Nio cemberut di dalam kos miliknya, ini sudah satu minggu lebih sejak dirinya pindah ke sini tapi dokter Farhan tak pernah datang untuk menemui dirinya, padahal pria itu sendiri yang mengatakan jika sesering mungkin pasti akan berkunjung agar bisa melihat perkembangan tubuhnya selama mereka pisah dan dokter itu akan melihat apakah vitaminnya di minum dengan baik atau kah tidak, tapi nyatanya dokter Farhan tak kunjung kembali hingga saat ini, ia berharap pria itu datang.
Awalnya Nio mengira mungkin saja setelah mereka berpisah maka perasaannya pada pria itu akan memudar seperti perasaannya untuk Herman, tapi nyatanya itu semua salah besar karena sampai saat ini perasaannya masih sama, ia masih mencintai pria dewasa yang berstatus sebagai dokter itu. Ini memang perasaan cinta sesungguhnya mungkin? Bukan perasaan cinta monyet yang dulu ia rasakan pada Herman, ia tahu jika cinta tiga tahun itu hanyalah cinta monyet semata.
"Apa lo sibuk di rumah sakit sampe nggak ada waktu buat datang ke sini? Kemarin gue lewatin apartemen lo, cuman nggak berani masuk ke sana dan nanya lo di mana atau mungkin ke rumah sakit langsung. Gue terlalu takut kalo lo curiga dengan itu semua, jujur tanpa kehadiran lo hari-hari gue berjalan dengan hambar bahkan terkesan kosong. Mana selama ini Arion nggak masuk karena morning sickness, makin hambar hari-hari gue. Apa besok gue rumah sakit buat ketemu lo? Sumpah gue kangen bicara sama denger suara lo. Ah sama liat lo pake kacamata gitu, candu anjir," ujar Nio dengan menatap atap-atap kamar miliknya, ia sudah jadi budak cinta dari dokter Farhan walaupun hanya sepihak, pesona pria dewasa memang sulit untuk di tepis.
"Apa lo juga kangen sama gue? Ah nggak mungkin anjir, karena kan cuman gue yang cinta sama lo, lo mah pasti biasa aja atau bahkan anggep gue cuman anak kecil ingusan doang." ujar Nio kembali, entahlah ia merasa senang untuk cinta ini sehingga hanya membiarkan semuanya berjalan sebaik mungkin.
Untuk cinta kali ini ia tak merasa sangat sakit seperti saat mencintai Herman, karena baginya dokter Farhan berada dalam pandangannya saja sudah lebih dari cukup, untuk hal yang lainnya biar lah berjalan seperti yang sudah tertulis untuknya. Ah ia jadi seperti dokter Farhan yang sangat percaya pada takdir sepenuhnya sekarang.
"Wajah lo selalu masuk dalam mimpi gue tau nggak sih? Cuman bukan mimpi basah loh ya! Kek kebayang mulu, senyuman lo, tawa lo, makanya gue rindu banget sama lo," ujar Nio sebelum kedua mata bulat itu tertutup dengan perlahan saat rasa kantuk semakin menariknya untuk segera tidur, pemuda itu memutuskan untuk datang ke rumah sakit besok dan bertemu dengan dokter Farhan, persetan dengan gengsi karena sekarang ia rindu maka apapun pasti harus ia lakukan, pria itu sibuk bukan? Maka dirinya yang akan datang ke sana.
Keesokan harinya, seperti rencana awalnya semalam, Nio sudah berada di depan rumah sakit setelah pulang dari sekolah, ia memutuskan untuk langsung saja datang ke sini tanpa berganti pakaian lebih dulu, dirinya ingin segera melepas rindunya walaupun hanya dengan melihat wajah dokter Farhan saja, demi apapun ia tak masalah dengan itu.
