Dokter Farhan masih saja tersenyum sejak tadi, membayangkan wajah pemuda itu serta kata-kata kotornya pasti sangat lucu, hari ini ia bertemu dengan pemuda gila sekaligus cukup menghibur untuknya.
Biasanya hari-harinya berjalan biasa saja, bahkan terkesan hambar tapi hari ini karena bertemu dengan pemuda yang tak tahu siapa namanya itu, ia merasa cukup senang. Mungkin ini yang di namanya sefrekunsi? Ini pertama kalinya ia bertemu dengan seseorang yang memang masuk dan juga nyambung jika di ajak bicara bersama dengannya, walau pun pemuda itu dan juga mulutnya cukup mengejutkan karena wajah polos tadi mulut penuh dengan kata-kata kotor, siapa sangka jika itu semua ada di dunia ini.
"Dokter terus saja tersenyum sejak tadi, apa ada seseorang yang bisa mengambil hatimu nak? Ibu berharap seperti itu karena pria baik dan juga harmonis sepertimu pantas mendapatkannya," tanya seorang wanita paruh baya sekitaran umur 70 tahun pada dokter Farhan, karena ini pertama kalinya pria itu terus saja tersenyum saat melakukan pemeriksaan padanya.
"Hah? Itu semua tidak benar, aku hanya mengingat perkataan siswa yang datang ke sini tadi siang saja bu, tak lebih." ujar dokter Farhan yang langsung merasa tak enak pada wanita paruh baya itu, demi apapun hal yang terjadi tadi sampai membuatnya tersenyum terus sejak tadi.
"Ibu kira karena kamu sudah mulai memiliki kekasih sekarang, jika itu memang benar maka sangat bagus. Kamu tak seharusnya tetap sendirian sampai sekarang, harus ada seseorang yang menjagamu dengan baik. Hidup hanya sekali nak, nikmati itu semua dengan baik, jangan sampai karena terlalu fokus mengejar dunia kamu sampai mengabaikan semuanya."
Dokter Farhan tersenyum, ia mengerti itu semua, hanya saja untuk sekarang ia belum bertemu dengan seseorang yang memang cocok untuknya. Ia butuh seseorang yang mengerti dirinya dan paham bagaimana dirinya, karena seperti yang ibu itu katakan, hidup hanya sekali jadi sangat penting memilih pasangan yang bisa mengerti diri kita dengan sangat baik, karena pernikahan itu selamanya.
"Aku juga berharap semoga saja segera bertemu dengan seseorang yang tepat untukku. Karena sendirian terus selama bertahun-tahun itu membosankan, untung saja aku bekerja di sini jadi bisa bertemu wanita cantik setiap harinya, seperti ibu contohnya," ujar dokter Farhan dengan senyuman seperti biasa, ia memang murah senyum, sangat berbeda dengan temannya yaitu Melviano, mereka berbanding terbalik tapi entah kenapa bisa berteman sangat lama.
"Kamu memang selalu bisa membuat ibu tersenyum. Ibu juga berharap semoga saja yang terbaik segera datang untukmu,"
Dokter Farhan menganguk sebelum segera pamit dari sana, ia akan kembali ke tempat pemuda itu untuk melakukan pemeriksaan sebentar lagi.
Saat sampai di ruangan pemuda itu, ia terdiam saat melihat kedua mata bulat itu tertutup sempurna, tanda jika pemuda itu tengah beristirahat sekarang. Mungkin karena terlalu lelah dan juga minum obat sehingga pemuda itu bisa istirahat dengan tenang sekarang. Kedua mata tajam itu terus memperhatikan pemuda itu, selama menjadi dokter di sini, ia baru pertama kali bertemu dengan pemuda ini, padahal hampir setiap hari ia bertemu siswa atau pun siswi tempat di mana pemuda itu sekolah.
"Setelah kamu sadar dan sembuh nanti, kemana kamu akan pergi? Kamu mengatakan jika tinggal di panti tak menyenangkan dan kamu juga tak bisa tinggal bersama dengan kekasihmu lagi karena kalian sudah putus. Sekarang saja baru sehari berada di luar karena tak punya tempat tinggal, kondisimu memburuk seperti ini," ujar dokter Farhan dengan tatapan terkunci pada pemuda itu.
