31

2.6K 217 6
                                    

Dokter Farhan terdiam, tatapan itu mengarah pada ranjang pasien yang sudah kosong. Sejak kedatangannya ke sini urusannya luar biasa banyak, memang benar jika rumah sakit ini butuh dokter sepertinya karena hal ini sangat sulit untuk di tangani dengan mudah.

Perasaannya sudah terasa nyata selama seminggu ini, hanya saja ia bingung cara agar mereka bertemu sedangkan sekarang waktunya di sini masih satu bulan lebih. Ia ingin segera mengatakan semuanya tanpa peduli bagaimana jawaban yang akan Nio berikan, niatnya hanya satu yaitu mengungkapkan semua yang ada di dalam hatinya saat ini.

"Hah! Sudah satu minggu lebih aku berada di sini dan pemuda itu tak memberi kabar apapun. Apa dia belum datang ke rumah sakit? Dia menungguku? Ah waktu itu aku memang mengatakan akan datang menemui dia, tapi sekarang mana bisa aku datang ke sana karena sibuk di sini." ujar dokter Farhan saat menyadari sesuatu hal sekarang, rasanya sangat sulit menahan ini semua.

Pertama kali jatuh cinta, dan dirinya langsung jatuh cinta pada pemuda itu. Saat pertama kali menyadari itu semua, ia sama sekali tak merasa aneh atau pun berbeda dengan hal ini. Jujur dokter Farhan sudah menebak ini semua sejak awal tapi namanya ragu ia memilih untuk menunggu semuanya terasa nyata lebih dulu, sehingga saat sadar ia merasa senang. Untung saja Nio sudah putus dengan pemuda itu sehingga ia bisa merasa lebih baik lagi, jika sampai belum atau masih tak bisa move on bisa susah dirinya.

Demi apapun walaupun nanti pemuda itu tak mencintainya kembali, ia tak masalah akan hal itu. Dirinya hanya ingin mengatakan apa yang ada di dalam hatinya sebagai seorang pria sejati yang berani mengungkapkan perasaannya lebih dulu.

Tapi itu semua harus terhalang oleh jarak, sehingga mau tak mau harus di undur lebih dulu. Menunggu sampai dua bulan lebih rasanya sangat susah, ingin rasanya menarik pemuda itu agar mau bersama dengannya.

Terdengar suara ketukan di pintu ruangan miliknya sebelum seorang pemuda masuk bersama dengan kedua orang tuanya. Membuat dokter Farhan segera mengalihkan tatapan miliknya dan kembali fokus pada pekerjaannya saat ini. Mungkin semuanya akan berlalu dengan begitu cepat selama dua bulan lebih.

Singkat cerita semua pekerjaan yang sudah menunggunya sejak pagi hingga malam, sudah selesai dengan baik.

Dokter Farhan segera menghempaskan dirinya atas tempat tidur miliknya, rasanya sangat lelah tapi itu semua terbayar saat melihat pasiennya jauh lebih berkembang dari sejak ia datang ke rumah sakit ini pertama kalinya. Kacamata itu ia lepas, terdiam menatap langit-langit kamar beberapa saat karena ini lah yang ia lakukan selama beberapa hari belakangan ini sejak sadar akan perasaannya juga.

Terdengar suara notifikasi dari handphone miliknya, membuat ia terdiam sebelum melihat siapa yang menelpon dirinya, nomor baru tertera di sana membuat ia terdiam antara ingin mengangkat panggilan ini atau tidak, namun sebelum di angkat panggilan itu mati lebih dulu membuat ia semakin penasaran. Siapa yang tengah menghubunginya saat ini? Ah apa ini Nio?

Dengan senyuman manis, ia segera menekan nomor itu dan menelponnya kembali, persetan jika itu orang lain karena ini mungkin saja bukan? Belum sempat ia menekan sambungan telpon itu, pesan masuk langsung padanya.

Om!
Ponselnya udah gue terima, bagus banget! Makasih ya!