Senyuman itu mengembang sebelum berjalan masuk, terdiam di depan petugas yang ada karena bingung ingin mengatakan apa, secara ia tak sakit sama sekali saat ini.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas itu, membuat Nio semakin terdiam seribu bahasa karena demi apapun ia bingung ingin mengatakan hal apa.
"Namamu siapa?"
Nio terdiam mendengar suara seseorang di sampingnya saat ini, sebelum melihat kearah samping dimana ada seorang dokter wanita tengah tersenyum lembut padanya, ternyata memang benar setiap dokter mempunyai senyuman yang sangat cerah.
"Nama gue? Nio Vincen," ujar Nio, rasa takut dan juga bingungnya hilang seketika saat mendengar suara wanita itu.
"Bisa kita bicara sebentar? Ada seseorang yang ingin memberikan sesuatu untukmu dan ingin saya yang menyampaikan semuanya, kita bicara di ruangan saya,"
Nio hanya menganguk dengan kaku, karena merasa aneh. Mungkin kah ada orang yang mengenalnya di sini dan ingin menyampaikan sesuatu? Atau bahkan ini pesan seseorang yang sudah tiada, tapi kenapa dirinya tak tahu?
"Silahkan duduk, kamu jangan terlalu kaku begitu. Saya hanya akan menyampaikan pesannya saja, sebelum itu perkenalkan nama saya Lisa. Saya salah satu dokter umum di sini, sama seperti Farhan. Kamu tahu dokter Farhan bukan? Ini dari dia dan dia mengatakan pada saya, jika mungkin kamu ke sini maka dia ingin saya mengatakan pada kamu, jika saat ini Farhan tengah menjalani tugasnya di luar kota sebagai dokter umum. Di sana ke kurangan dokter, dia sudah berangkat sejak satu minggu yang lalu, dia juga sempat ingin mendatangi kamu tapi sayangnya tak ada waktu banyak untuk itu semua. Saya tak tahu kapan pastinya dia akan pulang, dia hanya ingin saya mengatakan hal ini. Untung saja kamu datang ke sini sehingga saya bisa tahu siapa pemuda yang sudah membuat teman saya itu sangat cemas," ujar dokter Lisa dengan memberikan bungkusan kecil pada Nio, sebelum mengatakan itu semua.
Nio hanya diam mendengar itu semua, mencoba mencerna semuanya sebaik mungkin. Ternyata ini alasan dokter Farhan tak datang menemui dirinya, ia turut senang mendengarnya karena itu pastinya pasti jabatan pria itu akan jauh lebih bersinar lagi bukan?
"Apa saya bisa bertanya sesuatu?" tanya dokter Lisa saat melihat pemuda itu hanya diam saja setelah ia mengatakan itu semua, waktu itu Farhan sangat melarangnya bertemu dengan pemuda itu karena tak ingin ia iseng, tapi karena sudah bertemu secara langsung saat ini, tak ada salahnya bertanya bukan?
"Eh? Iya tanya apa?" ujar Nio, untung saja refleksnya lumayan cepat sehingga sadar ini bukan dokter Farhan sehingga saat ia terkejut maka kata mutiara yang akan keluar.
"Menurut kamu Farhan itu bagaimana? Bawel? Suka mengatur? Saya ingin tahu bagaimana tanggapan kamu selama tinggal bersama dengannya, karena banyak anak muda yang mengatakan jika dia itu suka sekali mengatur mereka, padahal sebagai dokter itu memang tugasnya bukan? Untung saja bukan saya yang bertugas sebagai dokter umum siang hari, kalau sampai iya bisa keguguran kayaknya saya," ujar dokter Lisa dengan senyuman di akhir.
Nio terdiam, kesan pertama bertemu mungkin kurang bagus karena ia mengira jika pria itu akan cuek padanya atau hal lainnya, dan dirinya tak terlalu suka waktu itu lalu setelah tinggal bersama, perasaan serta kesan itu berubah drastis.
Bersambung...
Votmen__
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...