Selama ini ia tak pernah berpikir akan bertemu dengan seorang pemuda seperti ini, yang hanya ia tahu, setiap pemuda dan juga gadis yang datang kesini pasti mempunyai keluarga yang luar biasa sampai saat anak mereka salah pun masih tetap di bela, tapi pemuda di sampingnya sekarang? Dengan siapa dia akan mengadukan semuanya? Sampai kapan ini semua akan pemuda itu rasakan? Mendadak hatinya merasa aneh sekarang, ini pertama kalinya ia begitu peduli dengan orang lain selain dirinya sendiri.
"Mungkin kita bisa menjadi teman? Walau pun umur kita jauh berbeda tapi itu sepertinya tak menjadi alasan untuk kita menjadi teman bukan? Kamu bisa membagi semuanya bersama denganku, sebagai teman atau pun hal yang lainnya." ujar dokter Farhan, ia sudah memutuskan ini semua jadi baik atau tidaknya, biar dirinya yang merasakan itu semua. Yang terpenting ia bisa menyelamatkan pemuda itu sebagai sesama manusia hidup, ia akan memberi contoh pada anak muda di luar sana jika dirinya tak seburuk itu, walau pun banyak yang mengatakan jika dirinya dan perkataannya sangat menyakitkan, tapi itu lah faktanya. Ia hanya mengatakan hal yang benar.
Cukup lama dokter Farhan terdiam menatap kearah pemuda itu, sebelum ia tersentak saat melihat kedua mata bulat itu mulai terbuka, dengan cepat ia menatap kearah lain, membuka dokumen yang sempat ia buka tadi agar tak ketahuan memperhatikan pemuda itu, bisa habis kena ejek jika pemuda itu tahu apa yang ia lakukan tadi.
Nio mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya, sebelum terdiam saat melihat dokter yang tadi membuatnya kesal ada di sini, pria itu terlihat fokus menatap kearah dokumen miliknya dengan kacamata bertengger manis di sana, ia baru sadar jika dokter itu mengenakan kacamata, kemana saja dirinya sejak tadi?
"Haus," ujar Nio dengan pelan, ada yang pernah mengatakan jika malas bertanya maka sesat di jalan, maka itu lah yang ia lakukan sekarang, lebih baik mengatakan apa yang dirinya inginkan dari pada mati kehausan, yakan?
"Minum? Sebentar," ujar dokter Farhan, menutup kembali dokumen miliknya sebelum keluar dari dalam ruangan pemuda itu untuk mengambilkan minuman.
"Ini," ujar dokter Farhan setelah mengambil apa yang ia butuhkan, membuat Nio langsung mendudukan dirinya dengan cepat, karena tenggorokannya terasa sangat kering saat ini.
"Hati-hati, infusnya bisa berdarah karena kamu banyak bergerak," ujar dokter Farhan, menahan tangan Nio agar pemuda itu bisa minum dengan tenang.
"Lo udah obatin gue, kasih obat, kasih makanan, masa kita nggak kenalan? Setidaknya lo harus tau nama gue yakan? Kapan lagi ketemu cowok imut kayak gue di dalam hidup lo kalo bukan hari ini," ujar Nio, tadi ia sudah tahu nama dokter itu yang merupakan Farhan Arvind, sedangkan dokter itu tak tahu namanya 'kan?
"Siapa namamu? Setidaknya saya harus tahu siapa nama pemuda yang menanyakan tentang obat sakit hati," ujar dokter Farhan, senyuman itu kembali terlihat mengingat kejadian tadi.
"Gue Nio Vincen," ujar Nio dengan tatapan mengarah pada tatapan tajam milik pria itu sekarang ini, rasanya aneh melihat tatapan itu untuknya, tapi ia tak bisa mengalihkan tatapan matanya.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokterku! {BXB} END✔️
RomanceNio Vincen, pemuda pertakilan yang sudah mengerti jika dirinya suka pasangan sesama jenis sejak kecil. Pemuda yang tinggal di panti asuhan itu mulai melakukan semua hal yang ia sukai, mulai dari berpacaran dengan seorang pria yang menurutnya sempurn...