Ia tersenyum saat tahu itu memang Nio, dengan gerakan cepat tangan itu menekan tombol telpon, terdiam saat mendengar sambungan itu terhubungan.

"Nio! Ini saya!" ujar dokter Farhan dengan semangat, demi apapun ia sangat merindukan sosok pemuda ini.

"Bangsat! Matiin telponnya!"

Sambungan itu terputus begitu saja setelah terdengar suara seseorang dari seberang sana. Suara siapa itu? Suaranya terdengar sangat emosi dan penuh dengan amarah, itu bukan suara Nio lalu suara siapa?

Tangan itu bergerak cepat, mencari nomor Melviano karena hanya temannya itu saja yang bisa di minta bantuan, untuk pergi secara langsung ke sana ia tak bisa karena perjalanan sangat jauh, selagi ia mengurus semuanya lebih baik meminta bantuan orang terdekat pada pemuda itu lebih dulu bukan?

Pesan pertama tak terhubung sama sekali, membuat ia mendesah gusar. Mendengar suara itu ia cukup merasa sangat takut, mungkin ada orang yang tak menyukai pemuda itu bukan? Tak mungkin prank semata? Kembali, ia menghubungi nomor itu sebelum tersambung.

"El! Gue butuh banget bantuan lo kali ini plis! Tadi Nio nelpon gue dan pas mau gue angkat sambungannya mati. Setelah gue hubungin balik, ternyata suara orang lain terdengar. Suaranya penuh dengan amarah, plis bantuin gue datang ke sana. Gue bakalan segera pulang tapi butuh waktu, gue mohon sama lo El!"

Ia mematikan sambungan itu secara sepihak, menulis pesan pada atasannya jika memang ada musibah terjadi di dalam keluarganya sehingga memaksanya untuk pulang ke rumah. Memesan taxi yang sekiranya bisa mengantarnya sekarang sebelum mengambil dompet dan hal lainnya dan beranjak dari sana.

Dirinya akan segera pulang dan menemui pemuda itu saat ini juga, hatinya terasa sangat tak tenang seakan-akan ada hal berbahaya akan terjadi saat ini juga.

"Plis, kamu harus bertahan saya tahu itu bukan bercandaan atau hal yang lainnya. Demi apapun bertahan," ujar dokter Farhan dengan tatapan cemas, sepertinya sopir taxinya sekarang tahu jika ia dalam masalah sehingga hanya diam dengan kecepatan mobil yang lumayan kencang, mereka harus selamat juga walau pun tengah terburu-buru.

"Anda bisa bicara dengan saya jika memang banyak hal yang mengganggu pikiran anda,"

Dokter Farhan mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk memikirkan semuanya, ternyata sopir taxi ini cukup peduli dengan dirinya karena ini memang luar biasa, malam-malam seperti ini ia meminta seorang supir untuk mengantarnya ke kota asalnya yang jaraknya lumayan jauh, untung saja sopir itu mau membantunya jika tidak entah apa yang akan terjadi. Mungkin nanti ia bisa mengambil mobil peninggalan ayahnya untuk di gunakan karena selama ini ia tak pernah mengganggu itu semua, menurutnya itu barang kedua orang tuanya ia tak pantas menggunakannya, padahal itu semua salah, sebagai seorang anak yang kedua orang tuanya sudah pergi seharusnya ia menggunakan semuanya sebaik mungkin bukan?

"Saya takut, seseorang yang saya cintai mungkin saja dalam masalah sekarang," ujar dokter Farhan, tak perlu mengatakan dengan detail orang itu, cukup supir itu tahu jika pemuda itu orang yang ia cintai.

"Saya yakin dia pasti baik-baik saja, anda di sini berjuang membantu orang-orang, sudah pasti kekasih anda akan baik-baik saja."

Dokter Farhan menganguk, semoga saja itu memang nyata karena ia juga mengharapkan itu semua. Mungkin saja ini hanya masalah kecil?

Bersambung...

Votmen_

Om Dokterku! {BXB} END✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang