Sudah hampir seminggu lebih Nio berada di rumah dokter Farhan, rasa nyaman semakin ia rasakan hingga saat ini. Jujur di sudut hatinya yang paling dalam, ia ingin sekali tetap tinggal di sini tapi apa boleh buat? Dirinya hanya menumpang saja di sini, walaupun dokter Farhan tak mengatakan padanya untuk pergi tapi tetap saja ia sadar jika di sini posisinya sebagai penumpang saja tak lebih dari itu, cepat atau lambat pasti Nio harus pergi dari sini bukan?
Pemuda itu terdiam menatap ke arah uang miliknya saat ini, sekarang ia baru saja pulang dari sekolah dan menghitung pendapatannya selama seminggu ini dan hasilnya lumayan, semakin hari semakin banyak yang meminta jasa kepintaran darinya bahkan terkadang temannya yaitu Arion juga meminta di buatkan pekerjaan rumah karena tak sempat mengerjakan itu semua, temannya itu terlalu sibuk muntah-muntah saja.
Bayaran yang ia dapatkan sangat luar biasa jika Arion meminta bantuan padanya, jujur ia sama sekali tak ingin mengambil keuntungan apapun terlebih Arion teman satu-satunya maka harus ia perlakukan sebaik mungkin bukan? Bahkan ia pernah mengatakan ingin mengerjakan saja tak perlu di bayar tapi temannya itu memaksa dengan alasan sebagai pemberian untuknya, mungkin temannya itu ingin memberinya uang tapi segan maka dari itu menggunakan jasanya saja.
"Perhari bisa dapet 500 ribu, itu pun 300 ribuan dari Arion. Setiap hari selalu ngasih uang dengan alasan minta bantuan sama gue. Pernah ngelakuin kebaikan apa gue dulu sampe bisa dapet temen kayak gini? Mungkin Arion juga mikirin gue kalo nggak selamanya gue sama dokter Farhan tinggal berdua terus, pasti pria itu butuh privasi dan nggak mau di ganggu. Gue kemarin udah liat-liat kos yang ada di dekat sekolah, perbulan 400 ribu rupiah, gue ngerasa mampu bayar itu semua. Gue juga sadar diri kalo nggak selamanya kami tinggal bareng dan itu juga nggak bagus buat diri gue sendiri, perasaan gue semakin nyata buat dia. Itu semua bikin gue takut," ujar Nio dengan menatap nanar ke arah uang miliknya saat ini.
Jujur selama seminggu lebih, ia berperang dengan pikirannya sendiri. Antara ingin yakin jika ini perasaan cinta atau justru menolak ini semua, ia sangat percaya jika ini cinta, tapi untuk mengakui semuanya Nio takut, secara di sini ia hanya menumpang dan tak sopan jika sampai jatuh cinta. Pasti dokter Farhan tak akan percaya tentang ini semua, ia baru putus dan sudah cinta kembali? Pasti pria itu akan mengatakan jika dirinya murahan atau hal semacamnya, lebih baik menahan ini semua lalu pergi dengan harapan perasaan ini akan menghilang.
Mungkin jika ini perasaan sesaat maka akan langsung menghilang ketika mereka sudah tak terhubung lagi, Nio yakin ini semua terjadi karena mereka berdua dekat saja, mungkin saat berpisah nanti maka semuanya akan hilang seperti perasaan cintanya untuk Herman.
Ketika dirinya dan Herman sudah tak bersama maka perasaan cintanya juga menghilang dan ia berharap tentang hal ini juga sekarang, dirinya ingin pergi agar cinta ini hilang.
"Gue tau ini cinta dan mungkin saja untuk sekarang gue bakalan jadi orang bodoh yang memilih untuk mengabaikan semuanya seakan-akan nggak pernah terjadi. Padahal dulu saat gue sadar tentang rasa cinta pada Herman, dengan bangga dan nggak malu gue bilang sama Herman kalo gue cinta sama dia. Persetan dengan jawaban dia, tapi sekarang? Gue terlalu takut di pandang berbeda sehingga hubungan baik kami hancur begitu saja, lebih baik tetap menjadi teman dari pada harus mengakui semuanya dan berakhir berantakan," ujar Nio kembali, ia sudah merapikan semua pakaian dan barangnya yang ada di sini.
Nanti saat dokter Farhan pulang maka ia akan segera pamit dan mengatakan jika sekarang dirinya sudah menemukan tempat tinggal terbaik. Nio memang belum mengatakan hal apapun tentang ini semua, setelah hari pertamanya di sini ia mengatakan akan pergi jika kondisinya lebih baik itu saja dan sekarang itu baru akan ia bahas kembali dengan dokter Farhan.
Beberapa jam berlalu, Nio masih berada di dalam kamar milik dokter Farhan, ia ingin mengenang semuanya dengan baik. Karena mungkin saja setelah ini mereka berdua tak akan bisa bertemu sesering biasanya, maka dari itu sepuas mungkin ia akan melakukan ini semua.
Pintu itu terbuka dengan dokter Farhan masuk dengan tas dokter miliknya, pria itu tersenyum saat tatapan mereka berdua bertemu, selama seminggu ini ia begitu menikmati kebersamaan mereka, mulai dari bangun tidur melihat pemuda itu di sampingnya, merasakan masakan Nio, berbicara kapan pun ia mau dan di dengarkan dengan baik. Ia sangat senang untuk itu semua, bahkan mungkin tak ingin pemuda itu pergi, ia ingin Nio selalu di disini bersama dengannya jika bisa.
Perasaannya masih sama, ia tak bisa fokus memikirkan itu semua saja karena kesibukannya di rumah sakit sehingga menyita waktunya untuk merasakan semuanya, satu yang pasti, ia merasa sangat senang bersama dengan Nio, bersama dengan pemuda itu seperti sesuatu yang sangat menyenangkan, bisa melihat kedua mata bulat itu menatapnya. Rasanya sangat luar biasa.
"Ada apa dengan semua barang-barangmu?" tanya dokter Farhan saat mulai menyandari sesuatu hal saat ini, pakaian pemuda itu sudah tak ada di pinggir ranjang dan beberapa barang Nio lainnya juga tak ada di sini, lalu kemana itu semua?
"Bisa kita bicara sebentar? Atau lo mau bersihin diri lebih dulu?" tanya Nio, ia ingin mengatakan semuanya agar hatinya tak merasa ragu sejak tadi, dirinya tak ingin pergi tapi pikirannya memaksa.
"Bicara saja," ujar dokter Farhan, ia penasaran walaupun tubuhnya sudah sangat gerah ingin segera di bersihkan.
"Lo tau kan kalo gue biasanya jual kepintaran gue buat dapetin duit? Nah selama seminggu ini banyak banget yang gunain jasa gue buat bikinin pekerjaan rumah mereka, bahkan kadang temen gue juga minta bantuan. Gue dapet lumayan banyak uangnya dan gue rasa itu udah cukup buat ngekos. Gue cari kos yang deket sama sekolah aja biar mudah pulang perginya, sama kayak di sini. Makasih karena selama seminggu lebih ini lo udah bantuin gue, jaga gue sebaik mungkin dan mau jadi temen gue. Maaf kalo selama seminggu ini gue banyak nyusahin lo ya? Hari ini gue bakalan mulai semuanya, dan mungkin bakalan cari kerja," ujar Nio, ia tak yakin jika perkataannya akan mudah di mengerti oleh dokter Farhan, jantungnya terlalu berdetak sangat kencang sehingga kata-kata yang sudah ia rangkai sebaik mungkin berantakan.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...