersamaan, ada apa dengan pemuda itu? Apa dia ingin sesuatu atau ingin mengatakan hal penting padanya?

"Tadi pas gue lagi masak makanan, gue tiba-tiba denger suara di pintu makanya gue berjalan mendekat dan berdiri di sini, kalo ada orang jahat yang masuk gue bisa dorong dia ke dalam lalu lari keluar tapi ternyata itu lo bukan penjahat, pikiran gue terlalu jauh." ujar Nio mengatakan alasan kenapa ia berada di sini sekarang, terlebih beberapa jam yang lalu ia baru saja pulang dan memutuskan untuk langsung memasak lalu pria itu pulang.

"Mana ada penjahat bisa masuk ke sini, pengamanan di sini sangat ketat jadi hidung maling pun tak bisa menembus masuk ke dalam," ujar dokter Farhan dengan terus membalas tatapan kedua mata bulat itu padanya, menikmati detak jantungnya yang terasa sangat kencang.

"Mana ada hidung doang bisa masuk anjir, bayangin aja hidung mancung lo ini bisa jalan sendiri 'kan bahaya anjir," ujar Nio dengan tatapan memicing miliknya pria itu ada-ada saja, selain memang tampan pikirannya cukup jauh membuat ia merasa geli sendiri melihatnya, mereka seperti kembar.

Dokter Farhan tertawa pelan mendengar itu semua, pria berkacamata itu merasa geli sendiri saat mendengar perkataan pemuda itu, ia ikut membayangkan bagaimana lucunya jika itu semua menjadi nyata, ah bukan lucu tapi menyeramkan.

"Bisa saya masuk? Atau kamu ingin bertanya-tanya lebih dulu sebelum memberi saya izin untuk masuk ke dalam?" ujar dokter Farhan setelah cukup lama terdiam menatap kedua mata bulat yang terlihat menatapnya tanpa rasa bosan sedikitpun, kakinya sakit terlalu lama berdiri walaupun hatinya merasa senang bisa melihat Nio dalam jarak sedekat ini.

"Eh? Iya masuk aja!" ujar Nio dengan memundurkan langkah miliknya, demi apapun ia lupa jika mereka ada di depan pintu saat ini, mungkin saja sejak ada yang melihat mereka saling menatap di depan pintu! Sangat tidak elit sama sekali!

Dokter Farhan kembali tersenyum melihat itu semua sebelum berjalan masuk ke dalam, tatapan itu mengarah pada seluruh penjuru apartemen miliknya rasanya lebih nyaman dari biasanya setelah ia tahu apa yang dirinya rasakan sekarang ini.

"Kamu masak apa tadi?" tanya dokter Farhan dengan mendudukan dirinya, pria itu mulai melepaskan jas putih miliknya sebelum menatap kearah Nio yang sudah tak ada di tempatnya, kemana pemuda itu? Bukannya tadi Nio menatapnya lalu kemana dia sekarang?

"Bentar!"

Pria itu menunduk saat mendengar itu semua, ternyata pemuda itu kembali kearah dapur pantas saja menghilang begitu cepatnya, hari ini memang Nio mengatakan akan kembali masuk sekolah dan dirinya kembali ke rumah sakit tapi saat datang ke sana temannya melarangnya masuk kerja dulu untuk hari ini sehingga membuatnya datang ke kantornya Melviano untuk berbicara berdua saja. Rasanya sangat luar biasa saat ada seseorang tinggal bersama dengannya, seakan-akan ada alasan untuknya pulang kembali, berbeda saat masih sendirian dulu, semangat untuk pulang hanya untuk tidur saja itu pun kalau dirinya merasa sangat mengantuk saja.

"Gue tadi masakin ini buat lo, karena kebetulan hari ini gue dapet uang lumayan banyak. Jadi sebagai bentuk terima kasih karena lo udah jagain gue, maka gue bikinin ini buat lo," ujar Nio dengan membawa apa yang sudah ia masak tadi.

"Kari seafood?" ujar dokter Farhan, ini pertama kalinya ada seseorang yang memasakan dirinya ini, tapi ia tahu nama makanannya.

"Huum! Gue tadi liat-liat resep makanan gitu terus liat makanan ini, yaudah gue putusin buat masak itu dan boom! Jadi makanannya, kelihatannya enak kan ya? Tapi belom gue cicipin sih, jadi kalo nggak enak, maafiin ya?" ujar Nio dengan meletakan makanan yang tadi ia masak, ini semua memang ia buat sebagai bentuk rasa terima kasihnya karena dokter Farhan sudah membantunya selama ini, untungnya tadi banyak yang ingin menggunakan jasa dari kepintarannya hari ini sehingga bisa mendapatkan lumayan uang, walaupun salah tapi selama itu bisa membuatnya mendapatkan uang maka Nio akan melakukannya.

Dokter Farhan menganguk sebelum memakan itu semua bersama dengan Nio, pria itu sempat terdiam beberapa saat merasakan makanan ini begitu enak. Selain penampilannya, rasanya juga luar biasa, ia tahu sekarang jika memang pemuda itu sangat pandai memasak makanan, ia sendiri kalah jauh.

"Terima kasih atas makanannya," ujar dokter Farhan setelah makanan miliknya tandas tanpa tersisa, padahal pemuda itu mengambilkan lumayan banyak untuknya tapi habis begitu saja.

Nio tersenyum mendengar itu semua, ia mulai membereskan tempat makan mereka berdua sebelum beranjak ingin meletakan itu semua ketempat cucian piring sekarang ini. Dokter Farhan langsung menahan tangan itu membuat pemuda itu menatap kearah pria itu dengan tatapan penasaran.

"Sering-sering memasak, saya menyukai itu semua," ujar dokter Farhan, ia menyukai masakan pemuda itu sehingga ingin Nio masak lebih sering untuknya, jika seperti ini jadinya maka dirinya tak akan melewatkan acara makan sedikitpun.

"Baik, lo siapin terus aja bahan-bahan yang ada di dalam kulkas dan serahin semuanya sama gue," ujar Nio dengan senyuman miliknya, ia senang karena dokter Farhan menyukai masakannya sekarang, rasanya sangat bangga bisa mendengar itu semua.

Dokter Farhan tersenyum melihat kepergian pemuda itu, perasaannya semakin aneh dan juga membingungkan saat mereka bersama seperti tadi tapi entah kenapa ia menyukai itu semua.

"Ini perasaan seperti apa? Kenapa rasanya aneh dan juga menyenangkan menjadi satu? Kenapa kamu begitu luar biasa? Membuatku susah untuk menolak semuanya," ujar dokter Farhan, bicara pada dirinya sendiri karena ini pertama kalinya rasanya sangat aneh.

Bersambung....

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang