"Sa-sakit, Mikey-kun."
"Tahan sebentar lagi, Mitchy."
"Tapi sakit."
"Tidak apa-apa, kau akan terbiasa nanti."
Takemichi sedikit meringis, mata birunya berkaca-kaca. Keningnya mengerut kesal melihat Mikey yang kini sudah ada dihadapannya dan melakukan split dengan mudah.
"Kenapa kau mudah sekali melakukannya!" ucapnya kesal.
Takemichi kembali meluruskan kakinya saat merasa jika dia sudah sampai batasnya. Mikey terkekeh dengan posisi masih melakukan split.
"Karena aku sudah terbiasa," balasnya. "Jangan terburu-buru, Takemitchy. Kau baru belajar selama seminggu. Lama kelamaan kau pasti bisa melakukannya."
"Padahal aku ingin bisa melakukan tendangan sepertimu." Takemichi bergumam.
"Kau ingin belajar?" Mikey kini duduk di belakang Takemichi dan memeluknya erat, mengabaikan tubuh mereka yang berkeringat.
"Ya! Tendanganmu sangat keren, Mikey-kun. Aku juga ingin bisa melakukannya." Takemichi mengangguk semangat
Mikey terkekeh melihat semangat Takemichi. Dia menyandarkan kepalanya di bahu si Pahlawan Cengeng itu dan mengendus lehernya pelan.
"Kalau begitu aku akan mengajarimu."
"Benarkah?" Takemichi menoleh ke samping, tersenyum senang. Mikey kembali terkekeh melihatnya.
"Ya. Tapi, pertama-tama kau harus bisa melakukan split dulu, Mitchy."
Senyum Takemichi luntur, bibirnya merengut sedih. Namun, sedetik kemudian mata birunya yang cantik kembali bersinar penuh tekad.
"Aku akan sering latihan sampai aku berhasil!"
"Tentu. Kau pasti bisa, Takemitchy."
.
.
.
"Hei, Mikey-kun.""Hm?" Mikey yang tengah tertidur menggunakan kaki Takemichi sebagai bantal hanya bergumam pelan. Hari sudah malam, dan Takemichi kembali menginap di kediaman Sano. Atas paksaan Mikey, tentu saja.
"Apa yang akan kau lakukan terlebih dahulu untuk memperbaiki semuanya?"
Takemichi mengalihkan pandangannya dari komik yang ia baca dan menunduk menatap Mikey.
"Aku akan mencari Izana dulu," jawab Mikey. "Aku ingin membawanya kembali ke keluarga Sano bagaimanapun caranya."
"Begitu," bisiknya. "Ngomong-ngomong, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Tanyakan saja." Mikey memeluk Takemichi dan menenggelamkan wajahnya di perutnya.
"Soal Sanzu, kapan dia-"
Takemichi berhenti berbicara saat merasakan pelukan Mikey semakin erat.
"Ah, maaf. Aku, aku tidak akan bertanya jika kau tidak suka," ucapnya pelan.
Mikey menghela nafas pelan sebelum akhirnya bangun dan duduk di samping Takemichi.
"Itu terjadi dua tahun yang lalu."
"Eh, sudah lama?"
"Ya. Terkadang aku berharap kita kembali sedikit lebih jauh lagi agar hal itu tidak terjadi."
Mikey kembali memeluk Takemichi dari samping dengan erat. "Aku selalu merasa bersalah. Dia tetap mengikutiku, bahkan memujaku seperti Raja. Padahal aku sudah melukainya."
"Aku juga bingung. Kesetiannya padamu benar-benar diluar normal. Bahkan, di masa depan dia semakin menggila." Takemichi mulai mengelus surai pirang Mikey.
"Menggila?"
"Aku tidak mengetahuinya terlalu banyak, sih. Tapi dia memang semakin 'gila'. Dia menjadi tangan kananmu. Selalu siap untuk mati untukmu dan membunuh siapapun yang berani menentang Rajanya, Sano Manjiro."
"Terdengar semakin parah." Mikey bergumam.
"Begitulah." Takemichi tertawa kecil. "Tapi aku senang kau masih memiliki seseorang yang selalu setia padamu seperti Sanzu, walaupun dia sedikit gila sih."
"Takemitchy."
"Ya?"
"Bisakah kau menceritakan tentang perjalanan waktu yang kau jalani?"
"Eh? Kenapa?" Takemichi menatapnya bingung.
"Tidak ada, hanya ingin tahu saja." Mikey menatap Takemichi dengan sepasang mata hitamnya.
"Bisakah?"
Takemichi diam selama beberapa saat sebelum akhirnya setuju. Mikey menggenggam tangan Takemichi, menyandarkan kepalanya di bahunya sementara si mata biru terus bercerita. Mulai dari hidupnya dulu, perjalanan waktu yang pertama kali, juga kematian semua orang di masa depan.
Mikey bisa merasakan jika tangan Takemichi terkadang gemetar saat menceritakan kematian orang-orang, terutama saat dia bercerita tentang dirinya yang mati di pelukan si Pahlawan Cengeng. Mikey terus mendengarkan sembari mengutuk dirinya sendiri di dalam hati karena sudah membuatnya sedih, dan bahkan berani menembaknya.
"Maaf, Takemitchy." Mikey mengeratkan genggamannya di tangan Takemichi, menatap kosong ke depan.
"Aku benar-benar brengsek, kan?"
Air mata Takemichi mulai mengalir saat melihat mata kosong Sano Manjiro. Dia menangis seperti yang sering dilakukannya.
"Tidak, Mikey-kun. Aku baik-baik saja. Tolong, jangan berbicara seperti itu," bisiknya sembari menatap Mikey.
"Aku tidak suka saat kau menatapku dengan wajah seperti itu."
Takemichi menunduk, membiarkan air matanya jatuh di tangannya dan juga Mikey yang masih tertaut. Dia tidak sanggup menatap Mikey yang matanya terlihat 'kosong'.
Perlahan, mata kosong Mikey mulai bercahaya saat hidungnya mencium aroma sedih Omega. Naluri Alphanya marah pada diri sendiri karena membuat Omeganya menangis. Dia menarik Takemichi ke pelukannya, membaui Omega dengan aroma miliknya.
"Maaf, Takemitchy. Maafkan aku. Jangan menangis."
Takemichi membalas pelukan itu. Kedua tangannya meremat kaos yang dikenakan Mikey dengan erat. Dia menenggelamkan wajahnya di leher sang Alpha dan berusaha mengambil aromanya sebanyak yang ia bisa, berharap agar hal itu bisa membuat perasaannya kembali tenang.
"Mikey, apa yang terjadi?"
Mikey menoleh untuk menatap Shinichiro dan juga Emma yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan wajah khawatir. Tangisan Takemichi mulai mereda, namun dia masih sedikit terisak.
"Ada apa? Aroma Takemichi tercium sampai keluar."
Shinichiro mendekati kedua anak laki-laki yang masih berpelukan itu diikuti oleh Emma di belakangnya. Tangannya terulur untuk mengelus pelan pucuk kepala mereka.
Perlahan, Takemichi melepaskan diri dari pelukan Mikey lalu mengelap wajahnya menggunakan kaos yang ia kenakan.
"Aku baik-baik saja, Shin-nii," ucapnya. Suaranya sedikit serak karena menangis. "Aku hanya merindukan ayah."
Takemichi menunduk, tak berani menatap Shinichiro karena takut jika kebohongannya terungkap. Tiba-tiba, dia merasakan tepukan pelan di kepalanya.
"Jangan sedih, Takemichi. Kau tidak sendiri."
Takemichi mendongak untuk menatap Alpha dewasa di hadapannya.
"Kau juga bagian dari keluarga Sano sekarang."
"Benar, Michi. Jangan sedih."
Emma ikut berbicara, menepuk-nepuk kepala Takemichi dengan lucu seperti yang Shinichiro lakukan. Mikey hanya melihat mereka dalam diam karena tak ingin mengganggu momen itu.
Perasaan Takemichi kembali tenang saat aroma Shinichiro juga mulai tercium olehnya. Dia mengangguk, menatap keduanya dengan senyuman.
"Terimakasih."
.
.
.
Tbc...
13 Juni 2023Ketinggalan satu😁
↓↓↓
Name: Sano Emma
Gender: Female
Secondary Gender: Omega Resesif
Feromon: Vanilla
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart (Omegaverse)
Action>MaiTake Omegaverse< and other couple ⚠Alur santai⚠ •Chapter 1-15: Childhood •Chapter 16-44: Toman Formed •Chapter 45-56: Moebius Arc •Chapter 57-?: Vallhala Arc Description: Setelah meninggal di pertarungan antara Kantou Manji dan Tokyo Manji, Han...